Assalamu'alaikum
Follow dulu sebelum baca
Jangan lupa komen dan vote yaaa
luv u
.
.
.
***"Aku hanya tahu bagaimana cara mencintaimu dengan baik tanpa tahu bagaimana cara mengatakannya padamu dengan baik."
-Ahmad Agam Baihaqi-
***
"Assalamu'alaikum," Ahmad melihat Uminya yang sibuk berdiri di dekat meja makan sembari menata piring-piring.
"Wa'alaikumsalam, sini dulu nak" pinta Umi.
Ahmad berjalan menghampirinya, "Kenapa, Umi?"
"Umi mau menanyakan sesuatu kepadamu, apa benar kamu tadi bertemu dengan Azani?" tanya Umi. Ahmad mengernyit heran.
"Bertemu? kapan? Azani siapa, Umi?" tanya balik Ahmad bingung.
"Itu ... Santriwati yang kamu tolong tadi memunguti kertas yang jatuh." Jelas Umi.
Ahmad paham sekarang, "Oh itu, iya, Umi. Tapi Ahmad tidak tanya apa-apa kok, hanya membantunya tidak lebih dari itu."
"Iya Umi tahu, menurut kamu, apakah sebaiknya Azani menjadi pengganti Mba Zahra untuk membantu menjaga hafalan santri putri?" tanya Umi.
"Aku tidak tahu, Umi. Menurut baiknya Umi saja, tapi dia masih baru di sini"
"Memang masih baru, nak. Tapi sudah membuat Umi jatuh cinta dengan cara Azani menjadi badal Umi kemarin malam." Terang Umi membuat Ahmad bungkam.
"Aku juga hanya tahu caranya mencintainya dalam diam, Umi tanpa tahu bagaimana mengatakan kepadanya."
"Menurut baiknya Umi saja," final Ahmad.
"Apakah kamu belum memutuskan jawaban dari pertanyaan Abi kemarin, nak?" tanya Umi.
Flashback on
Ahmad terduduk santai di ruang tengah sembari membaca-baca ulang kitab miliknya.
"Nak ..."
"Eh, Bi ada apa?"
"Fokus sekali bacanya, tidak ada apa-apa kok nak, Abi hanya ingin berbicara denganmu sebentar."
Ahmad menutup kitabnya dan meletakkannya di atas meja. "Bicara apa, Bi?
"Ada seorang anak gadis, usianya masih 2 tahun di bawahmu. Cantik, baik, sholehah, dan bonusnya penghafal Al-Qur'an. Hm, Abi sudah merencanakan untuk menjodohkan kamu dengannya, dia adalah anak teman Abi, apakah kamu menerima perjodohan itu?" Ahmad bungkam.
"Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang, ini masih rencana Abi dengan teman Abi. Kamu hanya perlu menjawabnya, nanti kalian bisa menyelenggarakan akad setelah dia lulus dari bangku pendidikannya, nak. Bagaimana?"
Ahmad terdiam sangatlah lama, ia tidak tahu harus menjawabnya seperti apa. Sedangkan Ahmad belum pernah memikirkan untuk membangun rumah tangga di usia semuda ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor [Terbit]
Teen FictionBagaimana rasa dicintai seorang Gus sedangkan hanya santriwati biasa? Semuanya akan menjadi tentang waktu dan rasa. "Bukankah jauh hari saya katakan untuk menungguku? Beri saya waktu untuk menjadikanmu satu-satunya wanita yang berjalan bersama saya...