#32

556 46 1
                                        

Wota

-Adelene Dé Cloups-

Hari kedua.

Salah satu hobi Adelene selain membuat orang-orang emosi adalah makan. Saat bertemu makanan dirinya akan jinak seketika. Tanpa peduli dengan sekitarnya, ia akan tetap makan. Walaupun bukan dari buah anggur yang menjadi kesukaannya, kalau ada makanan yang enak tetap akan ia makan.

"Paman, kau ingin mencoba?" tawarnya. Adelene menawarkan makanan yang terbuat dari daging. "Veronica kau mau?" Veronica menggeleng cepat.

Melihat porsi makan Adelene saja ia sudah kenyang tanpa menyentuh makanan yang telah dihadapannya. Mereka berada di ruang makan akademi.

"Makanan di kantin akademi sangat enak, kau harus memberikanku setiap hari makanan enak Tuan botak," ucapnya kepada Wota. Wota yang sedang makan lantas terdiam dan melihat Adelene yang makan dengan lahap.

Joan berdehem menghilang kan rasa malunya yang sudah menjulur hingga kepala. Wota hanya abai, tak memperdulikan Adelene yang terus melahap makanannya.

"Kalian akan mencari dua saudara yang saling bermusuhan di akademi?" tanya Wota langsung pada intinya.

Joan berdehem pelan, "sebenarnya kami hanya mengikuti petunjuk dari batu sihir." Wota terlihat tak mengerti, tawa meremehkan dari pria botak itu membuat Adelene menatap Wota datar.

"Kalian percaya mitos?" tanya Wota dengan tawanya yang masih tersisa.

Veronica dan Joan tak mampu bicara. Salah bicara yang ada mereka diusir. Demi menemukan dua orang yang akan membantu mereka menemukan batu sihir.

Adelene menyelesaikan kunyahan yang terakhir. Menyampingkan piring dan mulai menatap wajah Wota.

"Tuan Botak, aku pernah mendengar mitos bahwa pria botak yang sudah tua akan dihantui roh roh jahat yang menyukai pria-pria botak." Adelene hanya asal bicara. Gadis itu tertawa kecil melihat raut datar dari Wota yang menganggap ucapan Adelene mungkin hanya sebuah candaan.

Wota menjauhkan piring dari hadapannya, ia menatap Adelene lalu tersenyum, "aku tahu kau hanya bercanda." Wota mencoba tenang. Adelene yang dapat menangkap raut ketakutan Wota tersenyum tipis.

Gadis itu menegakkan tubuhnya dan menatap Wota serius seakan-akan apa yang dikatakannya adalah sebuah kebenaran bukan hanya bualan biasa ataupun mitos.

"Aku serius. Mungkin nanti malam kau akan merasakan yang namanya diganggu roh jahat yang menyukai pria botak."

Wota diam dengan raut ketakutan. Joan dan Veronica menahan tawanya. Jika tidak, kebohongan Adelene akan sia-sia untuk menakuti kepala akademi yang berkepala botak.

"Kau tak percaya?" tanya Adelene dengan wajah terkejutnya yang dibuat-buat. Ia menatap Wota melas seakan mengasihani Wota yang mencoba untuk mengontrol ekspresi nya. "Tuan Wota, roh jahat itu akan muncul saat kau tak mempercayai mereka karena para roh jahat itu akan membuktikan bahwa mereka ada," Adelene memasang raut wajah sedikit ketakutan. "Dan aku tidak tahu seburuk apa rupa mereka."

Adelene bergidik ngeri seperti membayangkan wajah dari roh jahat yang terkesan seram dari karangannya sendiri. "Jika kau tak percaya, tidak masalah untukku dan itu akan bermasalah untukmu." Adelene berdiri dan menatap Wota dengan tersenyum.

Adelene Dé Cloups Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang