Lembar Baru

769 22 0
                                    

Assalamu'alaikum ges
Part kemarin gimana pendapat kalian? aku pribadi sih nyesek banget, huhu.
Apa Azani benar-benar ikhlas? apa Gus Ahmad jadi nikah dengan orang lain? atau justru gagal nikah?
seandainya beneran nikah, semoga Azani di pertemukan dengan seseorang yang jauh lebih baik daripada Gus Ahmad. Kalian jangan lupa support Azani ya, kasian dia sendirian.

Bismillah, yuk up lagi.
Jangan lupa follow, komen dan vote!
Bantu koreksi typo ya
luv u kalian!
.
.
.

***

"Rasaku memang tidak pernah luntur termakan masa, rinduku padamu juga memang tidak pernah reda, dan kini harapku berbalaskan air mata. Tapi bersama waktu, aku mampu menyembuhkan segala lukaku sebabmu."

-Adiba Marcellia Azani-

***

"Kamu baik-baik ya disini, manut sama Abi sama Umi." Pesan Papa sembari mengusap kedua pipi Azani lembut.

P3TQ Hilyatul Huffadz, adalah pesantren yang sangat terkenal dengan para alumni santri dengan gelar Tahfidzul Qur'an yang sangatlah luar biasa sejak beberapa puluh tahun yang lalu.

Banyak yang mengatakan, bahwasanya yang mampu masuk kedalam pesantren ini, adalah para santri yang sudah selesai dengan 30 juz yang di hafal oleh mereka.

Setelah selesai wisuda akhirussanah, selang dua minggu di rumah, Azani memutuskan untuk kembali menimba ilmu agamanya di pesantren yang baru.

Dan hari ini merupakan hari pertama Azani kembali ke dunia pesantren sebagai santriwati baru. Ia di antar oleh kedua orang tuanya dan kedua abangnya yang begitu menyayanginya.

Kini, ia sudah berdiri di depan ndalem bersama dengan keluarganya yang tengah berpamitan untuk pulang.

"Sering-sering jenguk Zani ya, Pa?" pinta Azani sembari menangis.

Faris pun menarik putri satu-satunya itu kedalam pelukannya. "Tanpa Azani minta, pasti Papa bakal lakuin, sayang. Sudah ya, jangan nangis. Ini bukan pertama kalinya kamu mondok, gak malu di lihatin Abi Hafidz dan Umi Halimah?" Faris terkekeh kecil melihat tingkah anak perempuannya ini.

"Janji ya, Pa?" Azani merenggangkan pelukannya dan mengangkat jari kelingkingnya kepada Faris. Dengan senang hati, Faris meraih kelingkingnya dan mengangguk dengan menghiasi senyum tulus di bibirnya.

"Fidz titip Azani ya, kabarin kalau ada apa-apa soal dia." Pesan Faris kepada Hafidz.

"Sudah menjadi tanggung jawabku, Ris. Gak perlu dikhawatirkan, pasti aku kabarin." Balas Abi Hafidz.

Abi Hafidz, adalah pemilik Pondok Pesantren Putra Putri Tahfidzul Qur'an Hilyatul Huffadz. Abi Hafidz adalah salah satu teman dekat Papa Azani sejak kecil, jadi tidak ada yang perlu lagi dikhawatirkan.

Faris memang sengaja memindahkan Azani ke pesantren milik Hafidz karena sedari awal Faris sudah mengetahui apa yang akan terjadi dengan Ahmad dan Azani.

Faris sudah mengetahui lebih dahulu, tanpa sepengetahuan Azani. Faiz yang membocorkannya kepada Faris. Awalnya Faris tidak percaya tentang Ahmad dan Azani, tapi setelah mengetahui beberapa bukti yang membuat Faris semakin yakin.

Di samping itu, Faris juga mengetahui dari Abuya Baihaqi yang pernah menceritakan bahwa sering memergoki Ahmad tengah tersenyum di saat tak sengaja memperhatikan Azani.

Faris tidak mempermasalahkan itu, Faris hanya tidak ingin Azani terus-menerus menangis karena mengetahui bahwa Ahmad sudah di jodohkan oleh kedua orangtuanya dengan wanita lain.

"Jaga diri baik-baik ya, sayang." Ujar Mama memeluk Azani erat.

"Mama juga jaga diri baik-baik ya di rumah, jaga kesehatan. Maafin Azani selalu bikin Mama kesel, marah, direpotkan terus, banyak maunya, banyak kurangnya, maafin Azani ya, Ma?" Azani membalas pelukan itu tak kalah eratnya.

"Mama sangat menyayangi kamu. Papa, Mama, Bang Faiq dan Bang Faiz tidak akan membiarkan kamu menangis dalam diam tanpa bicara ke kita. Kalau ada apa-apa, ada masalah cerita, jangan selalu di pendam sendiri, ya sayang?"

Tangis Azani semakin pecah mendengar tutur Mama yang merenggangkan pelukannya. Azani hanya mampu mengangguk mengiyakan dan menghapus air mata yang mengalir di kedua pipi Mama.

"Doain Azani ya, Ma?"

"Itu pasti, sayang." Jawab Mama dengan anggukan.

Azani melihat di samping Mama, ada Faiq yang bersampingan dengan Faiz tengah tersenyum kepadanya. Tanpa basa-basi, Azani menghampiri Faiq dan memeluknya.

"Abang ..."

Faiq mengusap pucuk kepada sang adik perempuan kesayangannya itu, "Udah gak boleh nangis, hm?"

"Baru aja kemarin adek main-main sama Abang, udah balik aja ke pondok!"

Faiq tertawa renyah dan memegang pundak Azani, "Dengerin Abang ... Abang sayang banget sama adek, main-main lagi kalau adek sudah selesai dengan tugas adek di pesantren. Sekarang belajar dulu yang pinter, kalau udah selesai nanti Abang jemput dan main lagi bareng Bang Faiz. Iya gak Bang Faiz?"

Namanya di sebut, Faiz pun mengangguk mencoba menenangkan Azani yang masih menangis.

"Iya dek. Abang juga sayang banget sama adek, sekarang belajar dulu ya? Abang janji deh nanti main lagi, hm?" Faiz mengusap pipi mulus Azani penuh kasih sayang.

"Belajar dulu ya, gimana hm?" tanya Faiq. Azani pun mengangguk mengerti membuat Faiq dan Faiz tersenyum lega.

"Ternyata manja banget ya?" tanya Umi Halimah.

"Biasa, ada kedua abangnya makanya jadi manja." Jawab Mama.

"Yasudah sekarang pamit pulang dulu, hm?" tanya Papa. Dengan berat hati Azani pun mengangguk mengiyakan.

Azani menyalami keluarganya bergantian sebelum mereka memasuki mobil Faiz.

"Assalamu'alaikum ..." Ucap Faris bersamaan dengan Nafisah.

"Wa'alaikumsalam ..." Jawab Azani di ikuti Abi Hafidz dan Umi Halimah.

Azani melihat mobil yang di tumpangi keluarganya keluar dari pesantren. Azani pun menghela nafasnya pelan.

"Azani ... Habis ini kamu ke asrama bareng keponakan Umi ya? Kamu tunggu di ndalem saja dengan Umi, ayo." Azani hanya mengangguk.

"Tidak usah malu-malu, anggap saja rumah kamu sendiri, nak." Ujar Abi Hafidz.

"I-iya, Abi."

"Ayo masuk dulu."

***

Kediri, 26 Agustus 2023

Segini dulu ya, udah ga ada ide lagi nih.
Jaga kesehatan ges, luv u semua.

Amor [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang