Desas-desus
-Adelene Dé Cloups-
Gadis itu bahagia bukan kepalang. Sudah makan enak dibayar oleh Arlene dan ia mendapatkan bingkisan yang dikasih gratis oleh pemilik toko kue tersebut. Bingkisan yang berisikan pie anggur tidak mampu ia tolak begitu saja.
"Dasar tidak tahu malu!" cibir Ravi pada Adelene.
Adelene mendengarnya dan tertawa mengejek, "Eliza apakah kau mendengar suara orang berbicara?" tanya Adelene dengan tampang polos.
Karena kesal, Ravi meraup wajah Adelene. Gadis itu tertawa senang melihat raut wajah kesal yang dikeluarkan oleh Ravi.
Sungguh, membuat Ravi kesal sangatlah menyenangkan.
Eliza melihat mereka berdua geleng kepala. Sudah cukup ia berteman dengan Ravi yang membuatnya kesal setengah mati kini ditambah Adelene yang perilakunya tak jauh dari Ravi.
Di antara mereka berempat hanya Alesya lah yang tidak banyak tingkah.
"Kalian kalau masih mau berdebat silahkan saja," ucapnya seraya berlalu pergi meninggalkan mereka berdua di antara kerumunan orang-orang yang berlalu-lalang.
Ravi mengejar mereka yang sudah jauh di depan. Adelene berjalan santai sambil menikmati pie anggur miliknya.
Tenggorokannya terasa kering, matanya mengitari sekeliling guna mencari toko yang menjual minuman. Matanya menatap pria tua yang berjualan dengan menggunakan gerobak.
Adelene bersimpati, kakinya melangkah menuju pria tua tersebut. Melihat dagangan yang masih banyak hati Adelene tersentuh, hari sudah siang dengan matahari yang berada tepat di atas kepala, dagangan pria tua itu masih sangat banyak dalam satu gerobak.
"Permisi Tuan, apakah kau menjual minuman?" tanya Adelene sopan.
Pria tua yang sudah berumur itu menoleh dan menatap Adelene sayu. Wajah keriput dengan tangan yang bergetar, mata sayu dan terlihat lelah itu dapat dilihat oleh Adelene.
"Ada, silahkan dipilih sendiri Nona ingin minuman apa." Suara pria tua itu juga bergetar dan terdengar lemah.
Adelene tersenyum tipis, ia mengambil dua bambu yang berisikan air. Dapat dirasakan oleh Adelene saat mengguncangnya. Botol yang terbuat dari bambu yang ditutup dengan bambu dibentuk bulat kecil yang dapat dibuka tanpa perlu mengeluarkan tenaga lebih.
Adelene memberikan dua koin emas kepada pria tua itu. Pria tua itu menatap koin emas yang berada di tangan Adelene tidak percaya, ia ragu untuk mengambilnya.
"Terima saja, ah apakah kurang?" tanya Adelene. Gadis itu mengambil kantung yang ia sembunyikan di balik gaunnya yang dipasang penutup yang dapat dibuka. Mengambil tiga koin emas lagi dan memberikan lima koin emas kepada pria tua itu.
Adelene sedikit memaksa, mengambil tangan pria tua itu dan meletakkan koin emas di tangannya.
"Terima saja, aku akan membeli sepuluh minuman lagi."
Pria tua itu mengangguk dan mengambil botol bambu itu dan menaruhnya di dalam kantung yang lumayan besar. Berjumlah sepuluh dan menyerahkannya kepada Adelene. Gadis itu menerima kantung yang sudah penuh dengan botol bambu.
"Terima kasih," ucap pria tua itu dengan sungguh-sungguh. Suaranya terdengar ingin menangis.
Padahal, harga air di dalam bambu itu hanya satu perak.
Satu koin emas sama dengan seratus perak, satu koin emas sama dengan sepuluh perunggu. Satu perunggu berapa perak?
Adelene tersenyum kecil, ia meninggalkan pria tua itu dan melanjutkan langkahnya kembali ke kediaman Arlene. Dua kantung yang berisikan dua macam benda sudah memenuhi kedua tangannya.
Tidak terlalu berat juga. Jadi, ia bisa bersenandung ria dengan nada yang asal ia ciptakan sendiri.
"Aku dengar ada seorang bangsawan yang ingin membayar Elmerda malam ini."
Suara berat itu terdengar oleh Adelene. Ia melirik sekilas, banyak pria yang duduk di kursi panjang di depan sebuah bangunan yang tertutup.
Adelene pura-pura menanyakan buah yang dijual tepat di samping bangunan itu. Ia sesekali melirik para pria dewasa itu bercerita tentang Elmerda yang menjual dirinya demi kebutuhan ekonomi keluarga dan juga untuk Sang Kakak yang cacat.
Adelene jadi teringat dengan gadis kemarin yang ia jumpai dengan laki-laki cacat itu.
"Ku dengar Ayah Elmerda juga seorang pemabuk, kau kan juga pemabuk pasti kau tahu tentang Ayah Elmerda."
"Sebenarnya aku kasihan dengan Elmerda, dia harus rela kehilangan harga diri demi mencukupi kebutuhan keluarga nya. Apalagi memiliki kakak yang cacat dan juga Ayahnya itu tidak berguna sama sekali, tiap hari aku melihat nya mabuk dan juga berjudi dari hasil kerja Elmerda. Tapi, dia juga bekerja paruh waktu di sebuah toko pakaian menjadi desainer. Karena Elmerda membutuhkan koin tambahan ia akhirnya menjual diri. Kau tahu kan, Madame Jei itu sangat pelit dan juga dia menggaji Elmerda sangat sedikit karena tahu Elmerda adalah seorang pelacur."
"Kenapa tidak kau angkat Elmerda menjadi anakmu?"
"Aku ini orang miskin. Mencukupi kebutuhan diriku sendiri saja aku kesusahan apalagi mengangkat seorang gadis menjadi anakku."
Adelene diam mendengarkan. Pendengarannya yang tajam mampu mendengar jelas apa yang diperbincangkan oleh mereka.
"Elmerda," beo Adelene. Ia mendongak dan memutuskan untuk membeli lima buah mangga dengan harga satu koin emas dan lima koin perunggu. Adelene menyerahkan dua koin emas tanpa meminta kembalian.
Ia mengambil kantung berisikan mangga dan membawanya pulang. Percakapan pria pria tadi terpikirkan oleh Adelene. Satu nama yang membuatnya penasaran setengah mati.
Mendengar tentang kisah hidup secara singkat Elmerda, Adelene jadi tertarik untuk membantu gadis itu dengan imbalan yang mungkin dapat membantu dirinya.
-Adelene Dé Cloups-
"Banyak sekali kau membeli makanan," cetus Eliza. Ia mengambil dua kantung yang berada di tangan kiri Adelene.
Meletakkannya di atas meja dan mulai membuka kantung itu.
"Apa itu?" tanya Ravi saat tak sengaja berjalan melewati ruang tamu dimana Adelene dan Eliza berada.
Eliza mengambil botol bambu, menatap Adelene meminta penjelasan.
"Cobalah!"
Eliza membuka tutup yang terbuat dari bambu berbentuk bulat yang mudah dibuka. Ia melihat air bening yang tidak menggugah selera sama sekali. Tetap saja ia meneguknya perlahan.
Selesai dengan dua tegukan, Eliza menatap botol bambu tersebut.
"Airnya manis dan sedikit terasa kecut. Lumayan enak."
"Aku mau ..." seloroh Ravi yang tertarik dengan apa yang diminum Eliza.
"Itu untuk kalian. Taruhlah semuanya di dapur."
Eliza dan Ravi membawa satu kantung di tangan mereka masing-masing untuk membawa ke dapur. Adelene sendiri melangkah menuju tangga yang menghubungkan ke lantai dua. Kamarnya berada di lantai dua bersebelahan dengan kamar Joan dan Veronica.
Sampai nya di dalam kamar, ia langsung merebahkan diri ke kasur. Menatap langit-langit dan ornamen yang terukir di atap membuat pikiran nya berkelana.
"Apa aku harus mencari tempat tinggal gadis itu?"
"Kalau dia mengusirku dan tidak percaya dengan apa yang aku katakan, bagaimana?"
"Ugh, gadis itu membuatku ragu untuk kesekian kalinya."
-Adelene Dé Cloups-

KAMU SEDANG MEMBACA
Adelene Dé Cloups
FantasySeries 1 start : 30 Juni 2023 finish : --- Petualangan Adelene. Marga Dé Cloups adalah yang terkuat. Adelene adalah keturunan terakhir dari darah murni Dé Cloups. Takdirnya yang rumit membuat Adelene harus rela menghabiskan waktunya berpetualang di...