Bab 11

4.6K 843 75
                                    

"Baru lahir itu Kak," sahut Ijal. Bahu Rolan semakin tegap, ngapain ditanggapin! Pekiknya dalam hati.

"Baru lahir udah segede ini??" ungkap Mita terheran-heran.

"Iya..."

Mita mengulurkan tangannya dan si jantan Brahman putih bersih itu menyundulkan kepalanya. "Dia mau aku pegang!!" seru Mita dengan lebih girang.

Sial! Rolan semakin mendengus. Belum aja dia digigit pacet, batin Rolan.

"Nama Induknya Sasa. Kesayangan Bang Rolan."

"Nama anaknya?"

"Belum tau. Tanya Bang Rolan."

"Siapa Bang?" Mita kontan bertanya.

Rolan langsung melengos masuk ke dalam rumahnya. Meletakkan koper ke kamar. Ya, lihatlah, bahkan dia masih membawakan koper Mita, memangnya siapa lagi yang mau membawakannya? Balas batin Rolan mengejek.

Rolan cukup lama di kamar mandi ketika dia mendengar suara-suara di luar. Suara Nondongnya cukup ramai, dan ketika dia keluar dari kamar mandi, Mami Yuni tengah meletakkan sesuatu ke atas meja makannya dan ditutupi tudung saji.

Mita mengelilingi rumahnya seperti dia melihat-lihat ke sebuah museum. Semakin aneh kernyitan wanita itu semakin bagus bagi Rolan. Tetapi, kuping Rolan panas, mendengar Nondongnya berbicara yang muluk-muluk di tambah mereka ke kamar depan sambil menawarkan ini itu ke Mita, sedangkan Mami Yuni mulai membersihkan apa pun yang bisa dibersihkannya.

Bibir Rolan menipis, gimana Mita segera cabut dari rumahnya? Jika dia tetap diperlakukan seperti ratu kayak gitu?? Rolan capek, penat, dan ngantuk membuatnya susah berpikir.

"Lan, coba apakan dulu AC ini biar dingin. Nondong nggak ngerti."

Rolan mengabaikan ucapan Nondongnya dan memilih merebahkan diri ke kursi ruang tamunya.

"Loh Abang kok tidur di situ—"

"Ssstt... udah biarin aja. Rolan pasti capek. Mita kalau mau tidur di kamar aja ya... tapi kayak mana AC ini ya... Yun..."

"Sini Ndong, biar kuhidupkan."

"Oh... bisanya kau."

"Kan dikamarku pake AC juga."

Dalam pejamnya, kelopak mata Rolan berkerut, sungguh tidak pentingnya percakapan itu, pikirnya.

Kembali masuk ke dalam, Mita duduk di pinggir kasur dengan bingung sembari matanya tak henti mengamati sekeliling. Kamarnya kali ini hanya ada tempat tidur dan lemari yang jaraknya dekat sekali. Mita menarik lemari tersebut dan ternyata mentok ke kaki tempat tidur.

"Udah... nanti Nondong yang beresin pakaianmu. Istirahatlah kau ya, kalau mau makan nanti Nondong bangunin. Atau kau udah lapar?"

Mita menggeleng.

Tak lama Nondong Bang Rolan keluar. Mita yang masih menyesuaikan diri, mengitari tempat tidur dan memegang ujung kunci jendela kayu yang cukup unik. Ketika dibukanya, dia sedikit terkejut jendela itu terbuka lebar keluar, dan terbatuk dengan debu di sela kayu yang beterbangan ditambah sinar matahari menyengat masuk. Mita kelabakan melewati ujung tangannya ke sela pembatas besi dan menariknya kembali tutup.

Mita kembali memutar tubuhnya, penasaran kenapa Rolan harus tidur di kursi? Tetapi ponselnya berdering. Pasti Mama lagi pikirnya, tapi ternyata tidak. Kali ini nomor Juni yang tertera di layar ponselnya.

"Halo. Kenapa?"

"Kakak yang nggak kenapa-kenapa?"

"Aku nggak papa."

Jejak LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang