"Suamimu ada bilang apa aja?" Rani tak dapat menekan rasa penasarannya. Bertanya kan tidak salah?
Mita sudah membuka mulutnya dengan wajah semangat, namun kembali tertutup rapat. "Kata Bang Rolan jangan kasih tahu pembicaraan rumah tangga kami sama orang Kak..."
Rani meringis sengit, jika dia memberitahukan jawaban Mita kepada Bang Guntur dia pasti diejek.
Mata Rani langsung menyipit. "Suamimu bilang begitu??"
Mita mengangguk kencang.
"Spesifiknya orang mana?" Rani mendadak tersinggung. Jangan-jangan cuma sama dia?
"Semua orang... yang boleh tahu cuma kami berdua," tutup Mita dengan senyum.
Bibir Rani bergerak-gerak, "Memangnya... suamimu ada janji nggak bakal ingat-ingat masa lalunya lagi?" tanya Rani dengan alis terangkat.
Mita langsung memasang tampang berpikir. "Bang Rolan nggak ada bilang soal itu sih. Nantilah aku tanyain."
Rani mendengus. Semoga aja, kali ini pendapat Bang Guntur yang benar. Tiba-tiba dia teringat, apa karena sedang marahan jadi suaminya Mita takut kehilangan dan akhirnya menyesal? Bisa jadi sih... duh, dia penasaran...
"Ini... goodiebag untuk baju kotormu."
"Kak, kayak mana aku balikin baju Kakak ini?"
"Kapan-kapan aja. Mana tahu kamu mau main ke sini lagi."
"Oh iya! Nanti aku ajak Bang Rolan main ke sini lagi..."
Rani mengangguk, mengamati keluguan Mita. Dari cerita Mita, Rani tahu jika Mita tak mampu membaca karena mengidap disleksia. Masa kecil Rani saja dilingkungan yang ketat, apalagi seperti Mita? Jadi, Rani benar-benar tidak asing dengan lingkungan mereka, dan menjadi sangat penasaran kenapa orang tua Mita mau merelakan anaknya menikah dan tinggal di pelosok?
Semoga benar, suaminya nggak ada maksud apa-apa ke Mita. Meski Rani gatal ingin menceritakan soal ini ke Mamanya, tetapi Bang Guntur melarang keras. Tapi ada benarnya juga sih, kalau sampai Mamanya sampaikan ke Mama Mita, bisa-bisa Rani dituduh sebagai penyebar gosip.
"Kamu hati-hati ya. Kalau ada apa-apa. Telepon Kakak..."
Mita mengangguk.
Rolan begitu lega akhirnya dia bisa membawa Mita pulang bersamanya. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi.
Setelah berpamitan dengan Bang Guntur dan istrinya, sebenarnya jika mereka datang dalam keadaan yang lebih bagus Rolan sangat tertarik berkeliling, namun, yang ada di pikirannya saat ini hanyalah membawa Mita sesegera mungkin sebelum hal-hal lain mempengaruhi istri lugunya.
"Bang..." sebut Mita di tengah perjalanan bahkan istrinya tersebut, secara mendadak memutar tubuhnya menghadap ke Rolan. Rolan hanya berani menoleh sesaat, sebelum dia kehilangan fokus ke jalanan.
Bahu Rolan langsung menegang, jangan bilang Mita mau membahas ciuman lagi??
"Kak Rani punya banyak foto-foto nikahannya loh di dinding."
Astagaa... napas yang tadinya tertahan langsung terembus lewat mulut.
"Nanti kutanya Mama deh, foto-foto kita udah jadi belum. Tapi masa belum jadi ya? Kan udah lama."
Diingatkan soal itu membuat sesuatu mengganjal di hati Rolan kembali timbul.
"Masa aku nggak punya foto nikahan kita di hapeku, ya kan??"
Rolan berdeham. "Kita mau makan ditempat, atau bawa pulang aja?" tanya Rolan saat mulai memasuki jalanan kota.
"Abang udah laper?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Lara
RomanceBlurb : Menikah adalah prioritas nomor ke sekian bagi Rolan, sebelum dia bertemu sosok Mita. Gadis polos penderita disleksia. Sayangnya, Mita adalah wanita yang hendak dijodohkan kepadanya, oleh Ayahnya-pria yang telah menelantarkannya sejak kecil...