Tentang Kita

510 21 0
                                    

Assalamu'alaikum gaes
Follow dulu sebelum baca
Komen dan vote sekalian dong
Bantu tandai typo yuk
luv u!
.
.
.

***

"Senyaman apapun bangunan untukku pulang, tidak akan bisa merubah kenyamanan pada seseorang yang sudah kuanggap rumah. Kamu adalah obat dari segala luka dan air mata yang pernah menyapa."

-Adiba Marcellia Azani-

***

Farhan bersama dengan istrinya Azani mengantarkan Abuya Baihaqi bersama dengan istri dan anak perempuan mereka.

"Zani sekali lagi maafkan kami atas apa yang sudah diperbuat oleh Ahmad," kata Umi Fatimah sembari mengusap lembut tangan santri putri terbaik di pesantrennya dulu, Azani yang selesai menyalaminya.

"Iya umi Zani usahakan."

"Terima kasih banyak nak. Ahmad juga sudah mendapatkan ganjaran setimpal atas apa yang dilakukannya terhadap kamu, dan Umi hanya berharap Ahmad berbahagia di posisinya yang sekarang,"

"Maksud umi?" tanya Azani kebingungan.

Umi Fatimah tersenyum, "Biarkan suamimu yang menjelaskan nanti. Sekarang kami harus pulang," ucap Umi Fatimah.

"Iya umi hati-hati, titip salam untuk Ning Nabila." Umi Fatimah hanya tersenyum menanggapinya, setelahnya Umi Fatimah masuk ke dalam mobil bersama dengan suami dan anaknya.

"Titip Zani, Farhan! assalamu'alaikum," kata Abuya yang di angguki cepat oleh Farhan dan kemudian menyalakan mobilnya keluar dari pekarangan rumah.

"Wa'alaikumsalam."

Melihat mobil yang ditumpangi Abuya Baihaqi sudah keluar dengan sempurna, Farhan segera mengajak istrinya untuk masuk ke dalam rumah.

Mereka langsung ke kamarnya untuk istirahat, Farhan bersantai di ranjang dengan gawai di tangan kanannya. Sementara Azani selesai mengganti gamisnya dengan baju tidur seperti biasanya segera menghampiri suaminya.

"Mas," panggil Azani mendudukkan dirinya di samping Farhan.

"Iya sayang?" balas Farhan menutup ponselnya dan menaruhnya di nakas.

Farhan mengernyit kebingungan melihat istrinya terdiam, Azani hanya menatap lurus ke depan sembari menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Kenapa? ada sesuatu?" tanya Farhan lagi dengan mengusap pelan surai Azani.

"Aku boleh tanya sesuatu mas?" tanya Azani pelan.

Sejujurnya dirinya takut untuk menanyakan hal yang bukan seharusnya kepada Farhan, tapi ucapan Umi Fatimah terus menghantuinya.

"Soal ucapan Umi Fatimah?" tebak Farhan.

"Kok mas-"

"Sini mas ceritakan kejadian sebenarnya," potong Farhan cepat.

***

Seorang laki-laki bertubuh tegap berdiri gagah di sebuah taman dengan pakaian serba hitamnya. Sedari tadi air matanya mengalir tiada henti setelah apa yang terjadi beberapa menit yang lalu.

"Bodoh! kamu bisa membunuh wanita yang kamu cintai!" gerutunya pada diri sendiri.

"Semuanya sudah menjadi garis takdir di antara kita," celetuk seorang laki-laki lain.

Amor [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang