Rolan berhasil kabur dari rumah. Dia bahkan mengabaikan semua panggilan dari Mita. Rolan semakin yakin Mita akan menduga yang tidak-tidak. Ditambah Rolan tidak pulang sehari semalam, ya, Rolan sengaja menginap di tongkrongan di rumah seorang temannya yang lajang tua, ditinggal meninggal ibunya baru-baru ini. Semalaman mereka bermain kartu, ada yang bermain gitar, sementara Rolan... berusaha tak memikirkan keadaan Mita di rumah.
Saat rasa bersalah, muncul di hatinya, Rolan akan bercakap-cakap tentang apa saja dengan teman-temannya.
Semalam juga ada panggilan dari Nondongnya, dan Rolan mengabaikannya, Rolan tak cemas, dia justru sedikit lega karena Nondongnya pasti akan menemani Mita, disaat dia memutuskan untuk tidak pulang.
Tapi bagaimana jika Nondongnya membujuk Mita yang tidak-tidak? Ck! Rolan berusaha mengabaikan keras suara-suara di kepalanya. Yang penting setelah ini Mita yakin dia punya kekasih di luaran, dan tak tahan di rumah karena merasa diselingkuhi.
Dan sepertinya Rolan perlu menginap di rumah temannya, selama sehari dua hari lagi untuk memperkuat sandiwaranya. Meski dada Rolan membetot kuat, dia harus tahan, sedikit lagi... Mita pasti akan cabut dari rumahnya. Wanita itu pasti tak akan tahan dengan pemikiran bahwa suaminya memiliki wanita lain, dan jika Mita sampai membawa-bawa orang tuanya... baguslah! Seru batin Rolan seolah bersiap dengan kemungkinan terburuk. Akan lebih bagus jika orang tua Mita membencinya, lalu mereka akan segera bercerai.
Rolan bangun dengan melihat jam di ponsel sudah pukul setengah sembilan. Sedikit terkejut dia bangun sesiang ini karena begadang semalaman.
Rolan langsung menghubungi Ijal, untuk menyuruh membersihkan kandang sementara Rolan tak ada.
"Jal. Udah di kandang?"
"Udah Bang. Abang kapan pulang?"
"Belum taulah ini. Masih ada urusanku."
"Jadi Abang beli lembu sakit murah-murah itu?" Ya, banyak orang yang menawarkan lembunya yang sakit dengan harga sangat rendah, Rolan melihatnya sebagai kesempatan bagus, meski dia harus merawat lagi lembu-lembu tersebut hingga sembuh, resikonya, jika penyakit terlalu parah bisa saja mati meski coba dirawat. Rolan sedang mempertimbangkan keuntungan nantinya dengan faktor resiko yang lumayan besar itu.
"Inilah nanti mau kutengok."
"Tapi nggak bisa Abang pulang bentar?"
"Kenapa?"
"Kak Mita sakit loh Bang."
Rolan langsung terlonjak dari dipan kayu. "Sakit apa??"
"Nggak tahu Bang, itu tadi baru dibawa sama Mami Yuni ke bidan."
Rolan langsung menyambar kunci dan rokoknya.
***
Rolan memberhentikan motornya sembarangan dan segera masuk ke dalam rumah. Mita baru saja kembari berbaring miring di atas kasur karena pantatnya yang sakit karena suntikan. Isakannya masih terdengar nyaring.
"Kemana aja kau?? Nggak kau pedulikan istrimu!" bentak Nondongnya.
Rolan tak mempedulikan ocehan Nondongnya, dia langsung menunduk di sebelah kasur dan mengangsurkan tangan kapalannya ke kening Mita. "Dari kapan demam?"
"Semalam... Itulah...! Coba kau di rumah aja, kan bisa cepat-cepat urus Mita. Di telepon pun nggak kau angkat!"
Rolan menebalkan telinganya, perhatiannya seutuhnya pada Mita yang tak berhenti menangis.
"Mananya yang sakit?" gumam Rolan dengan ekspresi semakin keras. Wajah Mita semakin kecut menatapnya.
"Nggak pernah disuntik dia Lan," sahut Mami Yuni. "Tadi dipaksa, nangis nggak berenti sampe sekarang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Lara
Roman d'amourBlurb : Menikah adalah prioritas nomor ke sekian bagi Rolan, sebelum dia bertemu sosok Mita. Gadis polos penderita disleksia. Sayangnya, Mita adalah wanita yang hendak dijodohkan kepadanya, oleh Ayahnya-pria yang telah menelantarkannya sejak kecil...