ALGORITMA⁶²

4.4K 316 17
                                    

Pukul 19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 19.15.

Tiga motor sport memasuki area markas Scorpion─ siapa lagi jika bukan Zora, Baron, dan Raja. Ketiganya datang dengan gelagat yang nampak biasa saja, suasana markas Scorpion terasa sunyi dan hening, lampu depan markas menyala. Markas yang jauh dari rumah-rumah warga ibukota membuat semakin hening.

Ketiganya masuk kedalam markas yang terkunci rapat, mungkin saja anak-anak Scorpion belum ada yang menginjakkan kakinya disini.

"Lo semua cari disetiap sudut markas, gue bakalan nyari di ruangan gue sendiri," ucap Baron, dengan suara yang tak begitu nyaring hampir seperti sedang berbisik.

"Tujuh empat lima kita harus keluar dari sini," bisik Zora, kedua laki-laki itu mengangguk mengerti─ selanjutnya mereka berpencar dengan langkah santai, seperti tak akan melakukan hal-hal yang dapat membuat orang curiga.

Baron sendiri masuk kedalam ruangannya, hal pertama saat ia membuka pintu ruangannya adalah.... Ruangan itu terlihat berantakan, laci yang berada disana terbuka─ Baron yang mengingat buku diary kekasihnya itu lantas berlari menuju meja itu, sialnya laci itu kosong.

"Sial, Regan udah ngambil milik gue," desis Baron, ia mengusap kepalanya dengan kasar. Laki-laki itu memang harus diberi pelajaran, kemarahan terpantri diwajahnya.

"Lo bakalan mati ditangan gue Regan," tak mau membuang-buang waktu, laki-laki itu berjalan keluar ruangan─ hal mustahil benda itu berada di kamarnya, Regan adalah orang yang teliti menyimpan sesuatu.

"Gimana Lo berdua udah dapet?" Tanya Baron ketika melihat mereka masih sibuk mencari flashdisk itu.

Merasa tak membuahkan hasil keduanya mendekat kearah Baron, Zora memijat pelipisnya. "Gak nemu," dengusnya.

"Kayaknya nggak ada disini deh," tutur Raja.

"Sialan," bagaimana caranya mengambil bukti itu, jika Regan mungkin saja tidak meninggalkannya disini.

Sedang larut dalam pikiran masing-masing, tiba-tiba sebuah bunyi pecahan kaca terdengar.

Tringg....
Bukkk....

Disisi lain, Raga sedang duduk santai dimarkas Asteroid sembari menyenderkan punggungnya pada sofa. Dihadapannya ada inti asteroid beserta anggotanya, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang bermain mobile legend, main bilyard, hingga bermain PlayStation.

Raga yang tengah diam sedari tadi menoleh, ketika tepukan dibahunya menyadarkannya. "Kenapa?" Tanya Gerhana.

Raga menatap temannya itu dengan tatapan tak terbaca. "Pukul berapa?" Bukannya menjawab, Raga malah melayangkan pertanyaan pada Gerhana.

"Delapan tiga puluh," bukan Gerhana yang menjawab, melainkan Kaisar. Mereka duduk disamping Raga.

Laki-laki itu lantas berdiri, ia mengambil jaket kebanggaan asteroid yang berada diatas sofa. Raga lantas memakainya, semua tatapan anak-anak asteroid tertuju padanya.

ALGORITMA 2 : DANGEROUS BOY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang