Teman-temannya serentak mengernyit begitu melihat si Uzumaki turun dan melangkah menuju mobil jip miliknya. "Loh, Nar! Ke mana?" Shikamaru yang pertama kali menanyakan dia sambil mendekat.
"Sasuke enggak bawa mobil. Aku mau antar dia pulang."
"Mengantar bagaimana? Tanganmu 'kan masih digantung, enggak bisa dibuat menyetir." Makin kening Shikamaru berkerut, saking tak percayanya dia akan rencana temannya itu.
"Sudah aku bilang dari tadi. Tapi, dianya memaksa." Sasuke yang turut merasa segan pun angkat bicara. Wajahnya tampak masam dan menunduk. Takut dipelototi rekan-rekan si Uzumaki, walau pada kenyataannya tiada dari mereka berlaku semacam.
Sejemang Shikamaru mendengkus, memijat kepalanya seolah diserang pening. "Nar, tahu 'kan risikonya kalau menyetir dalam kondisi seperti ini?"
"Tidak usah khawatir, Shika. Masih ada tanganku yang lainnya. Menyetir dengan sebelah tangan bukan hal yang sulit buatku."
"Nar, bukan begini keadaannya. Jika tanganmu baik-baik saja, aku pasti yakin sama perkataanmu barusan. Lenganmu itu retak, Nar. Salah gerakan sedikit bisa—"
"Shika, aku hargai kecemasanmu itu. Tapi, aku juga punya cara sendiri untuk memahami tubuhku. Aku enggak mungkin berleha-leha menunggu. Kalau tidak dimulai yang ada tanganku makin lama sembuhnya. Perlahan-lahan, aku tahu kok batasannya."
Di sebelahnya Sasuke mengerang rendah. "Aku yang akan menyetir. Jadi, di antara kalian tidak perlu ada yang bimbang lagi." Pernyataan dia ditujukan bagi semua rekan-rekan si Uzumaki yang kini mengamati percakapan mereka, kecuali Gaara.
"Tapi—" Shikamaru hendak menyuarakan keraguannya sebelum Sasuke memotong ucapan itu.
"Ada abang, dia pasti mau mengantar Naruto balik," tegas Sasuke. Dan kata-katanya berhasil menyebabkan tiga pemuda di sana bersamaan mengembuskan lega. Sementara, yang sejak semula dicemaskan sekadar diam sambil memperhatikan mereka satu-persatu. "Ayo, Nar!" seru Sasuke. Gadis ini mengambil kunci dari tangan kanan si Uzumaki, mendahului pemuda tersebut untuk masuk ke mobil Jip.
-----
"Stop di sini, Sas! Agak ke tepi saja."
Serta merta titah barusan mengendurkan pegangan Sasuke pada roda setir. Dia menatap penuh selidik kepada si Uzumaki. "Kenapa berhenti?" Padahal belum sampai tujuh menit mereka menyusuri jalanan.
"Kita tukar posisi."
"Astaga, Nar. Masih juga ya, kamu. Teman-teman di bengkel pada mengkhawatirkan kamu, Nar. Dan aku juga. Aku enggak mau terjadi hal buruk lagi sama kamu."
"Sas, tolong percaya aku. Aku kepingin melakukan sebagian pembuktian ke kamu. Aku yakin kita ini klop satu sama lain."
"Maksud kamu apa sih, Nar? Jangan berbelit-belit, deh!" Si Uzumaki mendesah lelah. Dia membuka pintu, bergegas memutar ke posisi kursi kemudi.
"Kamu pindah ke situ, biarkan aku yang menyetir."
"Terserahlah! Aku enggak paham sama cara pikir kamu, kebangetan ribetnya." Meski kesal, Sasuke tetap memilih mengikuti keinginan si Uzumaki. Muka merengut tak dapat ditahan, dia berpaling pandang usai duduk sambil melipat tangan ke dada.
"Maka kamu harus terbiasa sama keribetan aku nantinya."
"Malas aku dengar perkataan kamu. Enggak masuk akal kelakuannya!" Ketusnya penuturan Sasuke tak pula menyurutkan niat si Uzumaki.
"Sekarang tunjukkan bahwa kamu benaran cemas ke aku. Persneling kamu yang handle, aku cukup fokus sama setirnya. Bisa 'kan? Sekalian aku penasaran perasaan kamu yang sesungguhnya terhadap aku seperti apa. Di sini akan kelihatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT GARAGE
RomanceSeumur-umur, Sasuke Uchiha tidak pernah menoleransi yang namanya bau menyengat dan kotor. Apalagi jika berhubungan dengan mesin dan segala perkakasnya. Tetapi, begitu menyaksikan pesona 'Naruto Uzumaki' si montir keren itu, diam-diam Sasuke membia...