Mita tersentak membuka mata ketika mendengar suara begitu berisik, gabungan antara suara manusia dan lembu-lembu. Sejenak dia bingung tengah berada di mana, sedetik kemudian dia baru sadar dia berada di kamarnya, di rumah Bang Rolan. Semalam entah jam berapa hidup lampu, yang Mita ingat—begitu hidup lampu, dalam keadaan setengah tidur—Bang Rolan memaksanya masuk ke kamar.
Kesadaran yang lebih lagi, membuat Mita melompat dari atas kasur. Lembu? Kenapa lembu-lembu Bang Rolan mengeluarkan bunyi melengking seperti mau disembelih??
Tanpa berlalu ke kamar mandi lebih dulu, Mita langsung berlari keluar dari pintu samping. Dan begitu terkejut saat ada sebagian lembu yang diikat di dekat rumah tepatnya di pohon Mangga. Dari kejauhan Mita melihat para pekerja Bang Rolan, serta... mantri hewan yang waktu itu, sedang mengambil peralatan dari dalam boks yang dibawanya.
Oh, apa obatnya udah ditemukan?!
Mita berusaha mencari sandalnya, namun, rumput masih sangat basah bekas hujan deras semalaman. Terus pacet?? Duh...
Mita masih menunggu, beruntung, akhirnya Mantri dan Bang Rolan mendekat ke lembu yang diikat lebih dekat dengan teras.
Tanpa tedeng aling-aling, Mita langsung berseru. "Pak... Kalau udah disuntik langsung bisa sembuh?" tanya Mita langsung yang membuat Rolan menatap lebih lama.
"Ya... moga-moga aja Mbak."
Mita cemberut dengan jawaban tak pasti itu. "Itu yang belang-belang, udah dua hari nggak bangun... kasian... Kasian juga Bang Rolan tiap hari angkat biar pindahin kakinya..."
"Yo, makanya Mbak bantu-bantu pijitin suaminya..."
"Hah?"
Rolan melemparkan dengusan kasar. Dia tahu Pak Suroso suka bercanda, tetapi suasana hatinya sedang... canggung sejak semalam.
"Apanya yang dipijat?"
Rolan melotot, menghalangi pandangan Mita ke Pak Suroso dengan tubuhnya.
Beruntung suara lembu membuat Pak Suroso tak terlalu mendengarkan.
"Udah kau beresin kamarmu?" sergah Rolan langsung.
Mita langsung merengut. "Belum... aku juga belum ke kamar mandi," adunya lengkap.
"Jadi ngapain di sini?"
"Kan mau liat loh Bang..."
Rolan menampilkan ekspresi datar dan tajam.
Mita semakin cemberut. Dengan mengentakkan kaki Mita masuk ke dalam.
Rolan kemudian menyuruh Bangkit untuk membelikan sarapan untuk mereka semua.
Setengah jam lebih Mita mandi dan berkutat dengan kasurnya saat kamarnya terketuk.
"Mita... di meja ada sarapan."
"Hah??" pekik Mita dari dalam. Tak ada sahutan, Mita segera berlari keluar, tak menemukan Bang Rolan, Mita mengejar sampai keluar, dan di teras Bang Rolan dan yang lainnya sedang sarapan.
"Abang tadi bilang apa?"
"Itu di meja ada sarapan..."
"Sarapan apa?"
"Ya liat ajalah..."
Mita buru-buru langsung ke meja makan, dan melihat bungkusan lontong sayur. Wah... udah lama dia nggak makan lontong sayur. Ada perkedel juga...! Terus ada segelas teh yang ditutup piring kecil. Ini punya siapa?
Mita kembali keluar. "Bang... itu teh punya Abang?"
"Minum ajalah..."
"Oh, jadi bukan punya Abang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Lara
Storie d'amoreBlurb : Menikah adalah prioritas nomor ke sekian bagi Rolan, sebelum dia bertemu sosok Mita. Gadis polos penderita disleksia. Sayangnya, Mita adalah wanita yang hendak dijodohkan kepadanya, oleh Ayahnya-pria yang telah menelantarkannya sejak kecil...