Assalamu'alaikum.
Bismillahirrahmanirrahim up lagiii
Halo pren kalian apa kabar
Jaga kesehatan, banyakin minum air putih ya!
Yang masih setia sama Azani, terimakasih banyak ya semoga sukses selalu dalam segala urusannya.
Follow dulu sebelum baca
Komen dan vote jangan lupa.
Sekalian bantu tandai typo yuk
luv u!
.
.
.***
"Aku menerima kecewanya dan aku mengikhlaskan lukanya. Karena kini aku yakin, sesuatu yang dilandaskan pada Allah pasti tidak akan pernah sia-sia."
-Adiba Marcellia Azani-
***
"Pas waktu tadi Gus Farhan nyerang pertanyaan ke Azani, jantung aku ikut dag-dig-dug dibuatnya hih!" seru Zida berapi-api.
Azani keluar kamar mandi mendengar namanya di sebutkan mengernyit bingung, kedua temannya itu sedang membicarakan apa tentang dirinya.
"Kenapa, Zid?" tanya Azani duduk di kasurnya.
"Dia ikut dag-dig-dug jantungnya gara-gara kamu dapat pertanyaan segitu banyak dari Gus Farhan tadi." Jawab Delia.
Sepulang Diniyah malam, mereka bertiga memutuskan untuk segera bersih-bersih persiapan tidur. Berhubung satu kamar hanya ada satu kamar mandi, mau tidak mau mereka harus bergantian ke kamar mandi.
"Kalian aja gitu, bagaimana dengan aku yang berdiri. Udah baru masuk kelas pertama kali, sekalinya masuk udah di serang pertanyaan sebanyak itu," ucap Azani.
"Untung kamu bisa jawab, kalau tidak haduh bisa gawat." Kata Delia.
"Udah rezeki kamu awal masuk di jadwal kelasnya Gus Farhan. Waktu aku masuk dulu kelasnya Umi Halimah, jadinya enak pake banget." Sahut Zida.
"Kalau sama-sama di jadwal Gus Farhan, pasti kalian adu mekanik, haha." Delia dengan gelak tawanya yang membuat Azani dan Zida mendengus kesal.
"Kenapa sih bahas itu lagi, kesel aku sama Gus Farhan gara-gara tadi, hih benci" gerutu Azani membuat Zida dan Delia tertawa.
"Gak usah ketawa!"
"Iya-iya maaf, bencinya jangan kebangetan nanti lama-lama suka loh," kata Delia.
"Mimpi apa aku suka sama Gus Farhan, gak deh," jawab Azani semakin kesal.
"Oke kita lihat aja nanti, haha." Sahut Zida.
"Oke kita jomblangin aja mereka, gimana Zid?" sambung Delia.
"Jangan dong, kalian doanya jelek banget sih!"
Zida dan Delia semakin tertawa menang melihat wajah tertekan Azani karena ledekan mereka. Sedangkan Azani lebih memilih tidur dengan masih mendengar tawa dari kedua sahabatnya itu.
***
Azani tengah disibukkan dengan kegiatan memasaknya di dapur ndalem bersama dengan Zida dan Delia. Azani menggoreng beberapa ikan yang dibeli Delia tadi untuk makan malam para keluarga ndalem nanti.
Sedangkan Zida dan Delia menyiapkan makanan untuk para santri putra maupun putri. Mereka hanya bertugas untuk memasak sayur dan lauk, karena nasi bagian dari para santri putra ndalem.
Tak terasa mereka sudah bersama-sama satu tahun ini, dari mulai Azani masuk pesantren. Banyak tangis dan tawa yang mereka lewati selama satu tahun ini, banyak perbedaan pendapat diantara mereka tapi justru itu yang membuat mereka berpikir dewasa dan saling menghargai satu sama lain.
"Zani, kita ke dapur santri dulu buat nyiapin makanan mereka. Kamu di sini dulu tidak apa-apa, kan?" tanya Delia.
"Iya ... Sebentar lagi aku selesai, nanti aku bantuin ya?"
"Ada aku kok, Zani. Kamu nerusin itu dulu aja, kalau sudah langsung ke kamar aja gak usah bantu kita, kamu juga pasti capek." Jawab Zida.
"Yasudah kalau begitu," final Azani.
Melihat kepergian Delia dan Zida, Azani kembali menyelesaikan menggoreng ikan tadi.
"Ekhem ..." Azani membalikkan tubuhnya dan menatap seseorang itu terkejut bukan main, setelahnya ia pun langsung menunduk kepalanya.
"A-ada apa, Gus?"
Gus Farhan berdiri di dekat pintu luar dengan tatapan menyelidik Azani.
"Kenapa kamu di sini?" tanya Gus Farhan.
"Gus bisa melihat sendiri saya sedang apa," jawab Azani sembari menata beberapa makanan di atas meja setelah ikan yang digorengnya tadi selesai.
"Saya boleh bertanya sesuatu?"
"Maaf, Gus. Kalau soal jurumiyah bisa di kelas saja jangan di sini, sudah cukup banyak pertanyaan tentang jurumiyah yang Gus berikan kepada saya."
"Jadi selama ini kamu tidak suka kepada saya karena itu?"
"Menurut Gus sendiri? tidak perlu saya jawab, Gus sudah tahu jawabannya."
"Saya juga tidak suka dengan seorang santri yang tidak pernah mendengarkan penjelasan saya, tidak pernah memperhatikan saya, dan selalu tidur saat di kelas saya,"
Azani hanya bungkam mendengar penuturan Gus muda itu.
"Apakah itu adab yang diajarkan di pesantren kamu dulu? bukannya adab lebih tinggi dari pada ilmu?" Azani menghela napas gusarnya.
Azani ingin menjawabnya tapi tiba-tiba umi Halimah datang dengan membawa tiga kotak dan diletakkannya di atas meja makan.
"Azani, nanti kalau kamu ke kamar, ini dibawa ya. Loh, Han? kamu kenapa bisa di sini?" Umi terkejut melihat anaknya tengah berdiri di depan pintu masuk ke dapur yang dari arah luar.
"Iya Umi tadi Farhan habis dari asrama menemui Kang Darma," jawab Farhan tersenyum kepada Umi.
"Haduh kenapa aku deg-degan banget sih liat senyum Gus Farhan, astaghfirullah Zani, mana senyumnya manis banget lagi." Batin Azani.
"Iya, Umi. Mau dikasihkan ke siapa? nanti biar Azani antarkan sekalian."
Umi Halimah tersenyum ke arah Azani, "Buat kalian kamu, Delia dan Zida sebagai tanda terima kasih Umi kepada kalian yang sudah mau bantu-bantu Umi di ndalem," ucap Umi.
"Kami yang harusnya berterima kasih kepada Umi dan Abi yang sudah sangat baik kepada kami, sudah mau menerima kami menjadi santri di pesantren ini, Umi," balas Azani tersenyum manis.
"U-umi kalau begitu Farhan ke kamar pamit dulu, soalnya ada urusan dikit," ucap Gus Farhan tiba-tiba.
"Yasudah kamu ke kamar gih,"
"Kenapa jadi begini ya Allah? apa yang sebenarnya terjadi padaku?"
***
Kediri, 29 Agustus 2023
Hayo apa yang kira-kira terjadi kedepannya dengan Azani dan Gus Farhan?
Hm tunggu part selanjutnya ya!Nunggu besok atau sekarang aja aku up? yuk komen di bawah
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor [Terbit]
Teen FictionBagaimana rasa dicintai seorang Gus sedangkan hanya santriwati biasa? Semuanya akan menjadi tentang waktu dan rasa. "Bukankah jauh hari saya katakan untuk menungguku? Beri saya waktu untuk menjadikanmu satu-satunya wanita yang berjalan bersama saya...