๑ 17 ๑

505 55 10
                                    

Seharusnya ...

Seharusnya Sasuke menahan diri dari guncangan rasa penasaran serta kelewat jengkelnya dia pada Naruto dalam beberapa hari belakangan. Gosip tentang gadis bernama Konan yang merupakan idaman pemuda itu maupun selancar apa Itachi memujinya sebagai incaran gadis cantik, menambah puing-puing kekesalan. Sementara, dia masih tidak bisa menerima begitu saja sikap ketus si pemuda Uzumaki dilayangkan untuknya.

Sasuke berakhir di sini, Selasa pagi di lapangan tenis kampus ketika sebenarnya dia tak ada kelas sekarang. Itachi mengerutkan kening, tanda lelahnya dia memikirkan alasan Sasuke memaksakan diri menonton pelatihannya. Dia tidak tahu-menahu bahwa tujuan adik kesayangannya mengarah pada figur tinggi tegap mencolok pirang di tengah-tengah lapangan. Naruto Uzumaki berkeringat banyak di situ, mengabaikan kaus putih tipis yang dia kenakan mulai mencetak acak keras otot di baliknya. Dia basah dan ugh! sangat panas.

Bibir penuh dijilat sesekali, memperlihatkan embusan napasnya ditiup rendah nan tenang. Urat-urat di sepanjang permukaan badannya menantang jantan mengiringi refleks gerakan indah dia tujukan. Kokohnya lengan mengayun kepala raket, menghantam kuat bola hijau seukuran kepalan tangan. Helai rambutnya yang kuyup melayang-layang di antara headband berwarna hitam. Sorak serta riuh puji-puji penonton di tribune mengundang tawanya kian mengembang menampakkan rapi baris gigi, mengundang seringai tipis di wajah Sasuke. Dia terpesona.

Sejemang Sasuke hanyut dalam euforianya, mengagumi rupa gagah si Uzumaki di bawah. Dengan tawa lepas demikian, sekadar menegaskan segitu sedapnya wajah dia dipandang. Naruto Uzumaki benar-benar ganteng disamping hebatnya pergerakan dia bermain. Untuk sekali kesempatan penuh kesadaran, Sasuke enggan menampik bahwa Naruto Uzumaki adalah pemuda memesona sasaran para gadis, termasuk yang berkelas sekalipun. Meski, usai mengulang fakta ini justru membuat Sasuke kembali mendengkus tak senang pada sosok gadis berambut merah muda di sisi Naruto.

Sakura Haruno, mengambil jurusan kedokteran tidak pula menahan gadis ini meniti karier selingan lewat hobinya bermain tenis lapangan. Dia gadis yang diketahui sebagian orang cukup dekat dengan si Uzumaki, bahkan leluasa menunjukkan afeksinya di depan umum seperti membantu Naruto mengelap peluh di lehernya, menyerahkan sebotol air mineral, pun skinship spontanitas saat keduanya atau Naruto berhasil melakukan smash dan pukulan passing shot. Mereka partner lapangan di kelas ganda.

Mestinya Sasuke tetap sadar pada situasi yang melingkupi dia dan si Uzumaki. Bukan terlena oleh cara naturalnya dalam merebut perhatian, melupakan sebesar apa kebencian dia tumpahkan. Dia cuma ingin tahu, ingin membantah perkataan berlebihan orang-orang menyangkut eksistensi si pemuda. Pada akhirnya, Sasuke meragukan pemikirannya sendiri. Dia mulai tak segitu bersemangat semula untuk menangkap basah nilai-nilai minus pada pemuda itu.

"AWAS!"

"Akh!" Itu bukan tumbukan ringan. Pukulan smash yang dilayangkan Sakura membawa bola memantul keras ke dahi Sasuke. Cukup sakit, sungguh! Dia sadar telah memekik. Namun, ramainya pasang mata menengok kepadanya, menempatkan Sasuke pada suasana kikuk memalukan. Dia jatuh tergelatak ke samping, berpura-pura guna menyelamatkan harga diri yang tersisa.

"Bang, biar aku yang antar ke klinik--Sakura enggak sengaja."

"Santai saja. Ini kecelakaan lapangan, Nar. Paling Sasuke cuma kaget."

Sialan, Abang! Dia pikir kepalaku enggak sakit apa?! Diam-diam Sasuke mengumpat bertepatan sepasang lengan kekar menyelinap di antara ketiak dan perpotongan betisnya. Lipatan menit berikutnya dia merasakan Naruto sedikit kepayahan saat menggiringnya menuruni tribune.

Masih dalam adegan sandiwaranya, Sasuke menyimpan hal lain mengesankan yang kini dia cicipi. Badan Naruto berbau harum, perpaduan kayu-kayu bersama limau menguarkan kehangatan misterius seiring kesegaran seakan memantapkan bagaimana bugarnya dia di sepanjang waktu. Wangi merilekskan bagi Sasuke, penciumannya begitu suka meraup aroma yang menurutnya sangat laki-laki tersebut.

"Nar, dia tidak apa-apa 'kan? Siapa dia?!"

"Adik Bang Ita--sepertinya enggak, Sak. Tapi, agak memar sih iya."

"Aduh, aku jadi enggak enak sama Bang Ita."

"Tenanglah, bang Ita bukan orang yang drama, kok. Nanti aku bakalan langsung kompres keningnya."

"Tolong ya, Nar. Soalnya aku enggak kenal sama dia."

"Iya, Sakura. Mending kamu balik lapangan sekarang, ada kelas 'kan sebentar lagi?" Usai perkataan sekian, Sakura Haruno seketika menghentikan langkahnya.

"Kapan-kapan aku traktir makan enak--sampaikan maaf aku ke adik bang Ita, ya Nar!" Dan gadis ini berbalik memutar arah. Tidak merasa perlu menunggu Naruto. Pasti kerepotan menanggapi dia yang sedang berjalan tergesa-gesa sambil menggendong korban pukulan smash darinya.

-----

HOT GARAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang