"Tekanan darahnya naik, terus napasnya sesak," ucap Pa Uda Rukun ketika Rolan akhirnya tiba di rumah sakit. Nondongnya masih berada di UGD.
Rolan memandangi dengan ekspresi keras ditambah disana ada Bapak dan istrinya. Tak ingin berlama-lama ada di sekitar mereka, Rolan segera masuk ke ruangan, Nondong hanya ditemani Mami Yuni.
"Kak..." sela Juni ketika Mita hendak mengikuti Rolan.
"Apa??"
"Kakak di sini aja..."
"Aku mau liat Nondong juga."
"Nggak boleh banyak-banyak orang," bisik Juni.
Mita langsung terdiam, dan menurut untuk ikut duduk.
"Kakak nggak haus?"
"Oh, iyaa... Mita haus ya?" imbuh Mirna sok ramah, Juni terkejut ada yang menimpali, sementara Mita menoleh dengan tatapan menilai.
"Iya Bu. Biar aku antar Kak Mita," sela Juni cepat-cepat menarik tangan Mita.
Mita yang merasa kebingungan ikut menyeret langkahnya. "Apa sih??"
"Aku mau ngomong sama Kakak, tapi jangan sampai ada yang dengar..."
"Oh... rahasia??"
Juni memutar bola mata dan mengiyakan saja.
"Sebenernya Bang Rolan kenapa, Kak? Aku berusaha nguping dari kemarin tapi nggak ngerti bahasanya... keluarga Bang Rolan pake bahasa Karo..."
"Memang kamu nggak bisa?"
"Ck! Ya nggak bisalah Kak. Aku kan orang Jawa."
"Tapi, masa kata Bang Rolan dia mau ajukan pembatalan pernikahan. Aku nggak mau keluargaku tahu. Malulah... Aku nggak mau jadi janda!"
"Pembatalan nikah itu bukan janda."
Dahi Mita berkerut sesaat. "Ya pokoknya sama aja... keluargaku tahunya aku udah nikah kan??"
Iya juga sih. "Tapi Kakak nggak takut kalau tetap ikut Bang Rolan? Dia marahnya ngeri loh."
"Tapi kami nggak pukul-pukulan kok."
Juni mengembuskan napas kasar. "Memangnya kenapa sih Bang Rolan sampe semarah itu?"
"Gara-gara cincin! Katanya aku nggak pake cincin yang dia maksud. Padahal aku udah bilang mau lepas cincin ini. Tapi Bang Rolan tetap marah..."
Dahi Juni ikut berkerut, dia menarik begitu saja jemari Mita dan memeriksa cincin yang dikenakan majikannya tersebut. "Masa sih cuma gara-gara cincin??"
"Tuh kan... makanya aneh. Padahal aku bilang mau lepas cincin ini. Tapi Bang Rolan masih marah," sungut Mita.
Juni meringis, sepertinya ada masalah yang lebih besar tapi Kak Mita nggak paham. Dia juga sangat penasaran sih. "Memangnya beneran cuma karena cincin ini? Kakak udah tanya betul-betul Bang Rolan marahnya kenapa?"
Mita langsung tersentak. "Oh iya aku belum tanyain."
"Tuh kan!!"
"Jadi gimana dong?? Oh, aku tanya sekarang aja."
"Jangaaan... Nanti aja!"
Mita kembali cemberut.
"Tapi aku nggak ngerasa bikin salah sih."
Wajah Juni ikut berpikir. "Coba Kakak ingat-ingat lagi."
"Nggak adaa... pas aku ketiduran aja, Bang Rolan masih baik-baik aja kok."
Juni semakin penasaran.
"Jun. Kalau Bang Rolan bener-bener pergi. Aku... nggak bisa liat Bang Rolan lagi? Katanya dia nggak mau aku ikutin."

KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Lara
RomansaBlurb : Menikah adalah prioritas nomor ke sekian bagi Rolan, sebelum dia bertemu sosok Mita. Gadis polos penderita disleksia. Sayangnya, Mita adalah wanita yang hendak dijodohkan kepadanya, oleh Ayahnya-pria yang telah menelantarkannya sejak kecil...