Sebenarnya Rolan ingin kabur ke warung selepas maghrib, tetapi dia harus menunggu Bang Suroso untuk menyuntik lembu-lembunya.
Nondongnya datang lagi, untuk membawakan makan malam—terkhusus untuk Mita—sebab Rolan terbiasa makan apa saja, jika tidak ada dia mampu mengurus dirinya sendiri. Namun, melihat Mita diperlakukan benar-benar bak ratu, Rolan jadi semakin meradang.
Rolan keluar dan merokok di dekat kandangnya, tak peduli Mita yang memanggil-manggilnya tadi. Mita belum ada gelagat menangis atau sebagainya, dia hanya menanyakan ini itu, yang membuat Rolan pusing. Tapi siapa juga yang tidak betah, jika di sini Mita masih serba dilayani?? Ck! Rolan harus memikirkan cara membuat Mita tidak betah dan segera angkat kaki dari sini.
Akhirnya yang Rolan tunggu tiba.
"Lama kali Bang..."
"Iyo... aku urusin ikulah lembu Mak Janda, lahir prematur," sahut Suroso dengan logat jawanya yang sangat kental.
Mereka langsung menuju kandang. Rolan mengambil ember dan air, sementara Suroso langsung membuka tas dan mengambil alat suntiknya. Dia kemudian membuka box yang dibawahnya. "Mau suntik apa ini Bang?"
"Semetal aja."
"Semetal lagi?"
"Iyalah. Untung-untung jantan cepet jadi duit."
Rolan segera membantu menarik tali mengikat erat leher ke tiang agar lembunya tidak bergerak-gerak.
Selesai dua lembu, Rolan menarik untuk lembu ketiga.
"Iku bojomu?" [Itu istrimu?]
Rolan langsung tersentak menoleh ke belakang. Dalam cahaya remang, dia masih dapat melihat sosok Mita yang sangat kontras ketika berdiri di pembatas kandangnya. Dia mulai waspada, kenapa Mita harus mengikutinya ke kandang...
"Ayu yo..." [Cantik ya] "Ayune bedo... koyo artis!" [Cantiknya beda, kayak artis] "Pinter milih nih Bang Rolan... dapet sing bening-bening."
Rolan berpura tak mendengar, dan berharap Mita juga tak mendengar.
Setelah selesai. Sialnya, Mita masih berada di sekitar Rolan, bahkan sampai Suroso melemparkan senyum dan pergi.
"Itu sekali suntik langsung jadi anak, Bang??"
Sialnya, Rolan menikmati wajah terheran-heran Mita. "Tergantung, bisa juga gagal, dan minta kawin lagi."
"Kalau cara hamil manusia gimana ya? Apa disuntik juga Bang? Aku nggak pernah tanya ke Mama sih."
Napas Rolan langsung tertahan, tampak dari sorot mata Mita dia tak pernah tahu... tentang hal itu.
Rolan memutar tubuhnya daripada dia semakin terjebak.
"Oh... Abang juga nggak tau ya? Nantilah... Kutanya Juni."
Manik mata Rolan langsung melebar. Sial! Dia larang atau tidak? Tapi yang jelas dadanya sudah berdebar-debar di tambah dengan rasa tubuhnya yang mulai aneh. Rolan harus segera menghindar dari Mita.
"Loh Abang mau ke mana?"
"Ada urusanku. Kau balik ke dalam rumah aja."
Mita masih sedikit mengejar Rolan namun berhenti dengan wajah tertekuk, ketika Rolan sudah melajukan motornya.
***
Sampai di warung tempat nongkrong Rolan, dia langsung meminta kopi hitam ke Delia, anak pemilik warung.
"Eh, penganten baru kok ke warung?" celetuk Giman, yang langsung membuat Rolan melengos.
"Memangnya nggak boleh ke warung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Lara
RomanceBlurb : Menikah adalah prioritas nomor ke sekian bagi Rolan, sebelum dia bertemu sosok Mita. Gadis polos penderita disleksia. Sayangnya, Mita adalah wanita yang hendak dijodohkan kepadanya, oleh Ayahnya-pria yang telah menelantarkannya sejak kecil...