๑ 25 ๑

423 36 26
                                    

Skedul wajib di kampus. Sasuke Uchiha kembali fokus, meski sesungguhnya dia sedang mengupayakan hal itu. Di kafetaria biasa, tempat kegemaran dia dan teman-temannya untuk berkumpul gadis ini tengah menyeruput jus  jeruk kemasan kotak. Pikiran menerawang ke sosok yang belakangan hari betah meneror kewarasannya.

Sasuke teringat ketika si Uzumaki dengan nekat melepas gips yang masih membalut tangan kirinya. Tak ayal kejadian tersebut menyebabkan dia melongo panik di sana. Nar, aku benaran enggak paham tingkat kegilaan kamu. Kalau mau berbuat bodoh sendirian saja. Aku jangan diajak!

Tangan aku sudah mendingan. Aku enggak suka dinilai lemah cuma karena terpaksa memakai gips begini.

Bukan soal lemah atau tidak. Tapi, keselamatan, Nar!

Sasuke, tenang. Aku enggak mungkin sengaja menempatkan kita dalam bahaya. Jarak rumah kamu juga tinggal setengah kilometer, apa yang kamu cemaskan?

Kamu pulangnya bagaimana? Ya ampun, Nar!

Adegan menegangkan kemarin lagi lagi membuat Sasuke mengerang lelah, sampai-sampai dua temannya di depan dia kompak menengok.

"Kenapa, Sas? Cape banget kayaknya." Tayuya menyeletuk bertepatan Karin mengerutkan keningnya tanda penasaran.

"Kamu habis melakukan apa memangnya?" Tanya Karin pula, walau faktanya Sasuke seakan enggan menanggapi mereka.

"Aku ragu kalian bakal tertarik sama ceritaku. Mending enggak usah aku bilang."

"Kapan kami tidak tertarik sama ceritamu? Bukankah sebaliknya? Setiap kita bareng ujung-ujungnya membahas soal kamu. Siapa cowok-cowok yang lagi mengejar kamu, barang-barang branded yang baru kamu beli, juga mengenai hubungan abangmu dan pacarnya—apa kamu masih iri, Sasuke?"

"Ini enggak ada hubungannya dengan apa yang kalian pikirkan. Makanya ..."

"Tentang Naruto?!" Serta merta Karin menyela ucapan Sasuke sambil dia menunggu jawaban dari temannya itu.

"Ya, begitulah."

"Setelah aku perhatikan, akhir-akhir ini kalian makin dekat, ya. Setiap dihubungi kamu pasti lagi sama dia. Aku enggak pernah membayangkan kalian bisa akur apalagi akrab."

"Kok kamu bisa berpikir seperti itu?!"

"Ya bisalah, Sas. Kamu lupa segitu bencinya kamu dulu ke dia? Ingat enggak pas kamu heboh sendirian di depan kami hanya karena melihat dia dikerumuni cewek-cewek cantik di kampus kita?"

"Itu 'kan dulu, Rin. Aku pikir dia anaknya songong dan berlagak kegantengan. Aku—"

"Betulan ganteng maksudnya, Sas?!" cetus Tayuya. Detik sekian Sasuke kecolongan. Kalimatnya terpaksa terputus lagi oleh penuturan tadi. Sementara, Karin spontan memutar bola matanya. Mendadak malas dan bosan saat keseriusannya ditanggapi main-main.

"Apaan, sih?! Aku enggak sedang bercanda."

"Loh, aku juga bicara apa adanya 'kan, Sas? Sekarang kamu ketagihan dekat-dekat Naruto. Kamu sama seperti gadis-gadis penggemar dia di kampus kita."

"Ya jelas bedalah. Sembarangan kamu mengelompokkan aku dengan cewek-cewek genit itu."

"Sudahlah, kenapa kalian jadi berdebat?!" Karin menengahi dengan wajah yang kentara kesal. Sejenak hening di antara mereka sebelum suara Karim terdengar sedikit tinggi, "Naruto?!" serunya, serentak dua temannya menengok ke sejajar pandangnya. "Kok dia dan Sakura bisa di sini?!"

HOT GARAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang