Kuliah hari ini berlangsung lebih cepat dari biasanya, atau hanya Naruto yang menganggap demikian ketika dia tak menjumpai satu tindakan lancang dari sang dosen mengusik kesabarannya. Bu Fuuka tampak tenang, menjelaskan mata kuliah secara efisien dapat dengan mudah dipahami mereka.
Begitu kuliah bubar, Naruto buru-buru keluar mendahului Kiba dan Shikamaru di belakang. Sampai satu decakan keras terdengar dan Kiba memekik memanggilnya, "Tunggu, Nar! Enggak usah lari-lari bisa 'kan?! Tenaga makin terkuras loh ini, belum sarapan juga."
"Justru karena lapar, makanya diburu. Keterlaluan Bu Fuuka, betah sekali dia di kelas sampai tiga jam. Sialan!"
"Loh, 'kan memang jatah mengajar dia sih, Nar. Sudah berapa kali pertemuan, kenapa kamu protesnya baru sekarang."
"Lapar bisa mengubah apapun, Shika. Contohnya sikap Naruto ini." Shikamaru mendengkus kencang, tidak lagi menyahut jangka mereka tiba di kafetaria dan langsung menduduki kursi-kursi kosong di meja yang cukup dekat dengan etalase.
"Pesan apa, Nar?" Shikamaru berinisiatif lebih dini, menanyakan dua temannya agar dia dapat segera memesan untuk mereka.
"Nasi campur sama es teh cincau."
"Aku juga deh." Kiba menyambung sebelum ditanya, disusul Shikamaru beringsut ke depan untuk menuntaskan pesanan mereka.
"Aku jadi kepingin ke Fakultas Tata Boga. Kafetaria di situ menyediakan makanan prasmanan. Tidak perlu menunggu dihidangkan."
"Itu kebijakan khusus dari mereka di mana semua makanan yang disajikan merupakan hasil masakan anak-anak tata boga sendiri." Shikamaru tergerak untuk repot-repot memaparkan fakta yang dia tahu sejak pantatnya menduduki posisi kosong di sebelah Naruto.
"Kapan-kapan ayo ke sana, sesekali cari pengalaman baru. Ada banyak makanan lezat menanti untuk dicicipi."
"Berencana saja dulu, Kib. Mana tahu kita ada kesempatan buat ke sana. Kabarnya cewek tata boga pada cakep-cakep."
"Yang betul, Nar?!" Kiba berbinar-binar persis bocah kecil yang kesenangan gara-gara sebatang permen. Tingkahnya ini spontan diberi gelengan kepala oleh Shikamaru. Sementara, Naruto di situ mulai lahap menikmati nasi campur miliknya.
"Aku tidak yakin sebelum memastikannya sendiri," kata Naruto setelah satu sendok nasi masuk ke mulut, nyaris serempak bersama Shikamaru yang pula sudah mengangkat suapan pertamanya.
-----
"Nar, wanitamu ke sini." Itu suara Kiba, dari balik pundaknya dia menemukan kernyit dalam di wajah si Uzumaki. "Bu Fuuka." Lipatan detik berikut berganti bisikan, cuma gerak bibirnya yang tertangkap indera.
"Buat apa dia ke sini?!" Pandangan Naruto menjadi tajam, mengayun langkah malas ke tempat Kiba yang sedang disibukkan satu unit mobil sedan.
"Rindu mungkin." Kiba terkekeh sebab menangkap berkali-kali Naruto membuang napas keras-keras, dia kentara gelisah. Tindak tanduknya tak pelak menuai perhatian dari Sasuke yang saat ini berada beberapa meter di kiri, membantu Gaara melakukan finishing pada body seunit Toyota MPV silver. "Aku jadi penasaran apa yang bakal dia lakukan di sini. Bukankah di kampus tadi adalah rekor terbaiknya untuk tidak mengganggumu?! Ternyata dia punya rencana lain." Lagi, Kiba tertawa sarkas. Seolah menikmati keputusasaan si Uzumaki.
"Diam! Berpura-puralah tidak melihatnya. Tetap lanjutkan pekerjaan kita masing-masing," ucapnya mantap tanpa mengubuh segitu kusut garis mukanya sejak sekian menit lalu.
"Kenapa dia?!" Shikamaru mendesah ketika rungu menangkap rasa penasaran Sasuke. Gadis ini terus mengekori ke mana pergerakan Naruto dari sudut matanya.
"Itu Bu Fuuka, salah satu dosen di Fakultas Teknik."
"Aku yakin bukan itu masalahnya," tanggap Sasuke ringkas hingga Shikamaru pun cuma mampu menunjukkan sebatas erangan lesu.
"Salah satu wanita yang terang-terangan memperlihatkan obsesinya terhadap Naruto. Dia menyukai Naruto, serta memiliki cara terburuk dalam mendekatinya. Dia bahkan pernah menawarkan diri demi satu kencan panas di ranjang. Tetapi, Naruto menolak dan hal itu tidak membuat Bu Fuuka jera. Dia benar-benar keras kepala dalam menginginkan pengakuan Naruto."
"Kau bercanda? Apa ini cerita humor di antara kalian?!"
"Oh, ya ampun. Kau pikir kami sudi mengarang lelucon memalukan demikian? Biarpun penampilannya seperti seorang berandalan, tidak berarti Naruto semurah itu."
"Hei, apa-apaan dia? Kau lihat bagaimana caranya tersenyum tadi? Apakah dia selalu begitu di depan Naruto?!" Sasuke terperanjat, melotot dini menyaksikan tingkah laku si wanita yang Shikamaru sebut sebagai pengajar di fakultas mereka. "Aku tidak percaya seorang dosen bisa segenit itu kepada mahasiswanya."
"Masih permulaan, Sasuke. Kau akan segera menemukan kenekatan yang jauh mencengangkan dari ini. Bersiap-siaplah untuk lebih terkejut lagi." Shikamaru tergelak main-main, berbeda dengan Sasuke yang tampak melempar tatapan sengit pada kelangsungan adegan di seberangnya.
Dosen itu sungguh tidak punya malu. Dasar, gila!
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT GARAGE
RomanceSeumur-umur, Sasuke Uchiha tidak pernah menoleransi yang namanya bau menyengat dan kotor. Apalagi jika berhubungan dengan mesin dan segala perkakasnya. Tetapi, begitu menyaksikan pesona 'Naruto Uzumaki' si montir keren itu, diam-diam Sasuke membia...