Bab 52

4.5K 806 56
                                    

"Abang biarin Rolan bawa mobil kita??" desis Rani berbisik. "Aku bukannya mau pelit. Tapi mereka mau ke mana Bang?? Masalah mobil nggak kupikirin. Tapi keselamatan mereka?? Abang nggak mikirin akibatnya??"

"Udah kupikirin—"

"Terus kenapa tetap Abang kasih??"

"Karena mobilmu udah kupasang gps."

Rani loading sesaat. Sebelum melotot. "Kapan??"

"Ya adalah..."

"Kok Abang nggak pernah bilang-bilang ke aku?"

Guntur hendak mengelak.

"Oh aku tahu nih! Abang nggak percaya aku pergi ke mana-mana kan??"

"Nggak gitu—"

"Nggak gitu gimana?? Abang takut aku malah melipir ke mana gitu kan?? Nggak percayaan Abang samaku??"

Sial, Guntur malah menciptakan masalah baru.

"Nggak gituloh... kalau ada apa-apa kan cepat aku datangnya kalau tau kamu di mana..."

Rani masih menyipit kesal. "Alasan..."

"Udahlah... gitu aja pun—"

"Kalau aku suruh Abang cabut gpsnya mau?"

"Ya janganlah!" sengit Guntur langsung.

"Tuh... tuh...! Bilang aja alasan lainnya, karena Abang nggak percayaan kalau aku izin pergi ke mal!"

"Percaya loh aku, percaya..."

"Jangan-jangan ponsel aku pun Abang sadap??"

"Kayak mana caranya?" tanya Guntur dengan wajah serius.

Rani langsung mendelik. "Abang ih!!"

"Yang perlu aku sadap tuh, nomor Abang! Biar aku tahu kalau ada wanita genit yang nge-chat Abang..."

"Nggak ada loh. Setiap hari pun kamu bebasnya angkat hapeku."

Rani bersungut-sungut. Iya sih.

"Ya mana tau dihapus??"

"Nggak ada...!" seru Guntur.

Rani ingin tetap menatap marah, meski sudut bibirnya berdenyut, perutnya melilit ingin melepaskan tawa melihat ekspresi kesal suaminya yang lucu.

***

"Kalian hati-hati ya..." ucap Rani penuh rasa kekhawatiran ketika memeluk Mita.

"Jangan lupa kabari kalau udah sampai," imbuh Guntur.

Rolan mengangguk.

Sementara Mita masih kepikiran, ketika tadi malam, Bang Rolan mengatakan mereka pergi pagi ini. Mita sendiri masih memastikan apakah lengan suaminya udah baik-baik saja. Dan Bang Rolan bersikeras kalau lengannya baik-baik saja. Namun, Rani tetap membawakan minyak Karo untuk mereka.

"Kita—mau ke mana Bang?" tanya Mita ragu-ragu, ketika mobil Kak Rani yang mereka pinjam melaju. Sejujurnya, dia masih ingin tetap di sini, berlindung di rumah Kak Rani. Dia masih mengingat jelas kejadian kemarin, dan begitu memperhatikan raut wajah suaminya, meski sekarang tak sesuntuk kemarin, tetapi Mita tetap takut jika Bang Rolan kelelahan dan hilang kendali.

"Nanti juga tahu," sahut Rolan.

Dahi Mita semakin berkerut. "Um—apa karena Abang takut keluarga Abang tahu tempat tinggal Kak Rani, jadi kita pindah tempat?"

Kali itu, Rolan menoleh, dan memilih tak menanggapi.

Jadi, benar? Tanya Mita lagi dalam hati.

"Abang ngantuk? Kalau ngantuk kita berenti aja dulu Bang."

Jejak LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang