Pagi-pagi sekali Naruto sudah rapi dengan gaya kasual andalannya. Belum lagi aroma parfumnya menguar ke penjuru ruang, menyebabkan seluruh rekannya sesama montir bersusulan menengok dia.
"Wangi amat Nar pagi-pagi." Kiba si tukang menyeletuk jadi yang pertama bersuara. Mereka semua masih bersantai, duduk melingkari meja sambil menikmati kopi dan kue pao kukus. "Ke mana? Ini 'kan minggu. Biasanya kita keluar bareng-bareng, belum ada keputusan 'kan bakal ke mana nanti."
"Hari ini aku absen dulu. Ada acara di rumah Uchiha, aku diundang langsung sama Bibi Mikoto. Asli enggak bisa ditolak." Uzumaki mengambil posisinya untuk kemudian menyesap satu-satunya cangkir yang belum tersentuh siapapun.
"Dapat restu ya, Nar?!" Sai menyambung sambil mengunyah kue pao sedikit demi sedikit, kontras dengan Kiba di sampingnya yang justru melahap satu kue cuma dalam dua gigitan.
"Restu apaan maksudnya?" Satu gigitan masuk ke mulut, membuat pipinya turut menggembung. "Aku juga baru tahu kalau dari pihak Bibi Mikoto ada keturunan Tionghoa. Jadi, hari ini mereka sekeluarga merayakan Tahun Baru China. Bibi Mikoto masak banyak makanan khas daerah sana dan minta aku buat datang."
"Wah, asyik itu, Nar! Boleh gabung enggak?!"
"Kebiasaan si Kiba. Kamu enggak diundang, jangan mengada-ada! Malu-maluin tahu!" Seketika pula Gaara menentangnya. "Selain Naruto, enggak satupun dari kita yang betulan kenal keluarga Bang Itachi. Masa iya Naruto tiba-tiba mengajak kamu ke sana, kelihatan banget modus lapar."
"Namanya juga usaha, Gaa. Diajak syukur, enggak ya apa boleh buat."
Dan Shikamaru menggeleng mafhum, sudah hafal seperti apa tabiat semua teman-temannya. "Berarti kita enggak perlu menunggumu 'kan, Nar? Aku rencananya mau ajak yang lain ke sirkuit balap motor. Ada turnamen lokal, lumayan buat mengurangi rasa bosan," tanggap si pemuda berambut top knot.
"Seru kayaknya. Tapi, lain kalilah aku ikut." Uzumaki beranjak usai kopinya tandas dan dia menghabiskan tiga potong kue pao bermacam isian. "Selamat bersenang-senang, Bro. Aku duluan!" Ke empat temannya serentak memperhatikan kala dia menaiki jip, kunci di-starter dan mesinnya berderam cukup nyaring.
-----
Di tengah perjalanan tadi, Naruto cukup terusik oleh pikirannya sendiri mengenai apakah dia perlu membeli sesuatu yang akan diberikan kepada mereka. Ini adalah jamuan makan penting bagi keluarga Uchiha dan dia merasa risi jika datang dengan hanya tangan kosong. Namun, akalnya terlalu lelah untuk menggulir barang apa sekiranya cocok pada momen seperti itu. Tentu jenis makanan apapun agaknya kurang tepat jika mengingat Bibi Mikoto merupakan ibu yang rajin serta kemahiran tingkat memasak mumpuni. Dan semua varian atau golongan kue/pastry tidak masuk ke dalam pilihan si Uzumaki.
Alhasil, dia memutuskan untuk singgah ke toko bunga guna membeli sebuket kembang yang telah dirangkai sedemikian rupa hingga menjadi sebentuk keindahan identik. Dominasi warna merah tampak pas terhadap perayaan Tahun Baru China, cukup untuk memancing sudut-sudut bibir si Uzumaki melengkung puas.
Setibanya di depan pintu kediaman Uchiha, Naruto hela napasnya berulang-ulang, membuang rasa gugup yang tiba-tiba terus merongrong. Sejemang irama bel berdering, menyusul pintu ditarik dari dalam dan Sasuke menyapanya dalam balutan busana serba merah. Gadis itu berkali lipat lebih cantik dari biasanya, ditambah rambut panjangnya yang lebat dibiarkan jatuh tergerai. Sekadar menghiasinya dengan sebuah penjepit mutiara.
"Aku tidak tahu harus bawa apa, maaf." Groginya tidak terselamatkan. Senyuman Sasuke justru dibalas pernyataan kaku dari si Uzumaki.
"Kamu sudah melakukannya dengan benar. Ayo, masuk. Yang lain menunggumu."
"Ada siapa?" Masih ragu sembari kedua tangannya sibuk mengusap-usap random ke paha. Si Uzumaki benar-benar kehabisan rasa tenang di samping dia pun tak memahami pemicunya.
"Bukan siapa-siapa. Cuma ada beberapa sepupuku juga kakek."
"Hah?! Tidak salah? Aku pikir ini, ehm--hanya di antara ke ... baiklah. Aku tidak punya pilihan lain 'kan?" Semula adalah pengakuan jujur si gadis Uchiha, paling mengejutkan pula bagi Uzumaki. Sedang, reaksinya tak pelak membuat Sasuke sedikit geli.
"Kamu ahlinya menyamankan suasana. Jadi, apa yang menakutkan?! Ma, Naruto sudah datang." Serta merta si gadis Uchiha menarik lembut pergelangan Uzumaki, menyeringai diam-diam ketika para sepupu dan kakeknya melirik ke arah dia dengan wajah melongo.
"Halo, selamat tahun baru--" Oh, astaga! Si Uzumaki hendak sekali berbalik badan untuk bergegas kabur dari sini, andaikan dia bisa.
Continue ...
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT GARAGE
RomanceSeumur-umur, Sasuke Uchiha tidak pernah menoleransi yang namanya bau menyengat dan kotor. Apalagi jika berhubungan dengan mesin dan segala perkakasnya. Tetapi, begitu menyaksikan pesona 'Naruto Uzumaki' si montir keren itu, diam-diam Sasuke membia...