Assalamu'alaikum kawan-kawan
Up lagi nih, oh iya sebentar lagi menuju ending loh.
Follow dulu sebelum baca
Komen dan vote sebanyak-banyaknya
Bantu tandai typo yuk
luv u!
.
.***
"Cinta itu doa, dan doa adalah cinta. Jadi jangan pernah berhenti berdoa untuk orang yang kamu cinta."
-Mohammad Farhan Maulana-
***
Sembilan bulan kemudian ...
Azani menikmati suasana sore hari sama seperti bulan-bulan sebelumnya, di ndalem. Karena mulai kehamilannya menginjak lima bulan Farhan selalu menyuruhnya untuk ke ndalem, jika Farhan harus pergi ke pesantren untuk mengajar.
Sebenarnya Azani tidak mempermasalahkan jika harus di rumah untuk menunggu suaminya itu, tapi Farhan bersikeras untuk tetap memintanya ke ndalem dengan alasan agar dirinya ada yang menemaninya.
"Nak," panggil Umi.
Azani menaruh gawainya di meja dan menatap mertuanya yang tiba-tiba duduk di sampingnya dengan membawa nampan berisi makanan ringan dan minuman. Azani mengukir senyuman di bibirnya menyambut sang mertua.
"Farhan belum pulang?" tanya Umi Halimah.
"Belum umi," jawab Azani sembari menggelengkan kepalanya.
"Mungkin sebentar lagi tadi umi dengar bel di perbatasan asrama sudah berbunyi," balas Umi yang di angguki oleh Azani.
"Umi maafin Azani selalu merepotkan umi," kata Azani.
Umi Halimah tersenyum hangat, "Tidak nak, umi malah seneng banget kamu selalu main ke sini walaupun jarak rumah kalian tidak terlalu jauh. Umi jadi tidak kesepian lagi kalau ada kamu di sini," balas Umi.
"Tapi umi,"
"Umi paham kok Farhan hanya tidak ingin terjadi apa-apa sama kamu terlebih anaknya, oh iya kamu belum USG?"
"Aku sama mas Farhan sepakat tidak melakukannya biar jadi kejutan nanti," balas Azani diiringi kekehan pelan.
"Yang penting kalian sehat umi senang sekali. Terima kasih nak sudah menjadi istri Farhan yang super keras kepala dan dingin itu," sahut Umi.
Hendak Azani menjawab, tapi suara seseorang yang baru datang membuat Azani mendelik menatapnya.
"Anakmu ini sudah tidak seperti itu umi, sekarang sudah manja dong," sahut Farhan dengan menampilkan deretan gigi putihnya.
"Alah kamu awas saja sampai menyakiti menantu kesayangan umi," sahut Umi menatap anak laki-laki semata wayangnya.
"Tanya saja sama menantu umi," balas Farhan menghampiri istrinya.
Azani hanya tersenyum simpul, lalu ia segera meraih tangan suaminya dan menciumnya.
"Nak Farhan pernah bikin kamu nangis?" tanya Umi.
"Sering umi," jawab Azani bercanda.
"Eh sayang," sela Farhan cepat.
"Farhannn!!!" dengan cepat tangan Umi menarik telinga Farhan yang sudah meringis kesakitan.
"Ampun umi, Farhan juga tidak tahu kalau istri Farhan moodnya lagi gak baik," kata Farhan sembari berusaha melepas tarikan kuat di telinga kanannya.
"Awas kamu mengulanginya!" tegas sang Umi melepaskan jeweran di telinga anak laki-lakinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor [Terbit]
Teen FictionBagaimana rasa dicintai seorang Gus sedangkan hanya santriwati biasa? Semuanya akan menjadi tentang waktu dan rasa. "Bukankah jauh hari saya katakan untuk menungguku? Beri saya waktu untuk menjadikanmu satu-satunya wanita yang berjalan bersama saya...