Assalamu'alaikum semua!
Yuhu jumpa lagi dong,
jangan lupa follow terlebih dulu yuk,
mau kenalan? silahkan kata pepatah kalau tak kenal maka tak sayang kalau begitu yuk kenalan.
Jangan lupa komen dan vote yaaa❤️***
"Semakin kamu mengejarnya, jika itu tidak baik untukmu pasti Allah akan menjauhkannya darimu tanpa minta persetujuanmu. Dan jika itu memang untukmu, untuk sejauh apapun kamu pergi dan menolaknya pasti Allah akan membolak-balikkan hatimu untuk menerimanya."
-Adiba Marcellia Azani-
***
"Memangnya kenapa? mau melamarmu?" tanya Faiz berhasil Azani bungkam.
"Sebenarnya-"
"Ayo! kalian ini malah sibuk ngobrol di sini, Azani kamu sudah di tunggu di dalam," celetuk Mama membuatku menghentikan ucapanku, aku berterimakasih kepada Mama karena membuatku bisa terhindar dari pertanyaan Bang Faiz yang membuatku berkata sejujurnya.
"Iya, Ma. Zani sama Bang Faiz juga mau ke dalam, ayo, Ma." Ajakku sembari melangkah menggandeng tangan kanan Mama. Sekilas kulihat ke arah Bang Faiz dengan tatapan meminta penjelasan, lantas Bang Faiz memilih mengikutiku dengan Mama untuk ke ndalem.
Aku memasuki ndalem dengan melihat sekilas Gus Ahmad di teras ndalem bersama Kang Adi. Gus Ahmad tersenyum ke arahku mampu membuatku berhenti dan menatapnya.
Senyum itu, astaghfirullah ucapku dalam hati dan buru-buru masuk.
Aku menyalami Umi Fatimah dan Ning Zahra, anak pertama perempuan dari Umi Fatimah dan Abuya Baihaqi. Ning Zahra adalah seorang mahasiswi S2 semester akhir Universitas Al-Azhar Kairo Mesir. Banyak para santri mengatakan bahwasanya Ning Zahra selesai kuliahnya akan menikah dengan putra pertama pemilik pondok pesantren Qur'an dari Jombang.
"Zani, bagaimana dengan liburannya?" tanya Ning Zahra.
"Alhamdulilah ... Ning udah lama pulangnya?" tanyaku sembari tersenyum tipis.
"Tidak, tiga hari yang lalu. Soalnya Umi ingin membicarakan soal Ahmad,"
"Ada apa dengan Gus Ahmad?" tanyaku dalam hati.
Aku pun hanya mengangguk mengerti.
"Kamu jadi untuk boyong habis wisuda?" tanya Ning Zahra.
"Insya Allah, Ning."
"Betah-betah di pondok yang baru ya," peringatnya, aku lagi-lagi hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
Aku masih memikirkan sebenarnya ada apa dengan Gus Ahmad, ataukah jangan-jangan? ah tidak, tolong jangan.
"Faris tidak ikut kemana, Naf?" tanya Abuya Baihaqi.
"Hari ini mas Faris keluar kota. Oh iya, Zahra jadi nikahnya kapan?"
"Satu hari setelah wisudanya S2, kamu sekeluarga harus datang meskipun Azani sudah tidak mondok lagi di sini." Jawab Abuya Baihaqi.
"Insya Allah." Jawab Mama.
"Di rumah anak laki-lakinya tinggal Faiz ya, Faiq bagaimana kabarnya di sana?" tanya Umi Fatimah.
"Alhamdulilah, baik." Jawab Mama.
"Faiq bagaimana? sudah ada rencana nikah dong pastinya" kata Umi Fatimah.
Mama tertawa kecil, "Bagaimana mau nikah, dia saja calon tidak ada. Katanya masih mau main-main sama kedua adiknya," jelas Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor [Terbit]
Teen FictionBagaimana rasa dicintai seorang Gus sedangkan hanya santriwati biasa? Semuanya akan menjadi tentang waktu dan rasa. "Bukankah jauh hari saya katakan untuk menungguku? Beri saya waktu untuk menjadikanmu satu-satunya wanita yang berjalan bersama saya...