Assalamu'alaikum❤️
Follow dulu sebelum baca
Jangan lupa ninggalin jejaknya, komen dan vote sebebas-bebasnya.
.
.
.
***
"Setidak mau apa kita menolaknya, ketentuan takdir bukanlah kuasa kita. Sekuat-kuatnya kita menggenggam jika bukan untuk kita pasti akan tetap meninggalkan kita dengan cara yang tidak terduga, dan setabah-tabahnya kita melepaskan jika memang ditakdirkan untuk kita pasti akan kembali dengan cara yang luar biasa. Lantas, masih perlukah kita meragukan ketetapan-Nya?"-Adiba Marcellia Azani-
***
Azani hanya terdiam sembari menatap pemandangan hamparan sawah yang luas dari balik kaca mobilnya. Ia duduk di bangku belakang sendirian, sedangkan Mama di depan bersama dengan Faiz yang fokus mengendarai mobil meskipun sesekali Mama berbicara dengan Faiz.
"Aku harus memberikan jawaban apa?" tanyanya dalam hati.
Drttt Drttt
Lamunannya buyar karena notifikasi dari ponselnya yang di dalam ransel. Selama liburan di rumah ia terus-menerus memikirkan sesuatu yang ia tidak begitu yakin dengan apa yang akan terjadi di depan nanti.
0857********
Assalamualaikum, Zani?
Maaf sebelumnya jika saya lancang, saya hanya menanyakan sesuatu kepada kamu.
Bagaimana dengan pertanyaan satu bulan yang lalu? Semoga tidak menyakiti di antara kita ya.Ahmad-
Azani menghela nafas panjang dan mengusap wajahnya kasar. Ini adalah bukan yang pertama kalinya, tapi sudah berulang kali saat hari pertama ia liburan. Tanpa membalasnya, Azani mematikan ponselnya dan memasukkannya kembali ke dalam ranselnya.
Flashback on
"Azani tunggu," panggil seseorang dari belakangnya.
Azani menghentikan langkahnya untuk keluar dari ruang guru pun membalikkan badannya, "Eh, Gus?" ia mengernyit bingung.
"Boleh saya bicara denganmu? hanya sebentar kok, tidak perlu kemana-mana di sini saja agar tidak menimbulkan fitnah." Ujarnya. Azani hanya mengangguk mengerti.
"Mmm ... Sebelumnya maaf kalau saya lancang, memang ini bukan hal yang seharusnya saya katakan kepada kamu melainkan kepada kedua orang tua kamu, tapi boleh saya jujur tentang sesuatu kepada kamu? Karena saya begitu takut terlambat mengatakannya, terlambat sedikit pun akan berakibat fatal bagi saya," kata Gus Ahmad. Lagi-lagi Azani hanya diam tidak mengerti apa yang di maksudnya.
"Saya menyukai kamu sejak pertama kali kita bertemu, ya tiga tahun yang lalu. Kalau kamu mengizinkan, saya ingin ke rumah kamu liburan besok untuk menemui kedua orang tua kamu." Ucap Gus Ahmad membuat Azani terkejut dan menatap Gus Ahmad sebentar lalu menunduk kembali.
"Saya masih mau melanjutkan pendidikan saya, Gus. Saya masih ingin mondok lagi, jadi maaf." Jawab Azani pelan setelah diam beberapa saat.
"Saya tidak meminta kamu untuk berhenti mondok, saya hanya ingin mengikatmu terlebih dulu. Apa kamu membutuhkan tempo waktu?" tanyanya.
Azani terdiam begitu lama. "Maaf, Gus. Saya akan melanjutkan mondok lagi tidak sebentar, jadi lebih baik jangan saya, Gus." tolaknya halus.
"Berapa lama lagi? Saya bisa menunggu kamu sampai kapanpun, bahkan 3 tahun atau 5 tahun ke depan."
"Maaf, Gus. Saya belum bisa memastikan hati saya untuk berkata iya,"
"Saya akan berusaha merayu penciptamu, untuk memintamu, Zani. Beri saya waktu, bisa 2 atau 3 tahun ke depan, saya akan datang bersama kedua orang tua saya dengan kondisi hatimu sudah berkata iya."
"Perihal menunggu, itu bukan menjadi soal. Gus bisa meminta saya menunggu lebih dari 3 tahun lamanya, bahkan tanpa di minta jika memang hati saya berkata iya. Tapi, apa bisa Gus memastikan memang saya yang di pilih di akhir cerita nanti? Pikirkan ini lebih matang, Gus. Untuk seumur hidup itu sangatlah lama, Gus." tutur Azani.
"3 tahun sudah lebih dari cukup, teruskan mondokmu, dan aku akan berusaha merayu penciptamu agar aku bisa berjodoh denganmu. Aku dan kamu memiliki waktu yang lama untuk saling memantaskan diri satu sama lain, kita akan bertemu kembali dengan versi terbaik kita masing-masing." Finalnya.
"Kita hanya berencana, tapi ketetapan takdir bukanlah kuasa kita, Gus. Sekuat-kuatnya kita menggenggam jika memang bukan ditakdirkan untuk kita pasti akan pergi dengan cara yang tidak terduga, dan setabah-tabahnya kita melepaskan jika memang itu ditakdirkan untuk kita pasti akan kembali dengan cara yang luar biasa." Ucap Azani.
"Jika niatnya memang baik untuk agama dan akhirat saya, semoga di permudah oleh-Nya, Gus. Selamat mengembara, Insya Allah kita akan berjumpa jika memang takdir berada di pihak kita. Sampai jumpa di titik terbaik menurut takdir. Kalau begitu saya permisi, assalamu'alaikum." Sambungnya sembari melangkah menjauh dari lelaki yang baru saja menyatakan curahan hatinya selama ini ia pendam.
Percakapan itu masih sangat terekam dengan jelas di pikiran Azani. Teras ruang guru pesantren menjadi saksi bisu seorang lelaki yang ia cintai dalam diam sejak tiga tahun lalu, Gus Ahmad, putra dari Kyai Abu sang pemilik pesantren tempatnya menimba ilmu selama hampir 8 tahun lamanya.
Flashback off
"Sayang, ayo turun." Perintah Mama.
"Ah iya, Ma."
Azani keluar dari mobil dan membantu Faiz untuk menurunkan barang-barangnya. "Kamu di sini hanya 2 bulan, tapi barang seperti orang yang 5 tahun tidak pulang, dek." Ucap Faiz.
"Kalau tidak mau bantuin yasudah biar Zani aja, Bang." Sahut Azani sengit.
"Kamu ini kenapa? Abang perhatikan dari mulai pulang kemarin kamu murung seperti banyak pikiran. Ada masalah? sini cerita sama Abang,"
Azani hanya menggelengkan kepalanya. Melihat respon sang adik, Faiz memilih bungkam karena akan percuma. Adiknya itu tidak akan pernah cerita jika tidak sangat mendesak, entah dengan alasan apa.
"Bang, jika suatu hari nanti ada pria yang datang ke rumah, tolong kasih tahu aku ya." Pinta Azani menatap Faiz serius.
"Memangnya kenapa? mau melamarmu?" tanya Faiz berhasil Azani bungkam.
"Sebenarnya-"
***
Kediri, 23 Juli 2023
Segini dulu yaaa part kali ini.
Bagaimana?
Komen sebanyak-banyaknya terbuka dengan bebas loh, hehe supaya aku lebih semangat lagi nulisnya.
Jangan lupa ninggalin jejaknya ya, follow dan vote❤️
Sampai jumpa, luv u kalian.Jangan lupa istirahat yang cukup!
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor [Terbit]
Teen FictionBagaimana rasa dicintai seorang Gus sedangkan hanya santriwati biasa? Semuanya akan menjadi tentang waktu dan rasa. "Bukankah jauh hari saya katakan untuk menungguku? Beri saya waktu untuk menjadikanmu satu-satunya wanita yang berjalan bersama saya...