"ZORA."
Mata Raga yang tadinya terpejam lantas membola, ia mendudukan dirinya dipinggiran kasur, jantungnya berpacu dengan kencang. Laki-laki itu menggelengkan kepalanya, mimpi itu... Mimpi itu seakan nyata baginya.
Arghhh...
Raga mengeram sembari meremas rambutnya dengan perasaan campur aduk, mimpi itu membuat dunia seakan berhenti ketika melihat Zora dilumuri darah yang bercampur dengan air hujan.
"Nggak," laki-laki itu kembali meremas rambutnya dengan marah.
Raga ingin menghubungi Zora, tetapi rasa kecewanya begitu besar hingga berbicara kepada gadis itu rasanya ingin marah. Ia bahkan merindukan gadis itu, apa gadis itu sudah pulang? Ia meninggalkan gadis itu disana sendirian dengan hujan yang turun begitu deras.
Arghhhh...
"GUE GAK BISA BERHENTI MIKIRIN LO SIALAN!"
Bughhh...
Laki-laki itu menendang meja yang berada disamping ranjang, ia marah! Sangat marah, kepada dirinya, kepada Zora, dan kepada Baron.
"Lo semua bakalan habis ditangan gue, lo salah pilih lawan Baron," desis Raga, ia berjanji akan membuat Scorpion hancur dan bubar dengan sekejap.
Raga yang tadinya menunduk, lalu mendongakkan kepalanya, wajahnya yang tadinya tegang kini berubah menjadi sebuah seringaian, Scorpion susah benar-benar mengibarkan bendera perang kepadanya.
"Zora... Hukuman apa yang pantes lo dapet hemm!"
oOo
Zora berdiri dibawah pancuran air shower, hampir tiga puluh menit berlalu ia masih menatap lantai itu dengan tatapan kosong. Semuanya telah berakhir, matanya yang tadinya sayu kini berubah menjadi tajam.
Gadis itu mendongakkan kepalanya, membiarkan air shower membasahi wajahnya. Hingga seringaian tercetak diwajahnya, perlahan ia membuka matanya.
"Baron."
Satu nama itu membuat raut wajah Zora mengeras, gadis itu bergegas menyelesaikan mandinya setelah itu ia keluar dari kamar mandi, hujan yang tadinya deras, kini telah redah.
Sekarang menunjukkan pukul 20.00, gadis itu duduk didepan meja riasnya lalu mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer, setelah kering Zora beranak mencari bajunya. Ia mengenakan pakaian berwarna hitam, tak hanya itu Zora lantas menyambar hoodienya dan beranjak keluar kamar.
Derap langkah kaki Zora terdengar saat menuruni anak tangga, hingga laki-laki yang sedang duduk seraya menonton televisi lantas menoleh.
"Where are you going Zora?" Tanya laki-laki itu, ia beranjak berbalik menatap gadis itu.
"Bukan urusanmu Zack" balas Zora dengan nada yang ditekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGORITMA 2 : DANGEROUS BOY ✓
Novela JuvenilZora gadis yang sengaja pindah ke SMA Tri Sakti hanya untuk menjalankan tugas dari ketua Scorpion, musuh dari seorang Raganar Shaquille Galaksa ketua Asteroid generasi ke-2. Misi mendekati dan membuat laki-laki itu tertarik dengannya, hingga membua...