"Ih... Bang Rolan ke mana sih? Kok nomornya dari semalam centang satu?? Ditelepon nggak bisa."
Juni semakin menaikkan alisnya ketika terus-menerus mendengar keluhan Kak Mita. Jika Mita tidak suka dengan pesta semacam ini, Juni sangat suka, sebab mungkin cuma dia salah satu asisten yang bisa wara-wiri sambil jagain Kak Mita. Bisa makan sepuasnya, bisa foto-foto buat status Whatsapp.
"Tuhkan... karena Kakak udah lama di Medan, jadi udah mulai bosan komunikasi."
"Lama apanya?? Belum juga sebulaan..." seru Mita tak terima.
"Kak... jangan-jangan Bang Rolan sama cewek itu lagi??"
"Kamu kalau ngomong jangan asal ya...! Bang Rolan nggak punya pacar!"
"Nggak pacaraan... ketemu sama cewek-cewek kafe kayak gitu nggak mesti pacaran."
Dahi Mita berkerut tak mengerti. "Maksudnya?"
Juni menggaruk kepalanya. Gimana jelasinnya ya, kalau dijelasin detail, nanti Kak Mita salah paham. Kalau nggak dijelasin, kasian juga sih... mana tau itu si Bang Rolan memang doyan jajan?? Haduuuh, tatapan Juni mendadak ngeri.
"Apa sih?? Nggak jelas."
Juni meringis. "Maksudnya..." ucapan Juni terhenti saat bos besar memanggil Kak Mita.
"Mita! Ini salamin Oma sama Tante Indah."
Dengan wajah super datar, Mita menyalami Oma... yang kalau tidak salah adalah anak tiri Almarhum Atok yang pernah menikah lagi di usia enam puluh tahun. Mita terlalu pusing menghafal silsilah keluarganya, sebab terlalu banyak. Dia hanya tahu pangkal anak-anak Atok yang berjumlah sepuluh, dan satu anak bawaan dari istri keduanya, yaitu Oma. Sedangkan kakeknya, adalah anak ke dua dari sepuluh bersaudara itu, yang sudah meninggal dari sebelas tahun lalu. Mamanya sendiri adalah anak terakhir dari lima bersaudara.
"Panggil Rani," ucap Oma.
"Oh, iya, kebetulan anakku juga lagi liburan ke Medan. Rani... Maaf ya repot sama anak-anak."
Mita menoleh ke arah ibu muda yang masih segar menggandeng seorang anak perempuan seperti kebanyakan sepupu-sepupunya yang lain.
"Gusti mana?"
Mita masih mendengar bisikan itu. Gusti suaminya?
"Lagi di toilet, BAB tadi, lagi dibersihin bapaknya."
Oh, anaknya? Bapaknya? Artinya suaminya, bersihin BAB?? Pertanyaan dalam hati Mita membuatnya tertarik. Kalau dia dan Bang Rolan punya anak, kira-kira gimana ya? Pasti Bang Rolan juga sih yang bakal bersihin BAB anaknya, soalnya Mita kan nggak tahu arah jalan ke toilet. Apa Kak Rani ini juga nggak tahu jalan ke toilet??
"Mita kalau nggak salah nikah sama orang Riau juga kan?" tanya Oma yang duduk di kursi roda.
"Orang Medan Oma..." sela Vina langsung.
"Iya tapi tinggal di Riau?" sahut Indah. "Sama loh, Rani juga tinggal di Riau."
"Sebentar lagi akan pindah ke Medan kok."
Indah tertawa terputus-putus.
"Oh ya... Kak Rani tinggal di mana?"
Vina langsung menoleh pada Mita.
"Rokan hulu. Kamu di mananya?"
Vina tersenyum basa-basi. "Nggak tahu dia alamatnya."
"Tahu kok Ma... Aku tinggal di Kandis."
"Oh... Kandis... sekitar empat sampai lima jam lagi dari rumah."
"Jauh lagi ya?" celetuk Indah.
"Iya Ma."

KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Lara
RomansaBlurb : Menikah adalah prioritas nomor ke sekian bagi Rolan, sebelum dia bertemu sosok Mita. Gadis polos penderita disleksia. Sayangnya, Mita adalah wanita yang hendak dijodohkan kepadanya, oleh Ayahnya-pria yang telah menelantarkannya sejak kecil...