Bab 31

5.9K 977 196
                                    

"Bang, mau ke ladang?" Rani mengekori suaminya, sebab meski Bang Guntur memang jarang banyak omong, tapi feeling dia tahulah, mana saat suaminya memang nggak ada yang mau dibahas mana yang memang didiamkan oleh suaminya.

Guntur mengangguk.

"Nggak tanggung Bang? Udah sore."

Suaminya nggak menjawab, hanya langsung memasukkan satu lagi sepatu bot ke kakinya.

Bibir Rani terbuka dengan tampang meringis, mampus sih dia, Bang Guntur marah...

Rani ingin bertanya apa pun, asal mendengar suaminya menjawab dengan suara. Tetapi, tangisan Gusti yang pasti baru bangun tidur membatalkan semua rencananya.

Rani ke dalam, dan bertemu Mita.

"Mita kalau mau istirahat masuk aja..."

Mita mengangguk, tadi Kak Rani juga udah menunjukkan kamar tamu untuknya. Tetapi Mita lebih tertarik melihat-lihat di luar. Di sini, meski jalanannya juga sama rusaknya ke arah rumahnya, tetapi di sini lebih ramai. Bahkan Kak Rani punya kedai cukup besar.

Mita memperhatikan beberapa foto keluarga di dinding. Dan dia teringat belum ada foto pernikahannya di rumah Bang Rolan, mendadak Mita kembali lesu dan melihat layar ponselnya, tak ada chat apalagi panggilan dari... orang yang ditunggunya.

Cukup lama Mita duduk di sofa Kak Rani yang empuk sebelum melihat Kak Rani keluar dengan putranya.

"Mita... ini baju Kakak kalau mau mandi." Kak Rani meletakkan handuk dan baju tidur di atas meja.

"Makasih Kak..."

Mita mengikuti Kak Rani sampai dia memandikan anaknya. Sementara putrinya baru pulang dari mengaji. Kok Kak Rani bisa pintar kali ya urus semuanya? Mendadak Mita merasa iri, apalagi dengan kekurangan yang dia miliki. Meski Mita selalu ngotot dia bisa, tetapi banyak yang nggak percaya dengannya.

Sedangkan suaminya? Jangankan punya anak, nyium dia aja nggak mau.

"Kak. Bang Rolan kok belum ada telepon ya?" tanya Mita memberitahukan kegelisahannya, saat Rani sudah agak senggang sementara anak-anaknya menonton TV.

Rani langsung mendelik dengan mulut menganga. "Belum juga ada 24 jam Mita... masa kamu udah mau balik ke suamimu?? Padahal di depanmu suamimu cerita mantan??"

"Soalnya... Bang Rolan marah, dia bilang mau pulangin aku ke Medan. Jadi, daripada aku ke Medan, kan bagus aku ngumpet di sini Kak."

Rani melongo. "Gi-gimana sih maksudnya?"

Dengan wajah tertekuk Mita menyahut. "Aku takut Bang Rolan malah bener-bener pulangin aku ke Papa..."

Rani kehabisan kata-kata. Ya ampun... jadi Mita mau ikut sama dia karena nggak mau dipulangin ke rumah orang tuanya??

"Jadi, kamu nggak mau pisah sama suamimu, dan terima aja suamimu masih belum move on dari mantannya?" perjelas Rani.

Mita menekuk wajah lesu. "Tapi... dari pada aku jadi janda? Kan malu Kak..."

Tangan Rani sontak menepuk jidatnya. "Kamu yakin, rela-rela aja seumur pernikahan kalian, suamimu nggak akan sentuh kamu??"

Mita sedikit menaikkan wajahnya. "Terus, kami nggak bisa punya anak?"

"Nah itu...!"

Mita menggigit-gigit bibir bawahnya.

"Kalau kamu balik dengan mudah ke suamimu. Resikonya, suamimu akan makin semena-mena, kamu juga nggak bisa nuntut dia macem-macem, memangnya kamu siap?"

Wajah Mita semakin menekuk, dia mulai membayangkan awal-awal dia tinggal di tempat Bang Rolan, dan suaminya itu mendiamkannya. Jadi, Mita hanya akan makan, tidur, beres-beres rumah, tidur lagi?

Jejak LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang