Muqoddimah

3.4K 53 7
                                    

Assalamualaikum
Follow dulu sebelum baca
Jangan lupa komen dan vote yaaa
luv u❤️
.
.
.

***
"Kita hanyalah bagian masalalu yang belum rampung karena waktu memaksa melepaskanmu. Banyak rasa yang lalu lalang di hatiku tanpa berniat meyakinkanku, semuanya hanya dusta dan janji manis belaka. Bahkan sampai sejauh ini masih belum ada mampu menggeser posisimu di tahta kerajaan hatiku, karena hanya dirimu yang berani meraih tanganku untuk menemanimu melanjutkan pelayaran di samudra asmara."

-Adiba Marcellia Azani-

***

"Sebesar apapun ketulusanku kepadamu tidak akan bisa merubah setelahnya menjadi sebelumnya. Kamu terlalu mencintai masalalumu, hingga lupa melihatku yang sudah memberikanmu telaga cinta yang tulus untukmu. Lantas apakah mungkin aku dan kamu menjadi kita, sementara kamu mengajarkanku cara melepaskanmu?"

-Ahmad Agam Baihaqi-

***

"Melepaskanmu bukanlah kuasaku, melainkan perintah Robb-Ku. Bukankah kamu pernah mengajarkan padaku untuk menerima semuanya jika itu Allah yang minta?. Tetapi pinta itu untuk melepaskanmu, jadi apakah aku harus menerimanya sedangkan kita sama-sama tersiksa. Semuanya hanya tentang waktu, dimana aku dan kamu akan menjadi kita."

-Mohammad Farhan Maulana-

✓✓✓

Kalender: Peringatan
Pulang ke pesantren 14.00

Melihat notifikasi yang masuk, Azani buru-buru turun menemui Mama dan Papanya di ruang keluarga karena dirinya lupa bahwa hari ini harus kembali ke pesantren karena liburnya sudah selesai.

"Ma ... Mama ... Ma ..."

"Kamu ini kenapa sih teriak-teriak?" tanya Nafisah pada anak perempuannya yang turun dari tangga sambil meneriakinya.

"Ma, Azani lupa kalau hari ini pulang ke pesantren. Azani belum belanja, bagaimana dong ini Ma?"

Nafisah menghela nafasnya panjang dan menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anaknya itu, "Kemarin-kemarin kamu ngapain aja? Itu Papa udah beliin semua kebutuhan kamu di pesantren, cukup untuk kamu 2 bulan, kan setelah itu kamu harus pindah pesantren." Terang Mamanya.

Adiba Marcellia Azani adalah seorang gadis dari pasangan Nafisah dan Faris. Azani merupakan anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara, kakak lelaki pertamanya adalah Faiq yang kini kuliah semester akhir S2 di Kairo Mesir, sedangkan yang kedua adalah Faiz yang masih duduk di bangku kuliah S1.

Azani adalah seorang santriwati di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an An-Nuur, milik sahabat karib Mamanya. Ia menyelami dunia pesantren selama hampir 8 tahun lamanya, karena sejak ia duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar ia memilih untuk ke pesantren daripada meneruskan sekolah umumnya.

Dua bulan lagi, ia akan melaksanakan wisuda sekolah tingkat Aliyah sekaligus ia akan di boyongkan oleh kedua orang tuanya untuk pindah ke pesantren milik sahabat Papanya.

"Nanti kamu di antar Mama sama Bang Faiz, soalnya Papa mau pergi keluar kota dan tidak bisa di tinggal." Ujar Papanya yang baru menuruni tangga.

"Iya, Pa. Lagian udah sering banget aku pulang ke pesantren di antar sama Papa, tapi waktu wisuda datang semuanya ya, soalnya terakhir kalinya aku wisuda." Sahut Azani.

"Iya sayang. Papa udah minta ke Bang Faiq juga untuk pulang biar bisa hadir ke wisuda kamu,"

Azani tersenyum mendengarnya, "Iya, Pa."

"Kamu berangkat jam berapa, dek?" tanya Faiz yang tiba-tiba muncul di sebelahnya.

Azani refleks menoleh ke arah Faiz karena terkejut, "Hih bang, ngagetin aja. Aku berangkatnya jam 2, soalnya waktu terakhir antar ke pesantren jam 4 sore." Jawabnya.

"Yasudah, soalnya abang ada kelas siang mungkin jam 1 sudah di rumah." Azani hanya mengangguk mengerti.

"Kamu apa tidak keberatan untuk pindah pondok, dek?" tanya Papanya tiba-tiba.

Azani menggelengkan kepalanya, "Tidak, Pa. Itu juga kemauan aku, soalnya lama-lama di tempat yang sama tidak akan menjadikan Azani berubah, akan terus stagnan di situ-situ aja. Doanya, semoga menjadi lebih baik daripada di pesantren sebelumnya." Jawab Azani yakin.

Lantas Faris memeluk putri dan mencium pucuk kepalanya. Faris yakin, sifat Azani adalah turunan dari Nafisah. "Kamu memang persis seperti Mama kamu, sayang. Papa tidak salah menjadikan Mama kamu istrinya Papa." Ucapnya.

Mendengarnya, Nafisah tersenyum dan tersipu malu. "Papa bisa aja, haha" sahut Azani.

"Iya dong, lihat Mama kamu. Udah cantik, pinter, sholihah, penurut, sabar, pokok the best banget." Puji Faris membuat Nafisah semakin malu.

"Cie cie, merah-merah tuh, Ma" sambung Faiz melihat kedua pipi Mamanya merah-merah bak kepiting rebus.

"Makin cantik." Kata Faris sembari mencium pipi istri tercintanya.

"Udah, Mas. Malu ada anak-anak," ucap Nafisah dengan memukul pelan lengan suaminya itu.

"Ututu sayangku malu-malu." Sahut Faris mencubit pipi Nafisah gemas.

"Udah dong lanjut nanti aja kalau tidak ada Faiz, Pa." Ujar Faiz yang sudah tidak bisa melihat keromantisan Papa dan Mamanya.

Ketiga anaknya memang tidak mempermasalahkan, tapi hati anak yang mana tidak mempunyai rasa ingin kalau melihat Papa dan Mamanya romantis di depan mereka? Oh tentu saja semuanya ingin dong.

***

Kediri, 20 Juli 2023

Hai-hai bagaimana? Sampai sini dulu aja ya muqoddimahnya.

Kalau ada koreksi komen aja yaaa gapapa banget kok!

Pantau terus ya Kisah Azani sampai endinggg!

Follow, komen dan vote yaaa biar aku tambah semangat dong up nya. ❤️

Sampai jumpa di chapter selanjutnya ...

Amor [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang