๑ 15 ๑

512 56 20
                                    

"Sasuke, waktunya makan siang. Kamu mau tidur sampai kapan?" Lagi-lagi Kiba menyeletuk, seakan dia sudah teramat awam terhadap presensi si gadis Uchiha. Lebih dari dua jam untuk Sasuke dapat menuntaskan mencuci mobil jip milik Naruto dan dia benar-benar menahan umpatan serta kekesalan hanya agar segalanya segera berakhir. "Sasuke--" Kiba mencoba ulang sembari menggeleng-geleng melihat segitu nyenyak tidur gadis ini. Padahal situasinya jelas tidak senyaman itu untuk terlelap, beralaskan sofa medium yang terletak di samping meja kasir.

"Biar aku saja, Kiba. Kau pergilah bergabung dengan mereka." Interupsi ini mendorong si pemuda penyuka anjing menyusul rekan lain setelah mengambil pula jatah makan siangnya. "Bangun!" seru Naruto seraya sedikit menepuk lengan Sasuke. "Hei, pemalas! Aku bilang bangun!" Tak ayal teriakan tadi memancing sekejap perhatian teman-temannya untuk serempak menengok. "Tidurmu seperti orang pingsan, kamu pikir bengkel ini tempat persinggahan?!"

"Apa, sih? Ada apa? Bisa tidak suaramu itu direndahkan?!" gerutu Sasuke, meski rasa kantuk masih kentara di wajahnya dan dia baru saja menguap lebar.

"Enggak ada malu-malunya ya kamu, Sas! Malah menguap pula lagi."

"Aku mengantuk sekali, Nar. Cape habis mencuci jip kamu. Cuma beberapa menit 'kan tidak masalah, enggak bikin kamu rugi juga."

"Kamu tidur hampir dua jam, Sas. Bukannya cukup buat membalas rasa lelah kamu yang sangat itu?! Mending buruan kamu bangkit deh. Di depan ada makan siang, kamu silakan ambil dan nikmati. Kalau sudah selesai kamu boleh pulang. Kali ini enggak perlu sampai sore, aku mau pergi soalnya."

"Iya, iya! Cerewet banget jadi laki-laki!"

"Terserah! Aku peduli memangnya?"

"Enggak."

"Nah, itu paham!"

"Sesuka kepalamu, Nar. Aku diam." 

Keduanya tidak sadar kini menjadi tontonan seru bagi empat pemuda di depan mereka. Seolah tengah melakonkan drama picisan yang ditayangkan secara langsung.

"Gila si Naruto. Betah benar dia berdebat sama Sasuke. Sehari doang segini heboh dampaknya, apalagi sebulan? Mual enggak dia entar?" Yang lain kontan tertawa gara-gara penuturan asal terungkap dari mulut Kiba. "Aku berani bertaruh mereka bakal saling suka," sambung Kiba lagi. Lalu, Shikamaru tampak tertarik ingin menanggapi.

"Pikiranku juga begitu. Naruto enggak pernah mau 'kan sebenarnya terlibat jauh dengan cewek?! Paling sekadarnya saja, itupun hangat-hangat di awal jika memang si cewek berhasil menarik perhatian dia. Seperti pacarnya bang Ita tempo hari, heboh banget si Naruto jeritannya."

"Enggak salah sih, si Naruto. Selain keren plus cantik, dia bisa bawa motor gede. Biarpun tomboi mukanya tetap manis dipandang! Enggak bikin bosan. Hoki betul bang Ita bisa dapat cewek over power."

"Apa yang over power?!" Jangka dia datang, Naruto pun spontan menyela cerita Sai.

"Film marvels, Nar." Dan Gaara yang malas meneruskan perbincangan sebelumnya, justru memberi jawaban random. "Mana dia, Nar? Enggak ikut makan?"

"Lagi di toilet. Cewek kok luar biasa payah bangunnya. Enggak kebayang pas menikah bakal kayak apa rumah tangganya. Jelas sekali Sasuke itu  bukan tipe cewek keibuan yang cekatan. Bangun pagi-pagi, mandi terus bikin sarapan. Nikmatnya hidup--bahagia kalau nilai plusnya cantik dan lembut."

"Masih ada yang seperti itu, Nar?!"

"Ada, contohnya Konan." Naruto duduk di samping Gaara, mulai membuka kotak makan siang miliknya untuk disantap perlahan-lahan. Dia sengaja mengabaikan pancaran penuh tuntutan sarat tanda tanya di masing-masing tatapan ke empat temannya.

"Move on, Nar. Daripada makan hati." Masih Kiba yang mendominasi obrolan.

"Sudah, Kib. Tapi, enggak masalah 'kan punya tipe cewek idaman?!"

"Betul. Cuma, kenapa harus yang mirip mantan, Nar?!"

"Duduk, Sas. Sini, makan bareng kita."

"Waw, Gaara! Sebentar lagi bakal hujan deras kayaknya. Kamu bisa manis juga, ya ternyata?!"

"Berisik, Kib. Hanya basa-basi, seaneh itu rupanya?"

"Biasanya enggak pernah 'kan?! Eh, silakan Sasuke. Ini punya kamu." Buru-buru Kiba mengalihkan atensi pada satu-satunya gadis di sana.

"Buruan makan! Biar kamu bisa cepat pulang."

"Apa, sih! Sensitif amat jadi orang. Aku mau makan dengan tenang loh ini, boleh enggak?! Mengoceh melulu kerjanya. Panas kupingku lama-lama."

"Jangan marah-marah terus ke Naruto, Sas. Nanti kamu jatuh cinta sama dia."

"Idih, musibah! Sorry, itu mustahil!"

"Percaya diri banget kamu, Sas. Aku juga enggak akan berminat dengan cewek kayak kamu ini. Underrated banget di mataku, tahu!"

"Santai dong, brengsek! Siapa juga yang doyan?!"

"Sudahlah, Nar! Kamu juga harusnya pergi sekarang 'kan? Biar aku antar ke kampus. Bang Ita pasti menunggu kamu di sana." Kemudian Naruto mengangguk, tiada menghiraukan betapa jengkel Sasuke memandang ke arahnya.

Dasar cowok bangsat! Batin Sasuke.

-----

HOT GARAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang