Suara ketukan membuat Mita menoleh semakin panik.
"Abaang..." cicit Mita, yang membuat Rolan berhenti melangkah.
Ini rumahnya, tak seharusnya Rolan kabur. Apa pun itu dia harus menghadapinya.
Mita terkejut saat Bang Rolan justru melangkah ke dalam menuju pintu depan.
"Bang... kalau Mama langsung ajak pulang gimana??" Mita menarik-narik kaos suaminya, namun Rolan tetap membukakan pintu.
Mita mengerjap, dan menatap tegang. Rolan menahan napas lalu mengembuskannya panjang. Sementara di hadapan mereka, Mama Mita menatap dengan tampang seperti menahan emosi, dan di sebelahnya, ada Juni! Mama bawa Juni yang membelalak melihat keadaan majikan yang diasuhnya seperti anak kecil itu. Benar-benar tak percaya Kak Mita sanggup tinggal di tempat jauuuh dari mana-mana, bahkan tetangga!
"Ma-Mama datang kok nggak bilang-bilang?"
"Kok terasnya jorok kali gini sih?" Mama Mita justru menimpali pertanyaan dengan nada tidak senang.
Rahang Rolan mengeras.
"I-iya, belum aku sapuin, aku baru bangun..."
"Kamu yang nyapu?? Di rumah aja kamu nggak pernah pegang sapuuu!"
Rolan tak bisa menahan rahangnya yang berdenyut, memang benar, meski mereka selalu bergantian, mengerjakan pekerjaan rumah. Tetapi, Mama Mita menganggap itu sebagai dosa besar.
"Di sini kami hanya berdua, dan kami melakukan semua pekerjaan bergantian," aku Rolan jujur.
Mama Mita langsung menyorot sinis.
"Mama... Mita...?"
Mama Mita yang tadinya ingin menyahut langsung melihat ke belakang, ke arah, Nondong Rolan yang berjalan tergopoh-gopoh.
"Kenapa kok tiba-tiba datang?"
"Saya mau bawa Mita pulang."
Nondong membelalak ngeri. "Loh, kenapa??"
"Ada pesta Ndong."
Bola mata Nondong yang masih membulat sempurna menoleh kaku ke sekeliling, dan sedikit bernapas lega. "O-oh... Iya, iya. Masuk dulu Mama Mita. Kok nggak bilang-bilang mau datang, baru mau masak ini tadi—"
"Kami nggak lama-lama kok Bi. Saya langsung bawa Mita ke Medan."
"Loh, nggak capek? Minum-minumlah dulu."
"Enggak. Kami masih banyak urusan." Vina berpikir, dia bisa beristirahat di mana saja, asal tidak di sini.
Dahi Rolan mengernyit dengan wajah semakin keras.
"Loh, tapi aku belum mandi Ma..."
"Nggak perlu. Nggak perlu bawa apa-apa—"
"Biarkan Mita mandi dulu," potong Rolan tegas.
Vina menaikkan bahu menatap Rolan tersentak karena menantang tatapannya.
"Iya Mama Mita... masa mau pergi nggak mandi."
Mama Mita menahan dengusan. Dan akhirnya mengiyakan Mita untuk pergi mandi sebentar.
Mama Mita dengan asistennya bahkan tidak perlu repot-repot masuk ke dalam, hanya menunggu di kursi rotan di teras, seperti orang asing.
Emosi dalam batin Rolan berputar-putar. Namun, dia tetap tak meninggalkan Mita, meski sejak tadi logikanya mengatakan seharusnya dia pergi saja menunjukkan kemarahannya secara terang-terangan atas, sikap sombong dan semena-mena Mama Mita.
Tak pernah-pernahnya Rolan menunggui Mita hingga selesai mandi dan hanya menggunakan jubah mandinya.
Ketegangan terasa ke seluruh tubuh Rolan saat, Mita justru menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Lara
RomanceBlurb : Menikah adalah prioritas nomor ke sekian bagi Rolan, sebelum dia bertemu sosok Mita. Gadis polos penderita disleksia. Sayangnya, Mita adalah wanita yang hendak dijodohkan kepadanya, oleh Ayahnya-pria yang telah menelantarkannya sejak kecil...