"Kib, bilang sama Shika hari ini enggak usah jemput, ya."
"Mau ke mana, Nar?"
"Ke rumah Sasuke."
"Loh, tumben?!"
"Nanti deh aku cerita. Lagi buru-buru ini, sudah ditelepon Bang Itachi soalnya. Jangan lupa ya, Kib!"
Situasi Naruto memang sedang genting, menurut dia seperti itu. Dia sedang gelisah saat ini sejak suara Bang Itachi yang biasanya santai ke dia, berubah lebih tegas dan berat. Ini semacam perintah seorang ayah kepada anak laki-lakinya. Di satu sisi Naruto kesal ketika mendadak sosok ayahnya melintas dalam ingatan. Namun, yang menjadi akar permasalahannya adalah kenapa nada bicara Itachi terdengar berbeda? Nar, kamu ke rumah, ya. Sekarang! Lalu, tanpa interupsi lanjut, dia langsung menjawab; iya.
-----
Di perjalanan, Naruto serius memikirkan kemungkinan praduga. Apakah Itachi masih marah mengenai kejadian kemarin? Jika demikian pun, dia menganggap itu merupakan kewajaran. Sebelumnya Sasuke juga sempat ditimpuk bola dan pingsan, alasan pura-pura tidak akan pernah diketahui oleh Naruto juga Itachi. Mujurnya si Sasuke, dia pandai menyimpan rahasia rapat-rapat dari sekeliling kecuali rahasia tersebut terucap sendiri dari mulutnya.
Mobil jip Naruto berhenti di halaman parkir toko pastry. Meski kedatangannya kali ini bukanlah undangan khusus atau jamuan di acara spesial, dia berencana untuk membawa penganan sederhana sebagai bentuk santunnya. Dia tidak akan lupa pernah menghabiskan satu stoples kue kering buatan si Tuan Rumah, dihidangkan ramen instan beracun yang hampir membunuh organ dalamnya. Tahu-tahu dia menyeringai usai mengulang peristiwa nahas sekaligus lucu sempat menimpa dirinya waktu itu.
Kaki diayun panjang, bergegas ke etalase di mana beragam varian roti yang menggiurkan ditata sedemikian rupa dan menarik. Tangannya menunjuk ke satu persatu roti pilihan, disusul tangan cekatan staf di sana mengambilnya untuk disisihkan ke nampan lain. "Apa kue spesial di sini?! Aku ingin memberikannya pada temanku. Dia seorang gadis, kami seumuran dan dia agak cerewet, ehm--" Kening mengernyit setelah menyadari bahwa dia baru saja mengatakan kalimat aneh. "Maaf, maksudku apa kau punya cake seperti tiramisu tapi dengan selai apel dan mangga?"
"Tidak ada yang seperti itu. Tapi, kami punya tiramisu dan pie apel, jika Anda mau."
"Oke, berikan untukku."
Staf di situ berpindah ke etalase di sebelah kanan, menaruh ke nampan kue pie yang tadi dia tawarkan. "Apa Anda juga akan membawa cake mangga? Ini teksturnya tidak mirip tiramisu. Tetapi pelanggan kami terutama gadis-gadis sangat menyukainya."
"Baik, buatkan saja. Kebetulan aku juga suka buah mangga."
"Wah, itu kabar bagus. Saya jamin Anda pasti akan suka. Ini salah satu dessert favorit di sini." Percakapan itu tidak mencegah pergerakan si staf, dia betul-betul gadis yang lincah dan ramah. Tidak sampai lima menit, semua kue pesanan Naruto selesai dibungkus dan dihitung mesin totalnya. "Anda tidak ingin mencoba sirup rasberi atau persik? Ibu atau ayah, maksud Saya orang-orang tua menyukainya. Ini terobosan terbaru toko kami dan sudah mendapat sambutan menyenangkan dari pelanggan. Mereka menyukainya, tidak ada yang cukup dengan satu botol."
"Berikan masing-masing dua botol, itu balasan atas sikapmu yang menyenangkan."
"Anda baik sekali. Ini totalnya," kata si staf seraya menunjuk ke monitor mesin kasir. "Semoga pacar Anda dan keluarganya menyukai hadiah ini."
Dahi Naruto kusut untuk sekian kali, tiada pula dia menanggapi pernyataan staf itu. "Sisanya tip untukmu, terima kasih." Senyuman tipisnya tertinggal, yang tidak dia tahu bisa menyentak kesadaran si gadis staf.
-----
Bukan pengalaman pertama baginya menyinggahi kediaman Uchiha. Hanya saja, dia yang biasa disambut oleh Itachi malah dihadapkan dengan wajah bingung Sasuke. "Kamu kerasukan apa, Naruto?!" Dan pertanyaan demikian sukses menambah daftar banyaknya dahi Naruto berkerut di siang ini. Oh, astaga. Akhirnya dia bertambah yakin kalau kue dan sirup buah bukanlah ide yang bagus untuk iseng. Iseng?! Ayolah, Naruto benar-benar tidak memahami dirinya sendiri. Entah apa yang sedang dia lakukan atau coba buktikan. Tunggu, buktikan?! Tidak, tidak, dia tidak ingin membuktikan apa-apa.
Dia hanya tiba-tiba kepikiran kondisi hidung Sasuke yang dihantam bola serta stoples kue kering buatan ibunya. Lalu, muncul niat untuk menghibur Sasuke juga mengganti kue kering. Namun, begitu dia berdiri de depan pintu rumah keluarga Uchiha, berbagai sensasi aneh berperang di akalnya.
"H-hai, Sasuke. Hidungmu sudah membaik?"
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT GARAGE
Roman d'amourSeumur-umur, Sasuke Uchiha tidak pernah menoleransi yang namanya bau menyengat dan kotor. Apalagi jika berhubungan dengan mesin dan segala perkakasnya. Tetapi, begitu menyaksikan pesona 'Naruto Uzumaki' si montir keren itu, diam-diam Sasuke membia...