Assalamu'alaikum
Hai ges, kabar kalian gimana?
Up lagi nih, part kemarin bagaimana?
Ngomong-ngomong covernya baru loh, bagus yang sekarang atau kemarin?Sepertinya Gus Ahmad harus di beri pelajaran juga, salah siapa nyakitin Azani. Kalau aku jadi Azani nih ya, udah kutonjok tuh muka gantengnya huhu.
Yuk simak kelanjutannya
Bantuin benerin kalau banyak typo ya sayangku.Follow dulu dong sebelum baca
Jangan lupa komen dan vote
Terimakasih banyak sudah setia dengan Azani yaaaluv u!
.
.
.
***
"Dengan tabah aku menunggumu, dengan tulus aku mencintaimu, dan dengan ikhlas pula aku melepaskanmu."-Adiba Marcellia Azani-
***
Setelahnya banyak tangis yang Azani keluarkan semalaman, paginya ia memilih untuk pergi ke belakang dapur pesantrennya yang terdapat sebuah gazebo kecil yang biasa digunakan para santri putri untuk murojaah hafalan mereka.
Embusan angin sepoi-sepoi menemaninya dengan tenang sembari memangku Al-Qur'an di tangan kanannya. Di sela-sela lantunan ayat suci yang keluar dari mulutnya, ia menatap tasbih beserta cincin yang sengaja jadikan gantungan resleting di kancing Al-Qur'an miliknya.
Ia tersenyum tipis, sangat tipis. "Aku sudah ikhlas, Gus. Insya Allah," ucapnya.
"Siapapun wanitanya nanti, semoga lebih baik dari aku, Gus. Kamu lelaki baik, sangat baik yang tidak pantas bersanding denganku. Semoga bahagia, aku ikhlas melepasmu, Gus." Sambungnya.
Tak terasa air mata mengalir begitu saja di kedua pipi mulusnya. Seikhlas-ikhlasnya seseorang melepaskan orang terkasihnya, pasti akan tetap ada air mata di sela-selanya.
"Zani." Zida dengan mengusap pundak Azani pelan.
"Eh, iya?"
"Kamu temui Abang kamu dulu, ya?"
"Dimana?" tanya Azani.
"Di ndalem, tadi aku liat masih di depan ngobrol sama Gus Ahmad. Buruan sana ke ndalem, aku balik dulu ke kamar." Jawab Zida dan berlalu meninggalkan Azani.
"Eh tunggu Zida!" cegah Azani.
Zida berhenti dan membalikkan tubuhnya, "Nitip sekalian ya, hehe." Azani menyodorkan Al-Qur'an miliknya kepada Zida dengan senyum miringnya.
"Ye ... Kirain ada apa!" ucap Zida kesal, Azani pun hanya tertawa renyah.
Setelah melihat Zida sudah menjauh, Azani memasukkan gantungan tasbih dan cincin tadi ke dalam saku gamisnya yang sengaja ia lepas dari kunci resleting Al-Qur'an miliknya
Azani segera bergegas ke ndalem menemui Faiz, di dalam hatinya hanya mampu berdoa untuk tidak bertemu dengan Gus Ahmad lagi.
"Assalamu'alaikum." Azani melihat tidak ada tubuh Gus Ahmad yang terduduk di ndalem, hanya ada Faiz dan Abuya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor [Terbit]
Teen FictionBagaimana rasa dicintai seorang Gus sedangkan hanya santriwati biasa? Semuanya akan menjadi tentang waktu dan rasa. "Bukankah jauh hari saya katakan untuk menungguku? Beri saya waktu untuk menjadikanmu satu-satunya wanita yang berjalan bersama saya...