Bab 41

6K 960 107
                                    

"Bang aku ikut ke terminal ya..."

"Jangaan... mau pulang sama siapa kau?"

Mita merengut. Sopir sedang antar Mamanya. "Pergi sama Juni bisa... kami naek taksi ajaa..."

"Ya ngapainlah, buang-buang ongkos. Aku pergi sendiri aja."

Rolan menarik pundak Mita, mengecup kening istrinya sekali, dua kali, beberapa kali.

"Nggak tungguin Papa atau Mama pulang aja dulu Bang. Paling lama busnya jam berapa sih??"

Justru itu yang Rolan harapkan. Tidak bertemu orang tua Mita.

"Nggak usahlah. Kau bilang aja nanti sama orang tuamu aku udah pulang."

Mita menduselkan kepalanya ke dada Rolan. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh suaminya.

***

Mita semakin cemberut sebab dari semalam pesannya belum juga dibalas Bang Rolan. Nomornya nggak aktif. Gini nih, kalau lagi jauh-jauhan...

"Habis baterai kali Kak..."

"Iya aku tau...!" Mita juga yakin begitu.

"Muka Kakak kok gitu kali..."

"Memang mukaku kenapa??" dengus Mita, cemberut sambil men-scroll ponselnya.

Juni menggerutu dalam hati. Juni merayap ke arah Mita dari duduknya di lantai. "Memangnya Kakak kemarin sama Bang Rolan ke mana sih??"

Wajah Mita langsung memerah. "Mau tauu ajaa..."

Sabaaar... sabaar... batin Juni. "Memangnya Bang Rolan tau daerah sini. Kan dia udah lama di Pekanbaru."

"Taulaah... kan ada hape."

"Ada hape pun kalau nggak tau tujuannya ke mana, mana bisa nampak Kak, mapnya..."

Mita langsung menoleh sepenuhnya. "Ya adalah... Bang Rolan tinggal ketik Pantai Cermin, keluar—"

"Oh... ke pantai."

Mita serta-merta mendelik. "Kamu sengaja mancing-mancing ya...?"

"Kakak mancing di sana??" timpal Juni mengeles.

"Ya nggaklah, ada orang-orang cari kerang, bukan mancing!" Mita langsung mengerjap ngapain dia ceritain?!

"Terus Kakak sama Bang Rolan ngapain? Main-main air aja??"

Mita langsung melengos. "Entaah..."

"Oh... pasti Bang Rolan ajak keluar karena dia nggak betah di rumah ini kan??"

"Ya nggaklah... karena memang kami mau pacaran ya...!"

Juni memicing. "Kakak... udah ciuman sama Bang Rolan?"

"Kok kamu bisa tahu??"

Lah?? Juni langsung mendelik tak menyangka mendapatkan jawaban secepat ini.

"Beneran udah?! Gimana bisa??"

Wajah Mita semakin memerah. "Ah... kamu ganggu aja, udahlah sanaa..."

"Oh... Bang Rolan yang nyosor duluan? Cowok memang gitu tuh..."

Mita kembali berjengit tak terima dengan tuduhan yang terkesan negatif dimatanya.

"Ihh... apa sih... jangan bilangin Bang Rolan kayak gitu..."

"Jadi... Kakak yang nyosor duluan??" pekik Juni tak percaya.

Mita ikut terkejut, namun sedetik kemudian bibirnya merengut panjang.

"Pantesss... Bang Rolan nggak nolak. Terus sekarang agak kaleem..."

Dahi Mita langsung berkerut. "Kenapa kok kamu ngomong gitu??"

Jejak LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang