Asrama

714 20 0
                                    

Bismillah,
Assalamu'alaikum semua
Alhamdulilah up lagi nih
Cie nungguin ya? bonusnya up dua part dong buat kalian!

Chapter sebelumnya bagaimana?
Mau Azani balik lagi dengan Gus Ahmad ya? atau dengan orang baru?
Kalau aku mending orang baru nih ya, soalnya Gus Ahmad nyakitin.

Komen yuk barang kali ada pesan untuk Azani? buat Gus Ahmad? atau justru buat aku? bowleh banguett loh!

Tenang, gabakalan ada sad ending kok, insya Allah. Jangan negatif thinking dulu, udah sebisa mungkin di buat happy ending kok.

Jangan lupa follow, komen dan vote sebanyak-banyaknya
luv u!
.
.
.

***

"Jika sesuatu yang sudah Allah hilangkan, jangan pernah lagi dipertanyakan. Akan ada masanya, dimana kita mampu menikmati terkabulnya doa yang diulang-ulang."

-Adiba Marcellia Azani-

***

Di ndalem, sembari menunggu keponakan Umi Halimah datang, Azani tengah berbincang dengan Abi Hafidz dan Umi Halimah. Sesekali ia hanya tersenyum dan mengangguk untuk menjawabnya.

"Betah-betah disini ya, Azani," pesan Umi Halimah.

"Insya Allah, Umi."

"Lama banget itu anak," ucap Umi.

"Sabar, Umi ... Mungkin dia lagi jalan ke sini," sahut Abi.

Tak lama kemudian, datanglah seorang perempuan berjalan memasuki ndalem dengan tenang. Azani tampak begitu terkejut melihatnya.

"Assalamu'alaikum ..."

"Wa'alaikumsalam ... Ini dia anaknya,"

"Loh, Azani?"

"Zida?"

Zida, ternyata keponakan Umi Halimah adalah Zida, sahabat Azani di pesantren dulu. Zida menghampiri Azani dan memeluknya sejenak.

"Kamu kenapa bisa ke sini?" tanya Zida bingung.

"Kalian saling kenal?" tanya Abi.

Mereka pun mengangguk, "Azani sahabat Zida di pesantren yang dulu," jawab Zida.

"Azani ini santriwati baru di sini, ajak dia sama kamu, Zida." Ujar Umi.

"Siap, Umi, pasti."

Azani masih tidak percaya dengan apa yang terjadi di depannya, pasalnya Zida tidak pernah cerita akan pindah ke pesantren yang sama dengan dirinya.

"Kenapa gak cerita?" tanya Azani.

"Lah kamu gak nanya," jawab Zida membuat Azani menepuk pundak Zida pelan.

"Dari dulu tetep ngeselin!"

"Aduh. Iya maaf, lagian kamu juga gak cerita ternyata kita satu pesantren."

Amor [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang