Bab 29

6.2K 1K 116
                                    

"Jal... Jal... Cepat panggil Nondong!" Rolan mencaplokkan tangannya begitu saja ke tubuh Ijal, yang masih syok melihat wajah Mita yang tiba-tiba hadir di hadapannya.

Ijal yang menoleh bingung, langsung pergi dengan cepat, ke rumah Nondong Bang Rolan.

"Ayah! Lembu!!" pekik si anak perempuan yang langsung berlari.

"Melanii..." seru ibunya dengan melengking namun berusaha selembut mungkin.

"Lihat ke kandang, boleh?" izin sang suami.

"Boleh-boleh, Bang..."

Rolan membisik ke Mita. "Kenapa tiba-tiba—" ah, dia semakin bingung harus berkata apa.

"Ya karena Abang nggak datang-datanglah! Terus ketemu Kak Rani yang juga mau ke Pekanbaru, jadi aku nebeng deh..." sahut Mita seperti tanpa beban. "Itu Bang Guntur, suaminya. Anaknya namanya, Melani sama Gusti. Ingat kan aku?" celetuk Mita bangga.

Rolan mengembuskan napas berat sekali lagi, namun, matanya menangkap lembut bola mata Mita. "Rumah belum dibersihkan."

Mita mendelik. "Debunya tebal?"

"Ya nggak juga..." sahut Rolan membuka pintu. "Kau ajak masuklah sepupumu. Aku bikinkan minum dulu."

Mita mengangguk ceria. "Kak Rani... sini masuuk..."

Rani antara ingin menyusul suami dan anaknya, sekaligus kepo dengan isi rumah Mita. Tapi toh, anak-anaknya juga sudah ada yang menjaga, jadi Rani mengikuti Mita masuk ke dalam.

Rani memperhatikan setiap inci sudut rumah, tidak ada yang mencurigakan, selain... hanya ada dua rumah selain rumah-rumah kampung tadi. Ah, ternyata masih mending kampungnya, yang punya tetangga kiri, kanan, depan.

"Ini kamarmu sama suamimu?" tanya Rani melonggokkan kepalanya sedikit, saat Mita membuka kamar, dan meletakkan tasnya.

"Enggak, aku aja yang tidur di sini. Kadang ditemenin Nondong."

Nondong?

"Jadi suamimu??"

"Abang tidur di luar..."

Rani melotot dengan lidah yang gatal ingin segera menimpali, tetapi keburu seseorang mengucapkan salam. Rani langsung menoleh, seorang nenek menyapa dengan sangat ramah.

"Oh... ini sepupu Mita??"

Rani mengangguk, mengulas senyum dan menyalami nenek tersebut.

"Ini Nondong Bang Rolan."

Rani sedikit menaikkan alis, sama-sama orang Karo kayak suaminya ternyata.

"Jadi, ini sepupu Mita dari mana?"

"Dari Mama Ndong," sahut Mita.

"Eh, bentar-bentar yaa... Nondong masak dulu. Nggak taunya Nondong kalau ada tamu—"

"Nggak usah repot-repot Ndong. Kami baru... aja makan."

Mita mengangguk, karena memang itu benar.

"Oh, iyanya? Ya udah, Nondong bikinkan minumlah dulu."

Tapi tak lama Rolan muncul dari tirai, dan mengisyaratkan kepada Nondongnya jika dia baru saja selesai membuat minum.

Nondong lalu ke belakang, dan mengambilnya lalu kembali dan menyuguhkannya di depan Rani. Nondong kemudian, mengobrolkan apa saja dengan senyum yang tak surut dari wajahnya.

Namun, Rani justru meminum teh dengan air muka semakin menilai.

Melihat keramah-tamahan yang berlebihan itu, membuat insting Rani semakin menggelora. Dia sangat yakin ada sesuatu yang tak beres di sini.

Jejak LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang