Wajah muram serta tubuh yang masih terasa lemas, Naruto berjalan malas menuju dispenser guna mengisi air panas ke dalam mug-nya. "Kayaknya aku enggak kuliah hari ini," celetuknya di situ. Di dekat Shikamaru yang tengah syahdu menyesap kopi miliknya.
"Oke, nanti absenmu aku urus."
"Seumur-umur badanku belum pernah sepayah ini. Jadi penasaran juga 'dia' kasih aku obat apa sampai puluhan kali ke kamar mandi?! Perutku panas, pantatku kebas."
"Aku bilang apa semisal Bang Ita datang mencari kau?"
"Dia bicara banyak kemarin, kurasa enggak bakal mampir lagi nanti."
"Ya sudah, sebentar lagi aku berangkat."
"Bawa saja jeepnya."
"Enggak usahlah, rencana mau pakai motor. Sayang mesinnya, Nar. Entar keseringan enggak dipakai malah merajuk--si Kiba masih di dalam?!"
"Iya, dia baru bawa handuk ke kamar mandi."
"Jam segini baru mau mandi?!" Sejemang Shikamaru mendengkus sembari beranjak untuk memastikan perkataan Naruto, "Kiba, Tujuh menit dari sekarang, ya! Kelar atau enggak tetap kutinggal."
"Loh, si Naru 'kan belum siap, Shik!" Yang di kamar mandi menyahut kencang. "Kita turunnya barengan, loh. Aku tahu dia baru bangun, makanya aku santai."
"Tujuh menit, Kib!"
"Sialah, lah!"
"Kutinggal kalau lamban."
"Iya, Shika, iya! Bangsat, memang!"
"Kau ini, Shika! Kasihan si Kiba setiap hari didesak. Bakalan enggak pakai sabun lagi dia itu." celetuk Sai dari meja kasir. Keduanya serempak tertawa ketika makian Kiba berbuntut panjang ke telinga.
"Alah, Sai! Di antara kita semua, kau itu yang paling parah me-roasting Kiba."
"Sesekali, Shik! Kadang mukanya bikin aku kasihan. Dia kelihatan yang pasrah dan kesalnya setengah mati, tapi enggak bisa melawan."
"Biar dia tidak kebiasaan lambat. Sudah begitupun, kelakuannya masih sama 'kan? Enggak ada perubahan."
"Dia yang bikin heboh pertemanan kita sebenarnya, jadi tidak flat. Apalagi dengan kondisi manusia-manusia semacam kau dan Gaara, aku bisa cepat tua kalau hanya berhadapan dengan kalian. Membosankan soalnya."
"Terserah, Sai! Silakan berbangga hati dengan lidahmu yang kelewat lentur itu."
"Itu adalah bagian dari se--ada bibi Kushina!"
Shikamaru spontan memutar pandang, menyaksikan senyuman cantik dari wanita baya yang faktanya terlalu berkilau di usianya.
"Ya ampun, Ma! Kukuh banget mampir ke sini." Naruto yang kentara sedikit kaget pun langsung beranjak dari duduknya, menaruh mug dia punya ke samping dispenser untuk kemudian memeluk erat sembari mengecup lama pelipis ibunya.
"Mama khawatir sama, Nana." Kushina pun serupa, dekapannya tak kalah kencang seiring telapaknya menyapu-nyapu lembut ke punggung si anak sulung.
"Saara ditinggal? Dia suka kelayapan loh, Ma. Nanti Mama yang repot cari dia."
"Adik kamu sudah gede, bukan anak SD lagi. Dianya juga enggak masalah Mama tinggal."
"Kenapa tidak diajak?"
"Dia masih kesal sama kamu, katanya."
"Ck! Pasti gara-gara mantannya 'kan?!"
"Mama ke sini bukan buat bahas itu."
"Duduk dulu, aku buatkan teh untuk Mama."
"Kamu yang duduk sini!" Mau tak mau Naruto menurut, paham ke mana arah pemikiran ibunya. Pasti tak jauh dari perutnya yang tak kunjung sembuh, "Seingat Mama kamu tidak pernah sakit perut lagi semenjak setahun belakangan. Tumben, salah makan kamu?!"
"Dikerjai sama calon menantu Bibi." Itu bukan Sai, melainkan Shikamaru yang serta merta memotong percakapan. Dia mengabaikan setajam apa tatapan Naruto tertuju kepadanya.
"Menantu?!" Raut herannya membuat Shikamaru mendadak gugup, "Nana sudah punya pacar lagi?! Kok Mama tidak diberitahu?"
"Bukan, Ma. Aku enggak ada menjalin hubungan dengan siapapun."
"Lah, itu kata Shikamaru?!"
"Hehe, maksud saya gebetan, Bi. Kali ini Naruto ketemu cewek yang unik, susah dijinakkan."
"Benar begitu?!" Naruto terdiam, mendadak kehabisan ide untuk menanggapi pertanyaan ibunya. "Mama senang sekali semisal kamu sungguhan punya gebetan baru. Berarti sudah move on dari Konan, iya?"
"Enggak, Ma, enggak! Konan itu masih yang terbaik buat Nana, Ma. Dan Nana enggak mau yang lain. Kalau enggak bisa sama dia, jomlo saja seumur hidup."
"Nana! Kamu ini omongannya bikin Mama kena serangan jantung."
"Apaan sih, Ma?!"
"Ya lagian, lajang Mama satu-satunya kok seenak jidat menjomlo sepanjang hidup. Sama saja kamu mengharapkan Mama berumur pendek."
"Cukup, Ma! Jangan bahas lagi, aku enggak minat! Mama bawa apa buat Nana?" Kushina sekadar mampu mengesah, memandang sendu wajah sulung kesayangannya yang memang lumayan pasi.
"Ramuan herbal supaya mules-mulesnya segera hilang. Mama juga masak makanan kesukaan Nana, ajak yang lain sana!"
Kepribadian lain Naruto Uzumaki yang tak banyak orang tahu, dia tidak akan segan menampakkan sisi manja jika itu bersama ibunya.
"Wah, makan enak ya, Nar." Gaara yang muncul begitu saja pun tak ayal menjadi tontonan mereka di sana. Penampilannya rapi dan keren, lengkap aroma parfum yang menyengat. "Bibi cantik apa kabar?" Dan sapaannya mendapatkan ekspresi bosan dari teman-temannya.
"Aduh, panda penjilat!" Nah, ini dia betul-betul Sai yang mengucapkan.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT GARAGE
RomanceSeumur-umur, Sasuke Uchiha tidak pernah menoleransi yang namanya bau menyengat dan kotor. Apalagi jika berhubungan dengan mesin dan segala perkakasnya. Tetapi, begitu menyaksikan pesona 'Naruto Uzumaki' si montir keren itu, diam-diam Sasuke membia...