Sasuke betah melirik ke kanan dan kiri seakan kehadirannya di sana diperuntukkan sebagai penonton saja. Lama-lama dia juga jemu memandang keakraban di antara Naruto dan Karin. Tak ada habisnya topik berganti-ganti mereka bahas, sekalipun aneh dan tidak penting sekali menurut dia. Namun, lagi-lagi kenyataan berkata lantang di mana keduanya menguarkan rasa nyaman itu secara terang-terangan, Sasuke sungguhan kesal dibuatnya.
"Aku pulang deh. Cape banget kupingku jadi samsak cerita kalian, bising ketawanya!" Dia benar hampir pergi, gagal ketika Naruto menangkap pergelangannya.
"Nanti aku antar. Duduk saja dulu, sebentar lagi selesai kok."
"Enggak usah, aku bawa mobil soalnya. Kamu juga ke sini naik jip sendirian 'kan?"
"Minta bang Ita bawa mobil kamu, tadi dia bareng aku soalnya." Di situ Sasuke mendengkus, sumpek di kepala juga badan. Hawanya entah kenapa mendadak gerah, padahal dia sedang bergejolak dengan rasa cemburu yang masih awam. Benih-benih suka mulai bermunculan di sekitarnya dan dia juga paham mengenai fakta ini.
"Yakin kamu minta aku tetap di sini?! Ada Karin itu yang 'cocok' banget mengobrol sama kamu." Kata cocok tersebut sengaja diucapkan penuh tekanan, niatnya untuk menyindir agar Karin bisa mengerti maksud dia tanpa pemaparan lebih jauh.
"Cemburu, Sas?!" Tentu Karin teman yang cukup peka jika memutar adegan di beberapa menit semula di mana dia baru mendapatkan perubahan sikap Sasuke terhadap si Uzumaki. Gadis berambut merah ini menganga dengan raut jenaka. Lalu, di sebelah dia si subjek pembicaraan justru mengerutkan kening sambil mencerna percakapan gadis-gadis.
"Sasuke cemburu kenapa?!" Katanya pula, masih dalam ekspresi yang sama.
"Enggak perlu dipikirkan, Nar. Karin memang suka begitu, asal ceplos orangnya--itu tangan aku enggak mau dilepas? Aku sudah duduk loh ini."
"Ah, iya maaf." Sejemang Sasuke mengerang rendah, tak ingin berlarut-larut dalam emosional negatif yang belum jelas titik perkaranya. "Kamu selalu begini kalau ke Karin?"
"Selalu begini apa? Bagaimana maksudnya?" Sementara, Karin cekikikan lucu di depan Sasuke.
"Aku enggak pernah kepikiran kalian bisa sedekat ini."
"Ya bisa, kenapa enggak? Karin itu adik kelas aku pas SMA. Bodohnya itu, kita baru tahu satu kampus setelah dia gabung di klub tenis."
"Kamu melindur? Sejak kapan Karin jadi adik kelas kamu?"
"SMA, aku barusan bilang, Sasuke. Kamu enggak simak kata-kataku apa?!"
"Bukan, bukan! Aku belum percaya kalian sesantai ini satu sama lain dan kamu malah bilang kalau dia adik kelas kamu?" Praktis si Uzumaki bengong memperhatikan dia, betah sekali mengulang-ulang kerutan di keningnya.
"Ada yang aneh rupanya? Kami benaran satu sekolah dan dia ini cewek paling tengil. Belagunya minta ampun. Teman mainnya senior semua, sepantaran dia dijahili, diperbudak, Karin ya begitu aslinya. Aku juga kaget waktu ketemu dia setahun lalu, bisa-bisanya dia jadi feminin. Pakai kutek, lipstik, bulu mata palsu dan segala macam pretelan gadis-gadis. Dulunya banyak yang mengira dia ini transgender gara-gara suaranya gede." Sampai-sampai Sasuke bingung harus bereaksi seperti apa. Dia merasa telah terjebak ke dasar perangkap mematikan oleh Karin si serdadu licik.
"Sorry, Sas. Alasanku enggak berubah. Aku cuma mengira bahwa kita belum sedekat itu untuk saling terbuka. Aku sempat berasumsi kalau aku, kamu dan Tayuya, kita ini sama-sama berdiri di atas fake situation. Kita bisa bahas ini bertiga sambil nongkrong jika kamu dan Tayuya merasa perlu memperbaiki pertemanan ini. Itu cuma sekadar saran, aku sih enggak keberatan kita begini terus atau berubah."
"Ide kamu aku terima, Tayuya biar aku yang urus. Sejujurnya aku betul-betul tidak nyaman dengan hubungan palsu, Rin. Teman juga penting buat aku, walau aku enggak terlalu mahir menentukan reapons yang tepat."
"Kayaknya gantian aku yang jadi figuran dalam pembahasan kalian--aku ke belakang dulu, ya. Ganti baju sekalian mandi, Sas. Kamu lanjutkan dululah bincang-bincangnya." Kedua gadis itu mengangguk serempak, memandang sejenak kepergian Naruto yang tampak sedikit berlari.
"Nar! Jangan lupa info ke abang!"
"Ok!" Teriakan Sasuke dijawab singkat tanpa dia merasa perlu menengok lagi ke belakang. Kemudian, begitu gampang senyuman Sasuke datang untuk menunjukkan kelegaannya pada interaksi mereka yang perlahan-lahan secara alamiah berubah menyenangkan.
"Baper, Sas? Enak mesem-mesem begitu di belakang orangnya?!" Dan Karin selalu akan jadi pribadi yang jahil, terutama kepada Sasuke.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT GARAGE
RomanceSeumur-umur, Sasuke Uchiha tidak pernah menoleransi yang namanya bau menyengat dan kotor. Apalagi jika berhubungan dengan mesin dan segala perkakasnya. Tetapi, begitu menyaksikan pesona 'Naruto Uzumaki' si montir keren itu, diam-diam Sasuke membia...