ALGORITMA⁵¹

5.6K 440 168
                                    

Disisi lain teman-teman Raga masih berada dimarkas asteroid dan kini Aries, Magma, dan Petir— juga berada disana, sekarang sudah menunjukkan pukul 22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disisi lain teman-teman Raga masih berada dimarkas asteroid dan kini Aries, Magma, dan Petir— juga berada disana, sekarang sudah menunjukkan pukul 22.15, mereka masih menunggu kabar dari Zora maupun Raga.

"Mending kita ke apartemen Raga," usur Magma, mereka menatap laki-laki itu.

"Ngapain?" Tanya Gerhana.

"Takutnya Raga, anu-anuin si Zora— kan bahaya," tutur Magma.

"Heh! Sembarangan," sahut Petir.

"Gue ampe bingung permasalahan Zora sama si Raga," terang Aries sembari mengelus dagunya, memikirkan apa saja permasalahan antara mereka.

"Tapi bentar deh," Gerhana yang tadinya menyandarkan punggungnya disofa lantas membenarkan duduknya, ia menopang kedua tangan pada pahanya yang sedikit terbuka, mereka menatap laki-laki itu dengan pandangan yang serius.

"Tapi si Zora kok bisa kenal sama si Baron, dan si Zora tau juga markas Scorpion," Gerhana menatap teman-temannya dengan mata memincing.

"Jangan-jangan si Zora selingkuh sama si Baron? Parah banget si Zora, sama aja nyari mati."

Apa yang dikatakan Gerhana memang adanya, mengkhianati Raga berarti mencari mati— tapi jika dipikir-pikir apa kemarahan Raga akan sama jika salah satu anggota asteroid berkhianat.

"Gue penasaran kalo hal itu terjadi, si Raga bakalan ngapain si Zora," lanjut Gerhana.

"Plot twist si Zora sengaja deketin Raga," sahut Kaisar.

"Kalo tebak-tebakan kek gini gue gak puas njer, mending ke apartemen Raga— kali aja kita dapet sisi terang dari permasalahan mereka, sambung Petir, mereka kemudian mengangguk setuju.

"Ayok lah," mereka akhirnya beranjak, berjalan keluar markas— mereka akan ke apartemen Raga.

oOo

Deg...

"R... Raga."

"Sayangnya gue gak bisa kalo gak liat lo," bisik Raga tepat disamping telinga Zora— hal itu seketika membuatnya merinding.

"G...."

"Shuttt! Gue belum selesai ngomong," gadis itu menelan salivanya, keringat mulai membasahi tubuhnya— suasana apartemen masih terlihat gelap gulita, laki-laki itu tak ada niat untuk menyalakan lampu apartemennya.

Tangan Raga yang tadinya memegang perut Zora, lalu berpindah memegang leher gadis itu— gadis itu sedikit mengangkat kepalanya akibat tangan kekar Raga yang berada di lehernya.

"Gue udah pernah bilang, gue gak suka penghianat— apa lo gak denger hem?"

Zora hanya mampu menggelengkan kepalanya, bibirnya bergetar seketika. Raga mengendus leher gadis itu, kembali Zora semakin menegang.

ALGORITMA 2 : DANGEROUS BOY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang