Sasuke tidak punya alasan kuat untuk marah, tidak berhak juga mencampuri keputusan sahabat karibnya Tayuya untuk berpacaran dengan Shikamaru. Tetapi, meski setelah cerita singkat nan picisan sejam lalu, Sasuke seketika menyingkirkan kekesalan di benaknya. Dia merasa dikhianati, tidak dianggap dan bagaikan pemeran figuran yang barangkali tidak begitu dibutuhkan. Dia hanya menuruti reaksi alamiah dari spontanitas emosional, walau sekali lagi Sasuke bukanlah sosok berarti untuk dapat memengaruhi fakta itu. Dan dia memilih mengucapkan selamat dengan sepenuh hati, berpelukan sembari menuntut sebentuk hiburan kecil guna mendamaikan rasa tersinggung dia.
"Lipstik Maydellin keluaran terbaru. Ada lima warna, akan kuberi semuanya untukmu."
"Terima kasih, itu cukup setimpal. Semoga kau bahagia."
"Tentu saja, aku sudah lama memikirkannya sebelum melangkah. Dan inilah keputusanku, aku merasa cocok dengan Shikamaru."
"Oke, aku tidak mungkin memperkeruh suasana 'kan?"
Berdamai, berbagi senyuman, lalu Tayuya berpamitan untuk kembali ke sisi pacarnya, "Aku ke sana dulu, ya. Siapa tahu dia membutuhkan sedikit tenagaku."
"Selamat bersenang-senang, Tay," ucap Sasuke seiring garis cekung di bibir berganti lurus dini menangkap interupsi suara familiar.
"Finish juga dramanya?"
Kontan Sasuke berdecak gara-gara pernyataan itu, "Jangan ikut campur! Kamu tidak akan mengerti posisiku." Mulutnya mencebik, mendelik sepintas untuk memampangkan kejengkelannya secara gamblang.
"Baiklah, lupakan saja! Jam istirahatmu sudah habis, ayo bergegas ke depan! Bantu aku untuk mencuci satu mobil lagi, Gaara baru selesai mengganti suku cadangnya."
"Aku menyusul, mau ke toilet dulu sebentar."
"Awas kalau lama!"
"Iya, iya, aku tahu! Cerewet!"
-----
Energinya seakan terkuras habis, bahkan tiada lega dengan banyaknya tarikan napas di ulang-ulang. Sasuke mendengkus, merenggangkan tulang punggungnya ke belakang, menarik ke kiri dan kanan, kemudian dia hela napasnya jauh panjang perlahan-lahan. Itu lumayan berhasil menyingkirkan secuil ketegangan otot.
"Aku enggak mau mencuci mobil sekotor itu lagi. Ampun banget, Nar. Tulangku seperti rontok semua rasanya. Pegal sana sini, aku betulan disiksa sama kamu."
"Sembarangan kamu! Masih sehat bugar begitu kok merasa disiksa."
"Aku enggak bohong, sendi-sendiku linu semua ini. Aku jadi kepingin tidur panjang supaya bisa fit lagi."
"Pingsan atau mati maksudnya?"
"Astaga, pakai otak bicaranya!"
"Kamu duluan yang lebay, tidur panjang segala. Hibernasi sekalian." Naruto menyeringai ragu. Diam-diam dia salut terhadap kegigihan Sasuke tadi di mana satu patah kata keluhan pun tidak terungkai. "Ya sudah, hari ini aku antar kamu pulang. Tapi, enggak bisa sampai rumah. Aku turun di kampus saja. Dari sana dekat 'kan menuju rumah kamu? Paling sepuluh menit lagi."
"Biar apa kamu yang antar?"
"Enggak usah banyak tanya. Aku tahu kamu cape, pasti malas buat menyetir."
"Terserah deh, aku enggak ada tenaga sisa untuk berdebat."
"Makanya, buruan sana bersih-bersih! Aku panaskan dulu mesin mobilnya." Sasuke mengerang berat, tak menyahut penuturan itu selain menurutinya. Di balik punggung Naruto, satu kepalan tinjunya naik seakan dia ingin memukul si Uzumaki.
Di depan benci, lain pula di belakang. Sasuke tidak lagi menyangkal saat-saat di mana dia mendapati Naruto begitu menarik, hingga terkadang sejenak tatapannya tertahan untuk pemuda itu. Seperti saat ini, bibirnya mengulas senyum tipis diam-diam.
"Si--al!" Tahu-tahu Sasuke nyaris memekik, tergesa-gesa berbalik ke sisi dinding. "Manusia bejat. Bangsat benar Shikamaru, petting enggak pikir tempat. Primitif banget, ya Tuhan--" Bisiknya di situ. Dada naik turun seraya dia mengatur jalan respirasi supaya kembali normal. Adegan cabul di toilet barusan berhasil mengotori pikiran lurus Sasuke.
"Ditunggu malah bengong, kebiasa--brengsek si Shika!" Umpat Naruto selanjutnya, masih dengan nada rendah. Dia tidak perlu meluangkan jeda lagi saat menarik tangan Sasuke menyingkir dari sana.
"Teman kamu kayak tarzan, Nar. Mainnya di tempat umum."
"Bodoh, buat apa dibahas?! Lagian kejadian begitu sudah biasa di sini."
"Gila! Kalau dilihat orang lain bagaimana? Enggak malu apa?!"
"Sebelumnya aman, cuma disaksikan sama kita-kita dan enggak ada yang mau membahas apalagi mengungkitnya."
"Diubah la, Nar! Ya ampun, malu-maluin banget kalian! Having sex kok jadi tontonan publik."
"Sabuk pengaman, Sas. Kebanyakan mengomel kamu. Masalah ini biar jadi urusan aku. Kamu cukup lupakan adegan tadi, sudah!"
Fuck you! Saking dongkolnya, Sasuke memaki dalam hati. Sengaja dia memunggungi si Uzumaki, alih-alih memandang wajah pemuda itu kian mengacaukan suasana hatinya.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT GARAGE
RomanceSeumur-umur, Sasuke Uchiha tidak pernah menoleransi yang namanya bau menyengat dan kotor. Apalagi jika berhubungan dengan mesin dan segala perkakasnya. Tetapi, begitu menyaksikan pesona 'Naruto Uzumaki' si montir keren itu, diam-diam Sasuke membia...