Naruto mengerang keras dini dia keluar dari toilet dan menyaksikan Kiba masih bersenda gurau dengan Sai di meja kasir. Sejemang memperhatikan jam berbentuk arloji besar di dinding sebelum suaranya menghentikan aksi si pemuda penyuka anjing itu, "Lima menit, Kib! Kalau enggak bergerak juga, minta Sai saja buat menyeretmu sampai ke kampus. Bukannya siap-siap, main terus kerjanya."
"Eh, tunggulah, Nar! Masa ditinggal, teganya dirimu."
"Enggak usah drama, Kib. Cepat sana!"
"Iya, Bos, iya!"
Dia buru-buru ke toilet untuk mencuci mukanya dan berganti pakaian. Kiba tidak senekat si Uzumaki yang menghalalkan semua jenis pakaian miliknya untuk dipertontonkan di kampus mereka, termasuk jumper kusam dipenuhi oli sekalipun. Pemuda jangkung bertubuh atletis tersebut sangat bisa dengan percaya diri berjalan tegak melewati penghuni kampus lainnya.
"Si Naruto sudah masuk mobil itu, Kib." Sai sengaja menghampiri ke toilet sekadar untuk menjahilinya.
"Sialan memang! Apa tidak usah ganti baju ya, Sai?"
"Berani rupanya?!"
"Lah, itu si Naruto?! Biasa-biasa saja pergi ke kampus pakai jumper kotor, bau oli pun kadang."
"Beda visual, Kib. Kalau situ merasa sekeren dia ya silakan!" Sambil melipat lengan-lengannya ke dada, dia beringsut tenang ke meja kasir mengabaikan makian Kiba tertuju untuknya.
"Setan kau, Sai!" Kiba memekik keras usai puas menerima ledekan dari temannya, kian berang saat celana denim yang hendak dia tarik ritsletingnya justru macet di tengah-tengah. "Sialan, sialan! Iya Nar, sebentar." Teriaknya frustrasi dalam menyahut panggilan si Uzumaki. Kiba mengamati pasrah ke bawah serta merapikan ujung-ujung kemeja demi menutupi dengan baik ritsletingnya yang menganga tadi dan dia siap menyusul dua temannya ke mobil.
"Ehm, lumayanlah. Tidak gembel-gembel amat." Dan Sai terkekeh lagi begitu Kiba mengacungkan jari tengahnya sambil memampangkan muka kesal. Si pemuda penyuka anjing ini menarik ransel yang selalu dia gantung di stand hanger. "Jangan lupa makanan Akamaru, Kib! Aku tidak rela dia terus-terusan mengunyah koleksi squishyku."
"Sesekali Akamaru butuh mengasah giginya, Sai. Setidaknya benda-benda anehmu bisa bermanfaat bagi Akamaru." Kiba tetap menyahut ketika dia mengayun kaki ke jeep Naruto, "Shikamaru?!"
"Tidur di belakang." Dan Kiba mengesah panjang setelah menyadari pertanyaannya sia-sia. Seharusnya dia dapat menebak kebiasaan temannya yang satu itu 'kan?! "Nar, tugasku belum kelar. Nanti aku pinjam punyamu, ya? Please! Aku bakal buru-buru menyelesaikannya sebelum Pak Asuma masuk." Kemudian, yang ditangkap Kiba hanya dengkusan kentara malas, itupun berasal dari balik punggungnya.
-----
"Masih gelisah, Sas?! Baper banget kayaknya, ya habis ditolak mentah-mentah."
"Apaan sih, kalian?! Enggak lucu tahu! Orang lagi galau begini malah ketawa." Makinlah dua temannya itu cekikikan di depan dia, hingga Sasuke turut mengetatkan wajah masamnya.
"Keseringan di puja-puja ya, Sas? Tiba dapat yang jual mahal langsung retak itu hati."
"Ketus pula lagi, Tay. Agak lain ya memang si Uzumaki. Kita sudah kenyang lihat Sasuke dikejar-kejar, sampai kita sendiri pun enggak kebagian jatah pria tampan. Semua maunya sama Sasuke." Karin menaikkan alisnya berulang kali, mengisyaratkan kepada Tayuya sekacau apa teman mereka yang paling populer itu sekarang.
"Kayaknya tipe si Uzumaki yang beda deh. Mungkin dia enggak suka modelan Sasuke yang tenarnya setinggi langit. Kalau betulan begitu, kita berdua bisa maju 'kan, Rin--"
"Aduh, berisik banget sih kalian! Dari tadi Si Uzumaki terus, Uzumaki lagi--kapan aku bilang aku naksir dia? Aku cuma iseng datang ke bengkelnya. Itupun gara-gara bang Itachi."
"Loh, apa hubungannya sama bang Ita?" Karin bertanya heran, sama rautnya dengan Tayuya yang ikut bengong di sebelah dia. Seolah lupa sudah seheboh apa keduanya menggoda si gadis Uchiha.
"Ya aku sebal bang Itachi enggak ada cape-capenya membanggakan dia di depan mama dan papa. Aku sendiri enggak tahu dia seperti apa. Karena penasaran aku mampir ke bengkelnya, sekalian modus mau servis mobil. Dan ternyata enggak sesuai ekspektasi, malah kekesalanku enggak hilang-hilang juga sampai sekarang." Sasuke mendesah berat, hampir menjerit gemas. Dia seketika beranjak dari meja kantin jangka tawa kedua temannya tidak main-main menyiksa telinganya.
"Sas, tunggu!"
"Biarkan saja, Rin. Nanti juga baikan, mana tahan dia lama-lama mendiami kita."
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT GARAGE
RomanceSeumur-umur, Sasuke Uchiha tidak pernah menoleransi yang namanya bau menyengat dan kotor. Apalagi jika berhubungan dengan mesin dan segala perkakasnya. Tetapi, begitu menyaksikan pesona 'Naruto Uzumaki' si montir keren itu, diam-diam Sasuke membia...