"Eh, itu suara hape Abang, kan?"
Rolan yang baru menyuap nasinya menggerutu dalam hati. Namun, Rolan juga terbiasa mengangkat ponselnya dalam keadaan apa pun, apalagi hanya ketika makan seperti ini. Jadi, Rolan tetap bangkit mengambil ponselnya yang di-cas di atas bufet meski belum mencuci tangannya.
Rolan menahan napas tegang ketika mendapatkan panggilan dari nama kontak yang tak disangka-sangka akan muncul di layar ponselnya. Selera makannya langsung menghilang.
"Siapa Bang?" tanya Mita yang tambah membuat Rolan terkaget karena istrinya tiba-tiba.
Bapakmu, balas Rolan dalam hati.
Mata Mita menyipit ke arah ponsel suaminya, dan langsung mundur ketika Bang Rolan bergerak saat mengangkat panggilan.
Sepanjang lawan panggilannya berbicara rahang Rolan semakin mengetat.
"Iya Pak," gumam Rolan pada ujungnya.
"Siapa Bang?" tanya Mita lagi.
"Bapakmu. Kau nggak ada bilang itu pesta dari pihak keluarga Bapakmu?"
Bola mata Mita melebar. "Masa sih aku nggak ada bilang? Eh, kelupaan kali ya. Tapi aku udah bilang sama Mama kalau Abang nggak ikut ke Medan kok..."
Justru itu, batin Rolan. Bapak Mita justru menekankan jarang-jarang pesta sepupu dekat Mita itu, dan harus datang untuk menghormati keluarganya dan sebagainya.
"Terus gimana??"
Rolan menyembunyikan rengutannya. "Ya udah. Datang kita."
"Beneran??"
Rolan mengangguk, menyambut senyuman semringah Mita.
"Tapi masih dua minggu laginya," imbuh Rolan, sudah menduga Mama Mita mengakali sesuatu.
***
"Apa katanya?" tanya Vina begitu suaminya selesai menelepon.
"Pulang katanya sama Mita."
Vina langsung mendengus seraya membuang muka. "Giliran pesta keluarga Papa aja dia mau datang?? Apa karena sama-sama orang Karo??"
"Cakap apanya kau."
"Loh, ya bener kan? Kalau ada pesta dari keluarga Mama ada aja... alasannya."
"Ya ini kan acara penting. Pesta anak Abangku. Yose nggak bisa datang. Mita sama suamianya wajib datanglah..."
"Jadi acara-acara keluargaku nggak penting??"
"Kau pikir ajalah sendiri."
Bibir Vina semakin menipis.
***
Selama dua hari penuh Rolan mengikuti acara pernikahan adat keluarga Bapak Mita, yang memang sudah tak asing baginya, hanya saja, Rolan terus dibuat celingak-celinguk memastikan keberadaan Mita. Istrinya mana mungkin tahan tak tidur semalaman, dan memang ada Juni yang menemaninya.
Sorot mata Rolan semakin gentar tiap kali melihat penampakan rumah yang dibangun di sebelah rumah orang tua Mita tersebut. Atapnya sudah berdiri kokoh, dan kini malah sudah terplaster semua, lalu lantai yang mulai dipasang.
Padahal Rolan nekad ikut balik ke Medan, untuk mencuri kesempatan mengatakan sesuatu kepada Bapak Mita, namun keadaan yang terjadi saat ini, semua orang tampak kelelahan dengan pesta adat yang tak berkesudahan itu.
Ketika Rolan selesai mandi, dia malah mendapati Mita tertidur di depan meja rias. Rolan berdecak, menarik bahu Mita hingga Mita tersentak kaget.
"Belum kau bersihin juga mukamu??"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Lara
RomanceBlurb : Menikah adalah prioritas nomor ke sekian bagi Rolan, sebelum dia bertemu sosok Mita. Gadis polos penderita disleksia. Sayangnya, Mita adalah wanita yang hendak dijodohkan kepadanya, oleh Ayahnya-pria yang telah menelantarkannya sejak kecil...