๑ 26.² ๑

184 25 45
                                    

Tak biasa memang saat tanpa sengaja Sasuke yang hendak duduk di gazebo melewatkan presensi Konan di balik tanaman bambu yang cukup rimbun. Bunyi berisik di sebelah kiri mengundang kewaspadaan Sasuke, hingga dia spontan menengok. Situasi mendadak hening begitu manik legamnya bersitatap dengan sepasang kelereng madu milik Konan. Entah alasan apa pula yang membuat gadis itu lebih dahulu mendekat, duduk di seberang Sasuke seraya menaruh gunting tanaman di sisinya.

Mereka bertukar sapa diiringi senyuman bersahaja. Rasa canggung perlahan-lahan menyingkir berganti penggalan demi penggalan runtut percakapan. Agaknya dua gadis ini mudah dalam beradaptasi.

"Rasanya aneh tidak kita tiba-tiba ketemu di sini terus mengobrol kayak sudah kenal sejak lama?" Sasuke menguntai satu tanya yang diam-diam melayang di kepala. "Aku betulan mengira di sini enggak ada siapa-siapa, maaf ya."

"Kamu minta maaf karena kita terjebak di perbincangan yang enggak terduga atau maaf karena enggak sadar aku ada di semak-semak?"

"Ehm ... dua-duanya, mungkin." Konan lantas tertawa kecil mendengar jawaban Sasuke yang terdengar lucu di telinganya.

"Polos juga y kamu, Sas." Tawa masih menghiasi wajah rupawan Konan, kontras dengan kerutan tipis di dahi Sasuke. "Tapi, herannya aku enggak tersinggung sama ucapan kamu."

"Aku enggak mengerti. Polos di bagian kata yang mana?"

"Padahal aku enggak serius dengan petanyaan aku. Aku enggak merasa kita terjebak di pembicaraan ini. Aku malah senang bisa mengenal kamu dengan cara sederhana tanpa diwakilkan Nana."

Kening Sasuke merenggang. Sedikitnya dia mulai paham makna dari pernyataan Konan semula.

"Aku juga tidak berpikir kita terjebak. Ya, walaupun aku sempat nethink sebentar tadinya ... aku takut dilabrak."

Lagi-lagi Konan tertawa, tawa yang lebih keras dari sebelumnya. Sementara, Sasuke mulai memperlihatkan raut kesal nan tipis. Tidak begitu senang andai Konan menganggapnya figur yang mudah ditertawai alias serupa badut.

"Aku ketawa begini bukan berarti meremehkan kamu ya, Sas. Cara kamu bicara bikin aku terhibur. Apa kamu tipe yang blak-blakan ke lawan bicara? Itu semua orang atau tertentu?"

Siapa yang mengira Konan hendak menelaah sejauh ini?! Berujung Sasuke di sana mendesah rendah, sekedipan mata mengalihkan muka dan berkata pula, "Sebagian orang enggak suka karena aku selalu ceplos. Mereka anggap itu sebagai kesombongan. Aku cuma berusaha jujur menurut versi aku. Lagian buat apa ditutupi jika yang mau kita sampaikan bukan sesuatu yang mengada-ngada?"

"Iya, sih. Eh, tunggu! Kamu kok kepikiran aku bakal melabrak kamu?" Kini kernyit itu menghiasi wajah Konan.

"Masa kamu enggak menangkap maksud omongan aku?"

"Aku melabrak kamu?" Konan mengulang penuturan Sasuke, diiringi air muka yang seolah mengayun nada suaranya. "Nana? Apa ini soal Nana?"

"Bisa jadi," tanggap Sasuke seadanya dengan bahu yang turut naik.

Sejemang Konan terkekeh, barangkali baginya label lucu tidak akan pernah lenyap dari kepribadian Sasuke. "Aku bakal menikah, Sas. Sedikit lagi. Dengan semua perencanaan dan kehebohan ini kamu masih yakin aku bisa mempeributkan Nana denganmu?"

"Aku bilang cuma perkiraan. Lagi pula aku enggak serius saat mengatakannya, terbilang begitu saja."

Konan terdiam tanpa mengubah ekspresinya. "Hubunganku dengan Nana sudah lama kandas, tidak ada jalan untuk bersama. Sedari awal cerita mengenai aku dan dia itu mustahil buat ada. Tapi, aku sungguh berterimakasih karena dia pernah menjadi bagian dari kenangan yang singgah." Konan mengerang panjang, berharap pula Sasuke puas atas penjelasannya. "Bagaimana? Apa itu membantumu?" Sudut bibirnya merenggang. Dia kelihatan dua kali lipat lebih ramah terhadap Sasuke, meski dia sendiri seperti tiada menyadarinya.

HOT GARAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang