Bab 37

6.7K 960 61
                                    

"Abaaang ih!"

Senyum Rolan semakin tersungging ketika Mita terus merengek karena belum berhasil memutar tubuhnya. Rolan mengunci tubuhnya. Bagian yang paling disukai Rolan saat berkesempatan menemui Mita ternyata adalah bermalas-malasnya sembari memeluk Mita dari belakang, dan menghidu aroma rambut dan tubuh Mita.

Rolan tak ingin munafik, dia seperti pria hidung belang yang menemukan mangsanya. Pertama kali bertemu dengan Mita dia menganggap Mita layaknya kuncup bunga yang baru mekar, wangi, cantik, dan sangat indah dipandang. Seluruh tubuhnya bahkan bergetar tiap malam memikirkan dia akan menikahi Mita.

Dan kini justru wanita itu berada dalam rengkuhan Rolan. Tidak menolak, dan malah mencari-carinya melemparkan diri ke pelukan Rolan. Rolan mengingat lagi tentang semua kebenciannya namun ketika hal itu tertuju pada Mita, Rolan hanya seperti mencari-cari pembenaran, karena sesungguhnya hati dan juga tubuhnya menginginkan Mita.

Rolan mengusapkan rahang ke rambut Mita saat mendengar kembali gumaman rajukan istrinya. Satu tangan Rolan menangkup ke buah dada Mita. Seringainya terbit saat kenakalan lelakinya bergumam dalam hati barangkali buah dada Mita akan membesar karena ulahnya.

Cemberutan Mita semakin panjang, tetapi dia senang saat bibir Bang Rolan berada di kepalanya. Ditambah dengan tangan Bang Rolan meremas dadanya, tangan Mita ikut meremas pergelangan tangan Bang Rolan.

Napas Mita terembus tak normal. Ini tanda-tanda dia bergairah seperti yang dikatakan Bang Rolan? Mita semakin takjub saat mulai mengenali dirinya, mulai mengenali yang kata Juni—urusan orang dewasa!

"Bang...? Apa yang Abang lakuin ke tubuhku, bisa juga kulakuin ke tubuh Abang?"

Gerakan tangan Rolan langsung berhenti. Sambil menelan ludah, Rolan menjawab. "Bisa. Kenapa?"

"Aku mau coba...!"

Seruan antusias Mita membuat kuduk Rolan merinding.

Dan saat dekapan Rolan sedikit longgar Mita berhasil membalik tubuhnya.

"Hmm??"

Rolan mengerjap, wajahnya sudah semerah tomat.

"Ya—udah," ucap Rolan aneh dengan suara tercekat.

"Tunggu dulu..." Mita justru memasang wajah berpikir sambil memandang Rolan.

Rolan tertawa kecil.

"Ngapain diingat-ingat? Langsung praktek aja..." serunya penuh seringai.

Namun, Mita masih memasang tampang polos. Untuk kemudian tersenyum lebar ketika berhasil mengingat setiap detail yang Bang Rolan lakukan padanya.

Seringai Rolan bertambah lebar, menurut saat Mita menurunkan pundaknya agar berbaring sementara wanita itu duduk di sampingnya. Ludah Rolan tertahan ketika Mita naik ke atas tubuhnya dan duduk di sana. Bola mata Rolan kontan terselimuti kabut hasrat, sebab mereka belum pernah mencoba bercinta dengan posisi yang berbeda selain Mita yang berada di bawahnya.

Senyum Rolan terukir kaku di wajahnya, mengantisipasi apa yang hendak dilakukan istrinya. Setiap inci wajah dan tubuh Mita yang ditatap Rolan menjadi pemantik gairahnya.

Gerakan Mita menghempaskan rambutnya ke belakang, tampak begitu seksi di mata Rolan, membuat perutnya mengejang. Sekalipun Mita tak berniat menggoda seperti sebuah kesengajaan, namun gairah Rolan semakin membumbung. Ditambah dengan senyum manis yang terulas di bibir Mita ketika menangkup wajahnya.

Mita menunduk dan mulai mencium kening Rolan, napas Rolan langsung tertahan. Mita yang dengan polos mengikutinya, namun yang dirasakan Rolan lebih dari itu, dia tak ingat kapan terakhir kali ada yang mengecup keningnya yang pastinya ketika dia masih sangat kecil. Ketulusan itu merambat jauh ke relung hati Rolan. Bola matanya menatap Mita mengikuti manik matanya dengan bergetar.

Jejak LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang