#30

583 40 0
                                    

Menuju Steyra Academica

-Adelene Dé Cloups-

Joan dan Veronica telah berada di kuda mereka masing-masing. Predix yang mengkhawatirkan keadaan Adelene tentunya menyuruh beberapa prajurit terlatih untuk mengawal perjalanan mereka hingga akhir. Tak lupa, disiapkannya banyak koin emas untuk keperluan mereka nantinya. Dan satu lagi, Predix menyiapkan kereta kuda untuk menaruh barang-barang yang mereka bertiga bawa.

Hari ini hari pertama untuk ketiganya menempuh perjalanan jauh. Mereka akan pergi hari ini menuju Steyra Academica yang tak terlalu jauh. Tapi, cukup memakan waktu berjam-jam lamanya.

"Sudahlah kak, jangan menangis. Lagipula aku akan dijaga mereka." Adelene mencoba membujuk Neolan. Neolan tak ingin melepaskan adiknya begitu saja, apalagi ia juga tersadar bahwa Ibunya menghilang. Ia tak ingin Adelene juga meninggalkan nya.

"Tetap saja aku akan khawatir!" Neolan sudah seperti anak ayam yang akan ditinggal induknya.

"Kau tak perlu khawatir, aku akan membawa belda dan peralatan peralatan sihir mu yang lain."

Neolan diam menatap Adelene. Melihat keseriusan Adelene, Neolan pun akhirnya rela melepaskan adiknya itu.

"Kau harus berjanji harus kembali tanpa luka sedikitpun!"

Adelene memejamkan matanya dan menghela nafas sejenak. "Iya aku berjanji tidak akan terluka sedikitpun!" Adelene memeluk Neolan untuk yang terakhir kalinya. Gadis itu menatap Lady Annesia yang berada di samping kakaknya itu dengan senyum manis.

"Lady, aku titip kakakku ya? jika dia nakal, tidak ingin memakan sayuran dan membuat mu kesal pukul saja kepalanya." Annesia mengangguk seraya terkekeh mendengar penuturan calon adik iparnya itu.

"Aku akan melakukan apa yang kau suruh, tenang saja!"

Adelene menghela nafas lega. Ia menatap Stereva yang tak lagi menatapnya angkuh. Mata gadis itu terlihat sayu dan tak bersemangat lagi untuk hidup.

"Stereva, kau harus menjalani hidup mu! kalau kau tak bersemangat dan tak berselera hidup seperti ini, bagaimana caranya aku bisa mengajakmu berkelahi." Stereva hanya tersenyum tipis. (mungkin Stereva tobat)

"Berhati-hatilah, aku dan lainnya akan menunggu kepulanganmu. Saat kau kembali aku ingin kau berteriak namaku dan memujiku."

Adelene mendengus, ia memeluk saudari tirinya. Bermusuhan dengan saudari tirinya tak membuat hidup Adelene tenang. Jadi, ia memilih untuk bersikap layaknya saudari pada umumnya dengan Stereva.

Adelene mengurai pelukannya, "tenang saja! aku akan melatih suaraku agar bisa terdengar oleh seisi rumah."

Adelene beralih ke Predix. "Kau Pak Tua jangan sering berpikiran yang tidak-tidak tentangku ataupun tentang Ibu. Kami berdua akan baik-baik saja!"

Predix tersenyum, ia mengacak rambut putrinya itu gemas. "Aku tahu, aku yakin dengan kemampuan yang kalian miliki. Kembalilah dengan selamat."

Adelene mengangguk, ia memeluk Predix erat. "Jaga kamarku jangan sampai ada yang memasuki nya." Adelene berbisik.

Predix hanya mengangguk. Ia sudah merelakan kepergian kedua wanita yang berarti di dalam hidupnya itu.

Adelene Dé Cloups Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang