Agus menepuk-nepuk pundak Rolan mendorongnya masuk ke sebuah kafe remang-remang. Tempat langganan temannya itu menyalurkan nafsu binatang.
Agus memang temannya, tetapi untuk urusan dosa satu ini, Rolan tidak pernah ikut-ikutan, pernah sekali dua kali duduk-duduk sebentar lalu pulang. Agus sudah meminta salah satu cewek berpakaian super ketat untuk mengambilkan tuak buat mereka.
Seorang cewek cengengesan datang duduk di sebelah Agus. Sepertinya wanita itu langganannya.
Rolan menatap gelas kaca berisi tuak dengan tidak berselera. Dan di saat Agus menyuruhnya minum, Rolan justru memantik macis-nya dan menghisap rokoknya dalam-dalam.
Satu orang cewek dengan tampang menggoda berjalan ke arah mereka.
"Hajar Lae... montok itu. Nggak usah kau pikirin yang di rumah." Sementara Agus sendiri mulai asik dengan wanitanya.
Air muka Rolan bertambah keras, harusnya Agus tak perlu menyinggung soal itu. Pikiran Rolan sedang tidak ada di sini. Akan lebih baik jika pikirannya mengawang-awang, dan Rolan benci mengakui jika dia tengah memikirkan orang itu. Seseorang yang harus segera enyah dari hidupnya.
Tujuannya mengiyakan ajakan Agus ketika bertemu tadi sore adalah karena sebuah rencana yang tercetus mendadak.
Untuk rencana itu pula, Rolan membiarkan cewek genit ini duduk merapat padanya. Walaupun Rolan mulai risih, dan mengembuskan asap rokoknya kuat-kuat.
"Abang nggak minum? Nggak kering kerongkongan Abang?" ledek cewek itu.
Rolan menghisap lagi rokoknya. Tak mempedulikan ucapan menye-menye cewek di sebelahnya. Kepalanya tambah pusing karena musik yang berdentum nggak jernih, nggak jelas sama sekali.
Cewek itu menyibakkan rambutnya, memajukan tubuhnya seperti ingin mempertontonkan buah dadanya, lalu mengambil sebatang rokok dari kotak rokok milik Rolan.
"Mintak aku ya Bang."
Udah kau ambil, baru kau minta, batin Rolan.
"Stres kali kuliat Abang ini. Apa yang Abang pikirin? Sini yok kubantu senang-senang," ucap cewek berambut pirang acak itu.
Mata Rolan melirik. Ngeliat mukakmu tambah bikin aku stres, celetuk batin Rolan yang nggak berhenti berkomentar. Udahlah... lebih bagus dia dapatkan tujuannya dan pergi, putus Rolan yang tak bisa menikmati apa pun di sana.
"Foto bentar, bisa?"
Cewek itu langsung memicing. "Foto apanya ini Bang? Asal nggak nampak muka mau aku."
Napas Rolan langsung terembus kasar, mengerti isi kepala cewek ini.
"Foto biasa. Berdua. Nggak ngapa-ngapain!" tekan Rolan hingga meninggikan suaranya.
"Masa Abang mau foto aja? Nggak salah Bang?"
Tangan cewek itu menyentuh lengannya, dan Rolan langsung menangkis tangan wanita antah-berantah itu.
Mata cewek bordil itu menyipit tak senang. "Kalau masih mau setia jangan di sinilah... kami butuh duit Bang."
"Nanti kubayar."
Namun, cewek tersebut tetap berdecak tak senang.
"Abang mau bikin pacar Abang cemburu?"
"Pacar siapa?"
"Ya pacar Abang." Mata cewek itu langsung memicing. "Oh... aku tahu nih. Abang terong-terongan kan??"
Rolan langsung menyorot marah.
"Aku nggak punya pacar. Tapi punya istri!" geram Rolan.
Cewek itu kembali memandang sinis. "Udahlah Bang... kalau memang masih niat setia pulang aja. Kalau di sini, bagus kita senang-senang." Goda cewek itu lagi. Mengelus paha Rolan yang langsung Rolan tepis dengan mimik murka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Lara
RomanceBlurb : Menikah adalah prioritas nomor ke sekian bagi Rolan, sebelum dia bertemu sosok Mita. Gadis polos penderita disleksia. Sayangnya, Mita adalah wanita yang hendak dijodohkan kepadanya, oleh Ayahnya-pria yang telah menelantarkannya sejak kecil...