Tujuh hari Sasuke berperang dengan ego untuk mempertahankan diri agar menang dari tuntutan abangnya. Namun, melewatkan obrolan selama seminggu penuh juga merupakan serangan terberat yang pernah dia terima dari Itachi. Jika ingin jujur, dia membenci situasi ketika dia dan abangnya itu bersitegang tanpa berujung kejelasan. Mau tak mau, meski dalam kesadaran sungguh terpaksa, di minggu pagi ini dia menyeret langkah menuju Anbu Garage. Bengkel abal-abal berisi sekelompok montir menyebalkan, menurutnya.
"Nar, cuaca belum mendung 'kan?"
"Bernapas yang benar dulu, Kib. Terlalu awal untuk kambuh gila di jam segini, belum juga sarapan."
"Serius, Nar. Tengok ke depan! Dan awas kalau kau terkejut." Di sana si Uzumaki memicing heran. Sosok Sasuke Uchiha berdiri di depan Anbu Garage adalah satu hal yang sejak tempo hari menjadi penolakannya. Dia membenci sikap gadis itu, semua teman-temannya pun tahu. "Mau apalagi dia?" Seperti bisikan, saking bingungnya dia terhadap kemunculan figur si gadis Uchiha.
"Bau-bau penyesalan yang terlambat ini, Nar." Sekadar menoleh singkat untuk mendengar Kiba sebelum tatapan intensnya tertuju ulang ke semula. Sedang, Sasuke masih enggan beranjak dari posisinya.
"Kib, kembalikan cargerku--Uchiha?!" Shikamaru menghampiri bersama raut tak kalah curiga. Sejemang Gaara pun nongol dengan muka bantalnya, menguap tenang seraya memandang datar pada spot yang sama.
"Aku pergi sebentar beli sarapan bareng Kiba. Kunci mobilnya mana--loh, kok pada diam? Itu pelanggan kenapa dicueki?"
"Itu Sasuke Uchiha," sahut Kiba lekas.
"Tahu, kau pikir aku lupa siapa dia?! Tapi, kenapa kalian bengongnya serentak begini? Ditanya kek keluhannya apa." Setidaknya, Sai berhasil merespons suasana dengan benar saat ini. Ucapannya mendorong langkah panjang Naruto mendekati si gadis Uchiha.
"Mending jangan kau yang datang! Bang Ita 'kan bisa, minggu lalu juga dia."
"Aku juga tidak sudi kalau bukan karena terdesak."
Naruto diam, malas meladeni dia sebetulnya. Tetapi, demi kenyamanan pengunjung yang memang selalu diprioritaskan, dia pun mengalah. "Katakan saja masalahnya agar kami segera memperbaiki. Jadi, kau bisa segera pulang. Enggak ada yang suka sama kedatanganmu."
"Mauku juga begitu. Jangan kira aku dengan senang hati ke bengkel gadungan ini."
"Ehm," Gumamannya mendapat delikan sinis dari Sasuke. "Terserah. Berdiri saja di situ sampai besok, kau pikir aku peduli?!" Sudut bibir naik dini dia berbalik untuk meninggalkan Sasuke. Songongnya diluar batas, sok kecakepan banget. Benak Naruto.
"Tunggu! Aku disuruh bang Itachi kemari." Detik itu Naruto berhenti dan teman-temannya ikut bertahan di sana sebagai penonton drama pagi.
"Maksud?!"
"Tolong mendekat! Aku tidak mungkin mengatakannya di depan teman-temanmu. Bang Ita akan mengamuk jika dibeberkan." Padahal dia yang malu andai ketahuan dipaksa untuk sebuah permohonan maaf.
"Buruan bilang!" Sialnya, Sasuke tidak pernah menduga bakal serumit ini untuk mengakui peringatan abangnya atau sosok Naruto lah yang membuat dia mendadak gugup? "Aku diminta abang--"
"Cepat, pekerjaanku sedang menunggu."
"Dia tidak ... dia ingin supaya aku--"
"Minta maaf?!"
"Ha?!"
"Bang Ita menyuruhmu meminta maaf 'kan? Gampang sekali ditebak." Naruto tertawa remeh seraya mengalihkan wajah ke sisi lain, lengan-lengannya dilipat ke atas dada. Tidak pula dia menyadari kilatan amarah yang terpancar di sepasang jelaga si gadis Uchiha. "Pulanglah dan jangan pernah muncul lagi di hadapanku! Maka kuanggap kebodohanmu minggu lalu tidak pernah terjadi."
"Bodoh?! Kau mengataiku bodoh?!"
"Bukan, itu terlalu baik untukmu. Kau gila. Sangat, gilanya!"
"Kau brengsek Uzumaki!"
"Kau juga sialan, Uchiha."
"Aku kelewat sabar denganmu."
"Harusnya aku langsung melaporkan tindakanmu ke polisi. Kau sengaja meracuniku, kriminal kecil." Sasuke tersentak, kelu serta dada yang naik turun akibat pernapasan laju. "Masih mau lagi?! Aku punya banyak stok umpatan buat gadis tidak tahu diri sepertimu--halo, Bang Ita!" Tidak butuh menunggu bagi panggilan dari seberang sana, "Iya, dia ada di depanku--enggak usah segininya juga kali Bang! Aku jadi merasa--harus banget, ya? Kalau aku menolak bagaimana?" Tahu-tahu dia mengesah berat seiring tatapannya berubah menusuk. "Baiklah--hem, aku ke lokasi setengah jam sebelum latihan." Ke sekian kalinya Naruto mengerang jemu, "Masuk! Akan kuberitahu apa yang dapat kau perbuat untuk menebus kesalahanmu, Uchiha."
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT GARAGE
RomansaSeumur-umur, Sasuke Uchiha tidak pernah menoleransi yang namanya bau menyengat dan kotor. Apalagi jika berhubungan dengan mesin dan segala perkakasnya. Tetapi, begitu menyaksikan pesona 'Naruto Uzumaki' si montir keren itu, diam-diam Sasuke membia...