Mita terbangun dengan suasana hati sangat legaa... gembira... atau apa pun yang mewakili wajah cerahnya, meski sekali lagi dia bangun dalam keadaan rambut yang lembab dan kesiangan.
Mita terkejut dengan wajah lebih cerah lagi ketika pintu kamarnya terbuka dan suaminya hadir di sana.
"Banguuun..." tegur Rolan namun kali ini bukan dengan wajah galak sesungguhnya.
Mita justru menggulingkan tubuhnya menangkup ke kasur sebelum menatap suaminya kembali. "Jam berapa Bang?"
"Udah jam setengah sepuluh! Aku mau pergi."
Buru-buru Mita tersentak bangun.
"Kok pergi-pergi aja sih Bang...?"
"Ya namanya aku kerja."
Bibir Mita serta merta manyun. "Pulang kapan??"
"Kayaknya agak malem."
Air muka Mita berubah semakin suntuk. "Abang kok nggak bangunin aku sih??"
Rolan mendekat menarik dagu Mita dan mengecup dahinya kuat. "Tadi udah kubangunin, kau nggak bangun juga..."
Mita memeluk badan Rolan dan menduselkan kepalanya ke dada suaminya. Rolan balas memeluk istrinya, menepuk-nepuk kepala Mita. "Aku pergi ya?" bisiknya sembari mengecup rambut Mita yang wangi sampo.
"Umm..." gumam Mita malas-malasan. Masih belum rela melepaskan Bang Rolan. Kenapa sih, nggak bisa 24 jam aja dia pelukan sama Bang Rolan??
Mendengar suara kelontang dari arah dapur Rolan spontan melepaskan tangan Mita dari tubuhnya. Membuat Mita tersentak mengerjap, dan mengikuti Bang Rolan yang buru-buru keluar.
Nondong sudah datang, tetapi yang membuat Mita tambah cemberut adalah, Bang Rolan yang langsung pergi.
***
"Nih," kata Rolan yang sengaja masuk ke kamar Mita, sekembalinya dia dari menjual lembu yang baru ditampungnya seminggu di kandang dan baru sampai di rumah pada saat magrib. Di mana Mita telah uring-uringan menungguinya yang tak kunjung pulang, padahal Rolan pernah pulang lebih malam dari itu sebelumnya, dan Nondong juga menemaninya di rumah.
"Apa ini?"
"Buka ajalah..."
Mita masih penasaran ketika mengambil sebuah kotak dari dalam plastik hitam dan isinya ternyata... hairdyer??
Wajah Mita langsung ceria. "Kok ada?"
"Ada gimana??"
"Iya... maksudnya kok Abang bisa dapat??"
Sudut bibir Rolan berkedut. "Bukan dapat, aku beli itu..."
Senyum Mita merekah. "Iya loh... tapi kukira nggak ada dijual di sini."
Rolan merengut. "Ya adalah... nggak cuma di Medan ada jual kayak gitu..."
"Oh..." sahutan santai Mita tentu saja tak paham dengan isu sensitif yang sedikit memercik di dada Rolan, meski Rolan tahu Mita tak bermaksud apa-apa.
Rolan tersentak saat ada yang membuka pintu kamarnya.
"Apa itu Lan?"
Beruntung Rolan sangat sigap meraih kembali hairdyer berikut dengan kotaknya dan segera membuka pintu lemari.
"Nggak apa-apa," celetuk Rolan.
Mita menoleh bingung ke sana-kemari.
"Cuma mau—ambil baju, nya aku."
Dan Mita cemberut saat Bang Rolan keluar tanpa melihatnya. Apa karena ada Nondong di sini?? Kenapa sih? Bang Rolan nggak mau dekat-dekat dengannya kalau ada orang lain??

KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Lara
Roman d'amourBlurb : Menikah adalah prioritas nomor ke sekian bagi Rolan, sebelum dia bertemu sosok Mita. Gadis polos penderita disleksia. Sayangnya, Mita adalah wanita yang hendak dijodohkan kepadanya, oleh Ayahnya-pria yang telah menelantarkannya sejak kecil...