Assalamu'alaikum
Hayo up lagi nih!
Jangan lupa follow sebelum baca
Komen dan vote buat ninggalin jejak kalian, hehe
Bantu tandai typo yaaa
luv u!
.
.
.***
"Setelah kata akad terucap atasmu, di situlah saya berjanji tidak akan pernah menyakitimu. Saya yang akan menjadi rumahmu, nahkodamu, dan orang yang selalu mencintaimu."
-Muhammad Farhan Maulana-
***
"Apa kamu serius dengan keputusan kamu, Farhan?" tanya Abi Hafidz.
"Iya, Abi. Farhan yakin dengan keputusan Farhan, Farhan minta doa dan restu Abi Umi, ridhoi Farhan," jawab Farhan mantap.
"Kalau itu sudah menjadi keputusan kamu, datang ke rumahnya malam ini juga." Final Abi kepada anak laki-laki semata wayangnya.
Farhan pun mengangguk mengerti dan pamit untuk kembali ke kamarnya.
Sesampainya di kamar, ia duduk di balkon kamarnya dan menatap langit sore. Sesekali ia tersenyum dengan apa yang di katakan oleh Abi tadi.
"Adiba Marcellia Azani. Saya mencintaimu, karena dari itu saya tidak akan pernah mengajak kamu pacaran sebelum dalam ikatan suci. Tunggu saya, semoga kamu menerimanya," gumam Farhan.
Sejak pertama bertemu dengan santriwati baru itu, pikiran Farhan selalu di penuhi olehnya. Farhan selalu mengingat bagaimana dirinya memberikan pertanyaan banyak kepada Azani di saat Azani masih awal masuk kelasnya.
Tetapi Farhan tidak bisa berbuat banyak selain hanya diam dan berusaha merayu pencipta untuk meminta Azani sebagai wanita pilihannya. Sampai akhirnya, tiga tahun ia mencintai Azani dalam diam dan menunggunya hingga lulus dari pesantren milik Abi. Ia pun memutuskan untuk melamar Azani kepada orang tuanya.
Tok tok!
"Farhan?" suara Abi dari balik pintu membuat Farhan bangkit dari duduk santainya di balkon.
"Kenapa, Bi?"
"Siap-siap sekarang, kamu badal Abi imam magrib di aula utama." Jawab Abi.
"Tapi, Bi Farhan malu, banyak santriwati putri, ayolah Abi aja," tolak halus Farhan.
"Udah belajar gapapa, nanti juga pesantren bakal jatuh ke tangan kamu juga. Sana siap-siap, kamu imam dan Abi jadi makmum," tutur Abi Hafidz tersenyum.
"Tapi, Bi-"
"Cepat gak ada tapi-tapi!" tegas Abi membuat Farhan mau tak mau harus manut saja.
Farhan kembali menutup pintu kamarnya setelah Ani Hafidz pergi. Ia segera siap-siap untuk ke aula utama bersama dengan Abi dan Uminya.
Di perjalanan menuju aula, Farhan berjalan di belakang Abi dan Umi dengan menundukkan kepalanya.
Tiba-tiba Abi menepuk lengan Farhan dan memberikan isyarat dengan dagu menunjuk ke arah Azani yang tengah berdiri di dekat pintu samping aula bersama dengan kedua temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor [Terbit]
Teen FictionBagaimana rasa dicintai seorang Gus sedangkan hanya santriwati biasa? Semuanya akan menjadi tentang waktu dan rasa. "Bukankah jauh hari saya katakan untuk menungguku? Beri saya waktu untuk menjadikanmu satu-satunya wanita yang berjalan bersama saya...