45. BOS MAFIA

17.3K 733 22
                                    

Happy Reading!!
Jangan lupa tinggalkan jejak di setiap part-nya🧡

° ° ° ° °

Sesampainya di rumah sakit. Zelina segera di larikan ke ruang IGD yang setelah itu menuju ke ruang operasi untuk penanganan lebih lanjut. Di sepanjang lorong menuju ruang operasi, Bara masih saja terus menangis sambil menatap Zelina yang tengah terbaring lemah di brankar, Bara membantu menarik brankar itu agar cepat sampai ke ruang operasi.

Ku mohon bertahanlah sayang. Demi aku.

Setelah sampai ke ruang operasi, Bara tidak di perbolehkan untuk masuk ke dalam. Terpaksa, pria itu pun hanya bisa menunggu Zelina di depan dengan perasaan yang kacau. Bara takut, takut jika Zelina akan pergi meninggalkannya.

"Bara, tenanglah. Kita coba berdo'a, semoga Zelina baik-baik saja." Belva mencoba untuk menenangkan Bara, wanita itu memeluk punggung Bara dari samping.

"Aku takut.. "

"Stt.. tenanglah Bara."

"Zelina, jangan meninggalkanku, aku masih ingin melihatmu menikah dengan pria itu, ku mohon bertahanlah Zelina, hiks." Nadira dan Carlos rupanya ikut bersama mereka untuk mengantarkan Zelina ke rumah sakit.

Bagaimana juga, Nadira ini adalah teman dekat Zelina, dia tidak mungkin meninggalkan Zelina dalam kondisi seperti ini. Carlos sendiri juga merasa bersalah, karena dendam sepupunya itu, Zelina lah yang terkena imbasnya.

Carlos pun memeluk tubuh Nadira yang kini tengah menangis. "Tenanglah, aku yakin pasti dia akan baik-baik saja."

"Aku sangat menyayangi Zelina, hanya dia satu-satunya teman baikku, aku bahkan sudah menganggap dia seperti adikku sendiri."

Melihat kedua pasangan itu, Christian pun melangkah untuk mendekati mereka berdua. "Obati dulu lukamu agar tidak infeksi," ucap Christian kepada Carlos.

Nadira menoleh, menatap luka Carlos di bagian lengannya. Wanita itu baru menyadarinya jika Carlos tadi juga sempat terluka.

"Astaga, aku hampir melupakanmu," kata Nadira dengan isak tangisnya "Ayo, aku antarkan ke ruang IGD, agar lukamu bisa di bersihkan dengan Dokter yang ada di sana," lanjut Nadira, yang setelah itu menarik pelan tangan Carlos untuk menuju ke ruang IGD. Jika di lihat-lihat, luka Carlos ini cukup dalam, tapi kenapa raut Carlos hanya terlihat biasa saja? pikir Nadira.

Setelah kepergian mereka berdua. Christian kembali duduk di kursi penunggu bersama Belva. Bara sendiri masih setia berdiri sambil bermondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Bara tak cukup tenang, rasanya dia ingin masuk ke dalam dan melihat langsung kondisi Zelina.

Waktu demi waktu, kini sudah hampir dua jam Bara hanya diam berdiri menatap pintu ruang operasi itu dengan hati yang gelisah. Pria itu sudah berhenti menangis, namun tatapannya masih menyorotkan kesedihan.

"Bara, duduklah, apa kau tidak lelah terus-terusan berdiri di situ, hah?"

Tanpa mau menoleh menatap Belva, pria itu menjawab, "Tidak ada kata lelah untuk menunggu Zelina."

Mendengar balasan itu, Belva pun hanya bisa menghela napas sabar.

"Biarkan saja," ucap Christian sambil memeluk tubuh Belva.

Cukup lama menunggunya, kini akhirnya pintu ruangan operasi itu terbuka. Melihat Dokter wanita yang baru saja keluar dari ruangan Zelina, mereka semua sontak menghampiri Dokter itu.

"Bagaimana keadaan Zelina?" tanya Bara to the point.

"Apakah Anda keluarganya?" tanya sang Dokter.

BOS MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang