ALGORITMA³²

9.8K 842 67
                                    

Dua orang laki-laki sedang berdiri menatap seorang laki-laki yang tengah berjongkok sembari mengelus sebuah batu nisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua orang laki-laki sedang berdiri menatap seorang laki-laki yang tengah berjongkok sembari mengelus sebuah batu nisan.

"Aku dateng lagi yangg, kamu gimana kabarnya disana? Baik? Aku kangen banget sama kamu, maafiin aku yah. Ini bunga buat kamu," laki-laki itu meletakkan bunga mawar itu—di atas pusara.

"Nanti aku dateng lagi, i love you," setelah mengatakan itu, laki-laki itu lantas berdiri—raut wajahnya berubah menjadi sendu, ia kemudian berbalik menatap kedua temannya.

"Pulang."

Ketiganya lantas pergi dari area pemakaman, meninggal bunga mawar merah di atas pusara.

••

Seorang laki-laki berjalan memasuki rumahnya, nampak sepi—dan dimana semua orang?

"Mel," suara itu menggema dipenjuru rumah.

"Melo," panggilnya lagi, laki-laki itu berjalan menaiki undakan tangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Melo," panggilnya lagi, laki-laki itu berjalan menaiki undakan tangga. Baru beberapa langkah, suara seorang gadis menghentikan langkahnya.

"Petir."

Yap laki-laki itu adalah Petir, sehabis dari apartemen Raga, ia memutuskan untuk pulang.

Suara gadis itu sangat lembut, dan halus, membuat Petir seketika selalu terdiam saat gadis itu memanggilnya.

"Mama mana?" Tanya Petir, ia menuruni undakan tangga mendekati Melody. Gadis itu mengaitkan tangannya, walaupun sudah beberapa hari tinggal bersama laki-laki itu, namun ia sering gugup jika berdekatan dengannya.

"Keluar kota," Melody memberikan jawaban melalui bahasa isyarat, Petir mendengus sebal. Ia memegang kedua bahu Melody, hingga gadis terkesip.

"Dengerin gue Mel, gue udah ajarin lo ngomong kemarin—lo itu nggak bisu Mel, Lo harus bisa jawab gue dengan suara, bukan dengan bahasa isyarat," jelas Petir, ia memang mengajari gadis itu berbicara—walaupun harus memakai kesabaran yang cukup, namun Petir tak lelah mengajari gadis itu agar mau berinteraksi dengan mereka dengan suara bukan gerakan tangan.

ALGORITMA 2 : DANGEROUS BOY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang