Surat?

688 24 0
                                    

Assalamu'alaikum
Follow dulu sebelum baca
Jangan lupa komen dan vote
Bantu tandai typo yuk
luv u!
.
.
.

***

"Semakin tinggi pohon semakin kencang badai menghantamnya, dan semakin dalam pula seseorang mencintai akan semakin besar pula peluang sakit yang berikan oleh orang yang dicintainya."

-Adiba Marcellia Azani-

***

Selepas mobil Farhan melesat dari parkiran mall, kini mobil yang mereka tumpangi memasuki area cluster yang tidak lumayan jauh dari pesantren, masih satu arah dengan pesantren.

Farhan menghentikan mobilnya di depan gerbang kayu tinggi berwarna coklat dengan banyak tanaman kecil mengelilingi pagar tersebut. Ia menekan klakson mobilnya dan melihat gerbang rumah terbuka lebar dengan bantuan satpam.

Pemandangan utama yang dilihatnya adalah bangunan rumah megah dan mewah bercat putih dan kuning keemasan. Halaman yang luas dihiasi taman bunga yang indah dan gazebo di pojok taman.

Farhan mengajak sang istri tercintanya itu untuk turun yang masih senantiasa menatap dirinya penuh tanda tanya.

"Mas ini-" ucapan Azani terpotong dengan Farhan yang tiba-tiba mengecup bibirnya sekejap.

"Kamu nanti juga tahu," ungkap Farhan tersenyum.

"Ayo sekarang turun ikut mas," ajak Farhan.

Azani hanya mengangguk pasrah. Farhan turun lebih dulu mengitari mobil dan membukakan pintu mobil untuk istrinya. Uluran tangan lembut dari Farhan senantiasa menggenggam erat tangan istrinya.

"Sugeng rawuh Gus Ning," sapa satpam yang memakai pakaian ala kang santrinya itu tersenyum.

"Iya terima kasih. Kalau begitu saya masuk dulu," balas Farhan datar.

"Monggo Gus."

Farhan mengajak Azani memasuki rumah tersebut. Farhan membukakan pintu besar rumah itu dan tersenyum manis kepada sang istri.

"Selamat datang di rumah kita sayang," kata Farhan.

"R-rumah kita?"

"Iya rumah kita, lebih tepatnya rumah kamu. Ayo masuk kita lihat ke dalam,"

Farhan menunjukkan seluruh ruangan yang ada di rumah ini. Mulai dari ruang tamu yang bersebelahan dengan ruang keluarga, di depan ruang keluarga berseberangan ada sebuah ruangan yang nantinya untuk tempat Farhan mengerjakan semua pekerjaannya entah urusan pesantren, perusahaan ataupun toko pakaiannya.

Dapur dan ruang makan tidak jauh dari sana, di samping dapur ada pintu keluar untuk ke kolam renang dan tempat bersantai.

Farhan menuntun istrinya untuk menaiki tangga menuju kamarnya yang bersebelahan dengan satu kamar lagi.

"Ini kamar kita sayang," ucap Farhan.

Dekorasi putih bersih dengan pernak-pernik keemasan. Ranjang yang besar, sofa sedang di pojok ruang dan lemari pakaian yang tak jauh dari kamar mandi. Meja rias di dekat ranjang dan balkon yang tak lupa dengan sofa empuk di sana.

Amor [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang