Takdir

693 26 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh ges
Kalau rame pastinya tambah rajin-rajin up tiap hari dong
Follow dulu sebelum baca
Jangan lupa komen dan vote
Bantu tandai typo yaaa
luv u!
.
.
.

***

"Sebaik-baiknya seseorang terhadap sesamanya, tidak akan pernah sepi bagi mereka yang membencinya."

-Adiba Marcellia Azani-

***

Seorang wanita dengan pasmina navy senada dengan gamisnya diikuti dua bodyguard di belakangnya berjalan cepat menyusuri lorong-lorong panjang sebuah rumah sakit kota, siapa lagi bukan Azani.

Selepas menerima telepon dari nomor tidak dikenalnya, ia segera menuju ke rumah sakit yang ditunjukkan kepadanya tadi. Azani menatap sebuah ruang inap VVIP yang tertutup rapat, setelah beberapa saat menanyakan dimana ruangan yang terdapat suaminya itu kepada resepsionis. Dari balik pintu terdapat kaca kecil untuk ia melihat tubuh suaminya terbaring lemas dengan seorang dokter laki-laki dan dua suster tengah memeriksanya.

"Dek," panggil Faiq berdiri di samping Azani.

Tanpa aba-aba Azani segera memeluk Faiq erat dan menumpahkan tangisnya di sana.

"Mas Farhan banggg," adu Azani pada Faiq.

"Udah ya, Abang yakin Farhan baik-baik saja," kata Faiq sembari mengusap air mata sang adik tercintanya itu.

"Tapi bang-"

"Udah sayang, Mama yakin semuanya akan baik-baik saja. Kamu jangan berhenti berdoa buat suami kamu," sahut Nafisah mengusap punggung Azani lembut.

"Papaaa," rengek Azani menghampirinya Faris yang berdiri tak jauh dari Faiq.

"Sini anak Papa, udah dong jangan nangis nanti cantiknya hilang loh!"

Sedangkan Faiz sibuk berbicara dengan kedua bodyguard suruhan suami dari sang adiknya itu. Tapi tiba-tiba Faiz meminta Faiq untuk ikut dengannya pergi tanpa berpamitan terlebih dulu.

"Nak, bagaimana kondisi Farhan?" tanya Umi Halimah tiba-tiba datang bersama dengan Abi Hafidz.

Azani masih menangis tanpa menjawabnya, ia memilih memeluk Umi Halimah. Ia kini sangat merasa bersalah atas kecelakaan naas yang menimpa suaminya.

"Maafin Azani umi, andai saja Azani tidak meminta mas Farhan untuk cepat pulang agar bisa ke pesantren, mungkin mas Farhan masih baik-baik saja sekarang," ucap Azani lirih.

Umi Halimah memegang kedua bahu menantunya, "Ini sudah takdir nak, jangan menyalahkan diri kamu seperti ini,"

"Doakan Farhan baik-baik saja," ucap Abi Hafidz.

"Iya sayang, Mama yakin Farhan laki-laki yang kuat," sahut Nafisah menenangkan anak perempuannya.

Tak lama kemudian pintu ruangan terbuka lebar menunjukkan sang dokter laki-laki tadi keluar, Azani dengan sigap menghampirinya dan menanyakan perihal kondisi suaminya.

Amor [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang